PERAHU
Views: 0
Salam sejahtera semoga kita meyakini bahwa perahu kehidupan kita bisa tiba-tiba diterjang angin ribut atau badai, kita bisa menjadi takut, namun ketika kita menyadari Tuhan datang menolong, maka kita akan diberikan ketenangan oleh Yesus seperti diungkapkan dalam Matius 14:24-27 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
Logo GKI, Perahu, Salib, Gelombang, Alfa Omega adalah tanda yang secara simbolis menggambarkan hakikat kita sebagai gereja. Perahu melambangkan gereja Tuhan yang bergerak maju memenuhi tugas panggilannya di dunia. Salib melambangkan kasih dan pengurbanan Tuhan Yesus Kristus yang menentukan jalan hidup gereja. Gelombang melambangkan dunia yang penuh tantangan dan peluang ke mana gereja diutus. Alfa Omega melambangkan Tuhan Allah yang kekal, yang berkuasa menetapkan dan menyertai seluruh perjalanan gereja.
Perahu harus bergerak maju di tengah badai, angin ribut dan gelombang kehidupan sehari-hari. Bergerak maju dalam arti terus bekerja, melayani, bersaksi seperti nelayan terus menjala ikan. Gereja dan anggotanya terus bekerja, melayani, menjala orang agar percaya Yesus. Perahu digunakan Yesus untuk mengajar (Markus 4:1), gereja juga mengajarkan Firman Tuhan kepada semua orang agar makin banyak orang percaya dan diselamatkan dari dosa. Yesus menggunakan perahu untuk mengasingkan diri, berdoa di tempat sunyi. Gereja dan anggotanya juga mengasing diri untuk berdoa dalam ketenangan. Orang gereja bukan hanya melayani dan bekerja, tapi berhenti dari segala kegiatan untuk berdoa, bersekutu dengan Tuhan. Ada waktu hening bersama Tuhan.
Kehidupan gereja dan masing-masing anggota, ada saatnya tenang tapi juga ada saatnya badai, gelombang yang datang tiba-tiba. Walau ada badai dan gelombang, kita terus maju dalam doa, mengajarkan Firman Tuhan dan melayani, bersaksi. Ketika ada badai dan gelombang, Yesus memperhatikan pergumulan kita. Yesuh hadir dan segera menolong, serta memberi hati yang tenang dan tidak takut, dalam menghadapi badai dan gelombang hidup yang sedang kita hadapi.
Perahu kehidupan kita gunakan di tengah dunia, untuk menjala orang seperti nelayan menangkap ikan. Jika perahu rusak, maka tidak dapat digunakan. Perahu kehidupan kita jangan sampai rusak karena tidak dapat berbuat apa-apa dalam memperjuangkan kebenaran, kebaikan, keadilan, kedamaian, dan kasih. Perahu kehidupan dinahkodai oleh Yesus, ketika badai dan gelombang menyerang, Yesus yang mengemudikan perahu kita. Yesus tahu cara melewati badai dan gelombang. Kuasa Yesus mampu meredakan badai dan menjadikannya teduh. Perintah Yesus mampu menguasai badai, gelombang dan samudera. Yesus tidak hanya mengemudikan perahu sebentar saja, Ia terus mengemudikan perahu kehidupan kita sampai kita masuk ke dalam surga. Jika Yesus nahkoda kita maka kita tidak takut seperti diungkapkan dalam KJ 409
Ketika ada badai, angin ribut, perahu terus didayung keras-keras agar maju terus. Artinya kita harus ikut serta mendayung, bukan berpangku tangan saat badai. Bagaimana agar bisa mendayung keras? Hati harus tenang, tidak takut, atau gelisah. Dalam badai kehidupan yang menyusahkan hati kita tetap tenang, tidak takut atau gelisah agar kita bisa maju melewati badai kehidupan. Bagaimana bisa tenang? Kita mempercayai Yesus selalu hadir dalam badai kehidupan kita. Ia tidak melupakan orang beriman yang sedang berjuang menghadapi badai kehidupan. Yesus tahu dan mampu melihat pergumulan hidup kita dalam badai. Yesus datang menolong kita dalam badai hidup, tidak ada yang dapat menghalangi Yesus. Ia datang menolong, karena Yesus sangat mengasihi orang yang percaya kepadaNya. Cara Yesus menolong di luar akal manusia. Yesus bisa berjalan di atas air, ini cara menolong yang tidak mudah dipahami manusia. Tidak ada badai hidup yang tidak bisa ditolong Yesus. Tapi kita terkadang tidak mampu melihat kehadiran Yesus menolong, malah ada orang yang berpikir bahwa Yesus itu adalah hantu seperti murid-murid berpikir Yesus adalah hantu. Di tengah badai, kalau kita tidak mengenal Yesus hadir, maka kita takut seperti orang ketakutan karena ada hantu.
