MANGKUK BERGAMBAR AYAM JAGO
Views: 0
Bacaan: 1 Tesalonika 5:4-5
“Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ada hal yang menarik perhatian saya sejak dulu setiap kali diajak makan bakso atau soto, yaitu: gambar ayam jago pada mangkok yang digunakan untuk menyajikan bakso atau soto tersebut. Dan rasanya di hampir semua warung bakso atau soto menggunakan mangkuk yang sama. Dalam perkembangannya kemudian, mangkok ini juga dipakai untuk menyajikan mie ayam. Memperhatikan hal itu, maka muncul pertanyaan di dalam hati, mengapa ada gambar ayam jago pada mangkuk?
Dari berbagai literatur yang ada, ternyata gambar ayam jago ini memiliki filosofi yang sangat sarat dengan makna. Secara umum ayam jago dipahami sebagai simbol kemakmuran dan rejeki berlimpah. Oleh karena itu dengan menempatkan simbol ayam jago itu ada doa dan harapan tentang mengalirnya kemakmuran dan rejeki. Selain itu, pada kenyataannya ayam jago merupakan hewan yang semua bagian tubuhnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Mulai dari daging hingga bulunya yang bisa digunakan untuk alat kebersihan seperti kemoceng. Dengan kata lain simbol itu hendak mengingatkan agar kita tidak hanya berpikir tentang diri sendiri melainkan juga kesediaan untuk menjadi berkat bagi banyak orang.
Nah, berbicara tentang simbol ayam jago ini ternyata bukan hanya ada di mangkok bakso, melainkan juga digunakan dalam khasanah seni kristiani. Bukankah ada beberapa gedung gereja yang memasang simbol ayam jago di atapnya, sehingga gereja itu dikenal sebagai Gereja Ayam Jago. Tentu pemasangan simbol itu bukannya tanpa makna. Dalam kekristenan, simbol ayam jago ini setidaknya mengandung 2 (dua) makna: pertama, ayam jago – sebagai hewan yang menyambut fajar, melambangkan umat Allah yang berjaga-jaga dan menyambut Kristus yang bangkit. Dalam kegelapan, orang percaya bersabar sambil terus waspada menunggu terbitnya Sang Fajar yang mengalahkan maut. Oleh karena itu ayam jago menyimbolkan pengharapan orang-orang percaya akan hadirnya pertolongan dari Kristus – Sang Fajar. Kedua, ayam jago juga mengingatkan kita akan Rasul Petrus yang menyangkal Kristus tiga kali sebelum ayam berkokok. Simbol ayam jago di atap gereja hendak memperingatkan kita agar kita terus berjaga-jaga setiap waktu, menjaga iman kita tetap menyala dengan doa dan perbuatan kasih, sebab kita tidak tahu kapan Sang Fajar akan datang.
Simbol ayam jago mengingatkan kita akan pentingnya memelihara pengharapan dengan sikap berjaga dan waspada. Semua hal itu bisa dilakukan ketika kita tidak hanya berpikir untuk diri sendiri melainkan bersedia untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Kita mesti mengingat nasihat Rasul Paulus, “Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan”.
Simbol ayam jago itu jangan hanya menjadi hiasan pada mangkok saja, melainkan ajakan kepada kita semua untuk selalu memiliki pengarapan di tengah pergumulan dan pandemi yang belum selesai ini, serta mengisi waktu secara bijak seperti nasihat rasul paulus tadi. Kita berupaya agar hidup kita semakin berkenan kepada Tuhan. Ingat kita ini adalah anak-anak terang. Selamat berjuang Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih, ya Tuhan, sebab Engkau mengingatkan kami untuk senantiasa memelihara iman dan pengharapan serta mewujudkan kasih di dalam perbuatan kami. Dengan demikian kami dapat mewujudkan sikap berjaga dan waspada. Terpujilah nama-Mu, ya Tuhan Yesus. Amin.