BELAJAR DARI PAULUS: TETAP MEMANCARKAN KEBAIKAN
Views: 0
Bacaan: Kisah Para Rasul 16: 19-32
Siapakah yang menghendaki, bahwa ketika dirinya sedang berjuang mengerjakan panggilan Tuhan dalam hidupnya, lalu ada saja orang-orang yang tak menyukai pekerjaan baik itu. Dari sisi diri sendiri, seringkali kita tak memahaminya alasannya. Reaksi yang mungkin saja muncul menghadapi hal itu adalah lalu kita menjadi marah dan kecewa ataupun sedih berkepanjangan.
Marilah kita belajar dari apa yang terjadi dengan Paulus. Ketika Paulus sedang memberitakan Injil, ada sekelompok orang-orang, yakni tuan-tuan para perempuan petenung, yang merasakan kerugian akibat Pekabaran Injil oleh Paulus dan Silas. Mereka kerugian karena, setelah orang-orang bertobat dan menjadi percaya kepada Kristus, mereka tak mau lagi datang kepada para perempuan petenung. Para tuan dari perempuan petenung itu tidak menyukai pekerjaan Paulus dan Silas lalu ereka mencari cara agar Paulus dihukum. Dan benarlah, masyarakat terhasut lalu menyiksa dan memenjarakan Paulus juga Silas, yang sedang memberitakan tentang kasih dan kebesaran Bapa dalam Kristus.
Dalam konteks di atas, kita dapat melihat alasan dibalik kemararan tuan-tuan perempuan petenung yang menghasut dan memenjarakan Paulus dan Silas. Namun juga seringkali, dapat terjadi kita tak mengetahui alasan jelas, apakah penyebab kejahatan mereka yang berlaku jahat kepada sesamanya. Walau demikian mestilah ada alasannya. Hanya saja kita tak mengetahui nya dengan jelas.
Namun yang menarik dari kisah Paulus tersebut di atas adalah bahwa: Paulus yang bergantung pada Allah, tak mengubah kebaikannya kepada orang lain, gegara ia mendapat perlakuan buruk. Terbukti, bahwa di dalam penjara, Paulus dan Silas terus berdoa dan memuji Allah. Ini memperlihatkan bahwa, sunggguhlah yang menjadi tempat mereka bergantung dan bersandar adalah hanya kepada Allah Bapa saja. Bahwa kemudian terjadi gempa Bumi yang menyebabkan belenggu dari semua tahanan itu lepas, itu terjadi di luar kendali Paulus dan Silas. Itu terjadi karena kuasa Allah Bapa saja. Mereka tak menjadi arogan dan bengis karena Allah Bapa membukakan belenggu mereka melalui Gempa itu. Paulus tak menghina dan menjadi marah kepada kepala penjara dengan mengatakan: “Lihat, Allahku kuat dan sanggup melepaskan aku, maka kamu yang tak mengenal Allah mati saja..!”. Malahan ketika Kepala Penjara itu begitu ketakutan dan Frustasi, lalu hendak membunuh dirinya sendiri, Paulus menolongnya dengan memberikan kekuatan agar jangan mencelakakan dirinya sendiri.
Singkat cerita, karena Paulus tetap bergantung kepada Allah, dan melakukan kebaikan, maka Tuhan telah bertindak seturut kuasaNya. Tuhan malah menjadikan Paulus dan Silas sebagai Tangan Allah, sehingga Kepala Penjara dan seluruh keluarganya menjadi pemercaya Kristus.
Melalu kisah Alkitab ini, kita juga disuguhkan paparan iman Paulus dan Silas, yang dalam hidupnya memiliki motivasi dasar yang tak dapat diubah, baik oleh sikap buruk /kesusahan bahkan oleh mukjizat sekalipun. Kesusahan dan kesengsaraan yang dialaminya, tak mengubahnya menjadi menjauh dari Allah Bapa. Kebesaran dan kuasa Tuhan melalui Mujizat yang dialaminya, tak mengubahnya menjadi arogan. Ia tetap memancarkan dan memberikan kebaikan dan kasih.
Dari Paulus juga Silas ini, kiranya mengajak kita untuk tetap bersandar kepada Allah saja, juga selalu memancarkan kebaikan dan kasih Kristus, dalam keadaan tak menyenangkan maupun ketika Tuhan memberikan kita berbagai kebaikan dan berkatNya serta MujuzatNya. Tetaplah Berharap dan memancarkan kebaikan Tuhan dalam segala keadaan, itulah sikap yang akan kita tunjukkan setiap waktu. Segala Puji kepada Tuhan yang kita sembah dan sumber pujian, kekuatan, pengharapan kita. (LiN25-052022)