Tentang GKI Kwitang

Sekilas tentang GKI Kwitang

Gedung gereja GKI Kwitang yang beralamat di Jalan Kwitang nomor 28 telah dibangun sebelum Indonesia merdeka. Gedung gereja ini merupakan gedung cagar budaya yang harus dilestarikan.

Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Untuk melayani anggota jemaat yang berjumlah lebih dari 5000 orang di berbagai tempat itu dibentuklah lingkungan dan pos pelayanan jemaat. Saat ini pelayanan GKI Kwitang terbagi menjadi 12 lingkungan dan 6 pos pelayanan

Jemaat yang mewujudkan damai sejahtera dalam kemajemukan

Visi GKI Kwitang

Misi GKI Kwitang

Membangun spiritualitas pribadi, keluarga, dan jemaat sebagai Injil yang terbuka.
Melaksanakan kesaksian dan pelayanan dengan berpihak kepada yang terpinggirkan dan tersisihkan.
Menjadi inspirasi dalam membangun kepribadian dan budaya dalam kemajemukan Indonesia.
Membangun keteladanan, ketokohan, dan kepemimpinan bagi kehidupan masyarakat.
Memperjuangkan keterbukaan, kebersamaan, dan kemitraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara ekumenis dan lintas agama.

Sejarah GKI Kwitang

Jemaat GKI Kwitang bermula dari pengutusan Zendeling E. Haan oleh Christelijke Gereformeerde di Belanda pada tanggal 19 Desember 1873. Misi ini awalnya bertujuan untuk memberitakan Injil Tuhan Yesus kepada orang-orang Belanda yang ada di Batavia. Khotbah pertama E. Haan disampaikan pada tanggal 7 Agustus 1874 dengan menggunakan bahasa Belanda.

Atas sumbangan dana dari Ny. R. Rijks, Nn. Hafland dan Ny. Blanket, jemaat membeli rumah bambu (gedek) sebagai pastori yang kemudian di halamannya dibangun sekolah dan tempat ibadah sederhana. Pada tanggal 5 November 1876 bangunan kayu yang berdinding gedek dengan 2 jendela tak berkaca itu digunakan untuk menyelenggarakan kebaktian yang pertama. Kebaktian itu dihadiri lima puluh orang.

Pada tanggal 17 Juli 1877, jemaat Kwitang yang beranggotakan orang–orang Eropa, Jawa, Ambon, dan keturunan Cina di Batavia diresmikan sebagai Gereja Gereformeerd Kwitang yang berbahasa Belanda. Persekutuan umat yang berbahasa Melayu waktu itu diadakan setiap hari Jumat di rumah Bapak Tuhasela di Kampung Kwitang.

Untuk melayani dan memelihara jemaat berbahasa Melayu, pada tahun 1878 Zendeling E. Haan memberi kesempatan kepada 3 orang Indonesia yaitu Jacobus Koewadhie, Benjamin, dan Ismael untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Guru Injil.

Pada tahun 1886 gereja–gereja di Belanda mengutus Ds. Husying untuk menggantikan Zendeling E. Haan. Bangunan gereja pun dipugar menjadi bangunan permanen. Pada tahun 1901 Ds. DJB Wijers tiba di Batavia dengan tugas utama memperhatikan jemaat berbahasa Belanda, di samping juga memperhatikan jemaat pribumi berbahasa Melayu.

Pada tahun 1911 Zending Vereniging mengizinkan pengangkatan Ds. L. Tiemersma sebagai pendeta pembantu yang khusus memelihara jemaat berbahasa Melayu.

Pada tahun 1918 Ds. Alders tiba di Batavia untuk menggantikan Ds. Wijers sebagai pendeta di Gereja Kwitang. Kedatangan Ds. Alders ini merupakan awal pembaruan jemaat Melayu. Melalui majalah Kerkblad terbitan 6 Mei 1920, Ds. Alders menuliskan bahwa pekabaran Injil di kalangan jemaat berbahasa Melayu masih sangat memprihatinkan. Jemaat Melayu kurang mendapatkan pembinaan sehingga tidak mampu berperan sebagai anggota gereja. Mereka juga tidak memiliki pengaruh dalam kehidupan berjemaat. Persidangan Majelis Jemaat menyetujui konsep Ds. Alders untuk mengembangkan jemaat berbahasa Melayu menuju kemandirian dan dipimpin oleh gembala khusus yang tidak merangkap tugas dalam pelayanan jemaat berbahasa Belanda.

Pada tahun 1926 Ds. L. Tiemersma memasuki masa emeritus. Kota Batavia dilepas sebagai daerah pekabaran Injil. Keadaan keuangan jemaat yang lemah tidak dapat disubsidi oleh gereja–gereja di Belanda. Namun jemaat Kwitang berbahasa Melayu tetap ada dan diurus oleh Zendingcommissie yang dibantu oleh Maleische Commissie. Tugas Ds. L. Tiemersma kemudian digantikan oleh Bapak Pesoelima. Pada tahun 1927 Ds. Ubels datang ke Batavia untuk menggantikan tugas Ds. Alders di Gereja Gereformeerd Kwitang.

Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Karena pada waktu itu jemaat belum memiliki pendeta, maka pelayanan sakramen masih dilakukan oleh Pdt. Nainggolan dari HKBP Kernolong. Gereja berbahasa Melayu di Kwitang ini dikenal sebagai Gereja Melayu Kwitang yang di kemudian hari berubah menjadi Gereja Kristen Indonesia Kwitang. Tanggal 11 Agustus kemudian diperingati sebagai hari kelahiran GKI Kwitang. Pada tanggal 2 November 1930, Pdt. Isak Siagian ditahbiskan sebagai pendeta pertama di Gereja Gereformeerd Melayu Kwitang yang kemudian dikenal sebagai Gereja Melayu Kwitang.

Dalam perkembangannya, pelayanan jemaat GKI Kwitang berkembang menjadi jemaat baru, yaitu:

GKI Kebayoran Baru
GKI Menteng
GKI Rawamangun
GKI Palsigunung
GKI Gembrong
GKI Kebon Bawang
GKI Depok
GKI Jatiasih
GKI Karawaci
GKI Jatimurni

Pdt Lithos Sitorus Pane

Pdt. Lithos Sitorus Pane, lahir di Padang, Sumatera Barat, 2 Maret 1965. Mempunyai seorang istri dan 3 anak, satu putera dan dua putri.

Diteguh menjadi penatua GKI Kwitang tahun 1998, ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 2000. Pdt Lithos sempat ditunjuk untuk menjadi Sekum GKI Sinode Wilayah Jateng untuk periode tahun 2007 sampai 2011 dan juga menjabat sebagai Ketua BPMK Klasis Jakarta 1, pada tahun 2012 sampai dengan 2015.

021-4520063 / 0815-1901-5397

sitpane@yahoo.com

Pdt Agus Mulyono

Pdt. Agus Mulyono, M.Th., lahir di Semarang, 28 Oktober 1961. Menempuh pendidikan S1 Teologia di SAAT Malang, lulus pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan pendidikan S2 bidang studi Oikumenika di UKDW Yogyakarta, lulus pada tahun 1998.

Pelayanan Pdt. Agus Mulyono, M.Th., atau yang lebih sering disapa dengan Pendeta Agus, diawali dengan pelayanan di GKI Weleri-Plelen pada tahun 1987. Pendeta Agus kemudian melanjutkan pelayanannya di GKI Kwitang, Jakarta mulai 1 Januari 2001 dan diteguhkan menjadi pendeta dengan basis pelayanan di GKI Kwitang, Jakarta pada 16 Maret 2001.

021-3144780 / 0818-418-932

agusmulyono_88@yahoo.com

Pdt Guruh Jatmiko Septavianus

Pdt. Guruh Jatmiko Septavianus (GJS), adalah alumni Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, baik untuk pendidikan Strata 1 maupun Strata 2.

GJS sudah melayani di GKI Kwitang sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang dan juga menjabat sebagai Ketua 1 Badan Pekerja MAjelis Sinode GKI sejak tahun 2018. Sebelum melayani di GKI Kwitang, Pdt Guruh, biasa ia dipanggil, pernah juga melayani di GKI Ajibarang Purwokerto (1997-2008). Pada periode tersebut Pdt Guruh juga mengemban tugas sebagai Anggota Badan Pekerja Majelis Klasis GKI Klasis Purwokerto (2000-2003), Sekretaris Badan Pekerja Majelis Klasis GKI Klasis Purwokerto (2000-2003) dan juga Sekretaris BPMSW GKI SW Jateng (2003-2007).

Setelah periode tersebut, Pdt Guruh juga pernah dipercaya untuk memegang tugas sebagai Sekretaris Komisi Pengembangan Pendeta dan Calon pendeta GKI SW Jateng (2003-200, 2007-2011, 2011-2015), Anggota Departemen Pejabat Gerejawi Divisi Kependetaan 2015-2019 dan sebagai Ketua Tim Penyusun Garis Besar Strategi Umum Pengembangan GKI Klasis Jakarta 1 (2019-2021).

021-8623015 / 0815-4602-4555

barthebepha@gmail.com

Pdt Lindawati Niman

Pendeta Lindawati Niman, pendeta perempuan pertama di GKI Kwitang, Jakarta sejak 22 April 2013 lalu. Sebelumnya, ia melayani sebagai calon dan lalu dipendetakan di GKI Kebonjati Bandung. Menikah dengan Dwi Basuki Adi Priyatno dan dikarunia 2 anak perempuan: Glory Satya Adi dan Gracia Augusta. Pendeta Lindawati menempuh studi teologi S1 di STT Jakarta (kini STFT Jakarta) dan studi sosiologi agama, S2 di Univ. Satya Wacana.

0898-356-4632

lindaniman123@gmail.com