Yesus terus menjelaskan kepada kita, bahwa Ia hadir menolong orang percaya, kalau hantu hadir untuk menakut-nakuti dan tidak menolong, tidak menyelamatkan. Pikiran negatif, curiga, pesimis membuat orang menjadi takut, seperti orang takut pada hantu. Pikiran negatif, curiga, pesimis hanya menakut-nakuti kehidupan kita, tapi tidak menolong, tidak menyelamatkan, tidak membuat kita maju melewati badai. Pikiran positif, yakin Yesus hadir dan yakin Yesus menolong dan menyelamatkan, akan mengusir ketakutan dan membuat hati jiwa pikiran menjadi tenang, dan kuat mengayuh perahu melewati badai.
Perahu itu mengambarkan pribadi, keluarga, gereja Kristus atau tubuh Kristus. Pribadi, keluarga, gereja yang tidak maju-maju dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan, kebaikan, kedamaian dan kasih adalah pribadi, keluarga gereja yang takut, tidak tenang, berpikiran negatif, pesimis, tidak berpikir Yesus mampu datang menolong dan menyelamatkan. Yesus datang untuk menolong bukan mengancam atau menakut-nakuti dengan aturan agama. Yesus tidak pernah menakut-nakuti manusia seperti hantu. Yesus hanya mengasihi, menolong, melindungi, menyelamatkan.
Sikap kita pada Yesus ketika badai datang adalah mencari, mendatangi Yesus yang kita percaya dan kita kasihi, seperti Petrus mendatangi Yesus. Mendatangi Yesus dengan mata memandang Yesus, bukan memandang dunia. Kalau kita datang pada Yesus, dan memandang dunia, maka kita akan tenggelam seperti Petrus tenggelam. Kalau orang memandang Yesus, maka badai hidup tidak bisa menghalangi kita untuk datang pada Yesus. Datang dan memandang Yesus membuat kita tenang, tidak takut. Jika kita tenggelam, kita memandang Yesus dan berdoa lagi, minta Yesus menolong, mengangkat kita agar bisa berjalan dalam badai hidup menuju Yesus. Yesus menolong orang yang tenggelam dalam badai dengan mengulurkan tangan dan kita merespon dengan memegang tangan Yesus. Ini berarti jangan lama-lama tenggelam, segera minta tolong Yesus, agar kita bisa meraih tangan Yesus. Ketika kita berjalan bersama Yesus di dalam badai, maka kita akan bisa melalui badai, sampai Tuhan meredakan badai tersebut. Perbuatan Yesus menolong kita dalam melewati badai, membuat kita makin mengagumi Yesus, memuji Tuhan dan menyembah Tuhan dan perintah Tuhan.
Yesus selalu hadir dalam hidup kita. Walau Yesus hadir, bukan berarti tidak ada badai. Badai itu selalu datang tiba-tiba tidak ada yang mengetahui sebelumnya. Nelayan yang sudah berpengalaman bekerja di danau, sudah tahu bahwa sering datang badai secara tiba-tiba. Kalau kita mengingat simbol perahu, maka kita ingat bahwa hidup kita tidak berjalan mulus seperti jalan tol. Akan ada badai hidup yang datang tiba-tiba. Kita mempersiapkan diri kita menghadapi badai dengan iman kepada kehadiran Yesus yang pasti menolong. Kuasa Yesus sangat besar dapat meredakan badai. Iman itu dinyatakan dengan berdoa, memohon dan bertindak seperti Petrus bertindak berjalan di atas air. Kalau hanya berdoa saja, tanpa tindakan itu bukan beriman. Iman baru nyata bertumbuh ketika berdoa, memandang pada Yesus dan bertindak, tanpa takut. Kita bisa berjalan, bertindak karena kuasa Yesus ketika mata kita terarah pada Yesus bukan pada dunia sekitar kita yang sedang di landa badai atau angin ribut. Badai menjelang kematian kita, jangan sampai kita takut, kita tetap memandang Yesus yang hadir memberi ketenangan dan kekuatan seperti Petrus memandang Yesus dan tidak takut, serta tenang.
Kalau dalam badai hidup, kita tidak dinahkodai Yesus, maka arah hidup kita akan hilang, berputar-putar dan bisa tenggelam. Di dalam badai kita hanya bisa mengharapkan kasih Tuhan, karena Yesus pasti memperhatikan kehidupan setiap orang. Yesus akan membetulkan perahu yang rusak dengan kasih sayang agar kita terus maju berlayar sampai tujuan akhir surga. Yesus memperhatikan setiap tetes air mata. Dia mengenal hati kita yang penuh penyesalan dosa.
Perahu kehidupan tiba-tiba akan diserang angin ribu, mengetarkan hati kita Kita hanya lari pada Tuhan, meminta Tuhan mengemudikan perahu kehidupan kita sampai ke tempat yang teduh seperti ungkapan KJ. 30a. Angin ribut menyerang menggetarkan hatiku; ombak ganas menerjang; aku lari padaMu. Jurus’lamat, tolonglah dan pandukan bidukku, Hingga aku sampailah di labuhan yang teduh.
Berdoa: Ya Tuhan jadilah nahkoda dalam perahu kehidupan pribadi, keluarga dan gereja. Ketika kami menghadapi badai kehidupan, Tuhan yang mengemudikan hidup kami dalam melewati badai, beri hati yang tenang dan tidak takut, dan kami terus memandang pada Yesus saja. Kami percya Yesus pasti hadir dan menolong kami, dalam Yesus kami berdoa amin.