TUNDUKLAH PADA PEMERINTAHMU
Views: 0

Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Roma 13:1
Setiap kebijakan pemerintah selalu diiringi dengan adanya pro dan kontra, apalagi jika kebijakan tersebut terkesan “tumpul ke atas, tajam ke bawah”. Terhadap isu ini, Alkitab memberikan pengertian kepada kita tentang bagaimana seharusnya orang-orang percaya bersikap.
Dari kisah Raja Nebukadnezar yang seorang penyembah berhala, Tuhan mengizinkannya memerintah kaum Yahudi selama 70 tahun. Uniknya, Tuhan memerintahkan agar orang-orang Yahudi masa itu untuk tunduk kepada raja. Nasihat yang sama dapat kita temukan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Roma.
Pemerintahan kaisar masa itu memberlakukan pajak yang tinggi serta mengizinkan penganiayaan terhadap mereka. Namun Rasul Paulus mengingatkan bahwa tidak ada pemerintahan yang tidak berasal dari Allah.
Ada satu pernyataan yang menarik, yaitu “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu”. Kalimat ini juga dapat menjelaskan pernyataan Allah dalam Yeremia 25:9 yang menyatakan bahwa Raja Nebukadnezar adalah hamba-Nya.
Perhatikanlah kata “hamba Allah”. Ini mengartikan bahwa mereka memang dipakai Allah sebagai kepanjangan tangan-Nya. Jadi Allah pasti memegang kontrol atas setiap pemerintahan, baik itu presiden, raja, para menteri, kepala daerah, atau siapa pun yang disebut pemimpin dalam suatu negara.
Begitu pun dengan pemerintah yang saat ini memimpin Indonesia, mereka memimpin atas seizin Allah. Ia berpesan agar kita tunduk terhadap pemerintahan yang ada dengan mentaati setiap undang-undang.
Jika ada peraturan yang dianggap menciderai keadilan dan tidak bersinergi dengan peraturan lainnya, kita juga diberikan hak untuk melakukan uji materi sebuah peraturan perundang-undangan. Jangan anarki, mari tunduk terhadap pemerintah kita, lakukan setiap hak dan kewajiban sesuai prosedur dan aturan yang ada.
Yakinlah bahwa pemerintah kita adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Jangan bersikap semaunya, lakukan hak dan kewajiban kita sesuai peraturan yang ada.
“Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan kita.”
Saat uang logam itu berdenting di trotoar, banyak orang yang menoleh. Disadari atau tidak, kita semua cenderung mendengarkan suara tertentu yang menarik perhatian kita. Seorang ibu tahu suara anaknya di ruangan yang dipenuhi tangisan bayi. Seorang atlet terlatih mendengar suara pelatihnya bahkan ketika ribuan orang berteriak dan bersorak.
Orang yang peka secara spiritual akan mendengar suara Tuhan. Tidak selalu mudah untuk mendengar suara Tuhan di tengah dunia yang semakin bising. Mendengarkan adalah disiplin spiritual dan keterampilan yang harus terus dipelajari. Bagaimana kita belajar mendengarkan suara Tuhan di saat-saat seperti ini? Kita harus belajar untuk diam dan siap mendengarkan suara Tuhan.
Kisah Ayub pada bacaan Alkitab hari ini cukup memberi jawaban bahwa doa adalah salah satu cara terbaik untuk mendengarkan suara Tuhan. Kebanyakan dari kita membayangkan doa seperti monolog:
Kita berbicara kepada Tuhan, berterima kasih yang tulus dan mengajukan segala permohonan permintaan kita. Tetapi doa yang Tuhan ajarkan kepada Ayub adalah dialog, di mana kita berbicara dengan Tuhan dan Tuhan berbicara kepada kita.
Kita harus dapat menunggu Tuhan dalam saat hening, dan memberikan Tuhan kesempatan untuk berbicara kepada kita. Tuhan pun dapat memilih salah satu dari banyak cara untuk berkomunikasi dengan kita, menurut apa yang terbaik pada waktu dan keadaan tertentu.
Tuhan dapat berbicara melalui pikiran kita, Ia dapat berbicara melalui firman Tuhan yang kita baca, dan juga melalui nasihat orang lain. Mari belajar untuk menjadi peka agar kita dapat mendengarkan suara Tuhan.
Melatih kepekaan pendengaran akan suara Tuhan dengan berkomunikasi secara teratur dengan Tuhan melalui doa dan membaca firman Tuhan.
“Doa adalah komunikasi. Anda berbicara, Tuhan mendengarkan. kita mendengarkan ketika Tuhan berbicara.”
— Omoakhuana Anthonia