SEMAR
Views: 0
Bacaan: Mat 20:26-27
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”.¬
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Bagi sebagian dari kita, nama Semar bukanlah sebuah nama yang asing. Semar adalah salah satu nama dari tokoh pewayangan. Selain itu, Semar juga dikenal sebagai sesepuh dari punakawan. Sebagai bagian dari punakawan, maka semar ini berperan untuk menjadi pamomong Pendawa. Sifat yang menonjol dalam diri semar ini adalah: sabar, penyayang dan tidak pernah susah.
Selain sebagai tokoh punakawan, sosok semar sendiri sebetulnya sarat dengan simbol, yaitu:
• Tubuh digambarkan berbentuk bulat, hal ini menyimbolkan bumi tempat ia melakukan pelayanan
• Wajahnya senantiasa berhiaskan bibir yang selalu tersenyum akan tetapi matanya sembab, hal ini menyimbolkan pelayanannya merengkuh suasana suka maupun duka
• Wajah nya juga digambarkan sebagai orang tua, akan tetapi potongan rambu bergaya kuncung (anak kecil). Hal ini menyimbolkan bahwa pelayanan semar ini menyentuh semua kalangan baik tua maupun muda.
• Semar adalah seorang laki-laki akan tetapi digambarkan memiliki payudara seperti perempuan. Hal ini menyimbolkan bahwa pelayanan semar ini berlaku baik untuk kaum lelaki ataupun perempuan (tidak bias jender).
• Semar sesungguhnya adalah seorang Dewa namun bersedia hidup sebagai rakyat jelata. Selain menyimbolkan tentang pelayanan, kondisi ini sekaligus menyimbolkan terjadinya relasi yang akrab dan saling mendukung antara atasan dan bawahan
• Kemudian, Semar adalah satu-satunya punakawan yang tidak bersenjata. Hal ini menyimbolkan sikap cinta damai, serta prinsip menyelesaikan persoalan dengan mengedepankan dialog dan pendekatan kemanusiaan.
Apa yang digambarkan dalam tokoh semar ini mengingatkan kita akan prinsip pelayanan seperti yang sudah diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus. Penggunaan tokoh Semar sebagai bagian dari budaya khususnya kesusastraan Jawa, ini cukup menolong ketika berbicara tentang kontekstualisasi ajaran Kristen melalui pendekatan budaya. Sebagai pelayan, semar memberikan contoh ajaran tentang kepedulian yang tinggi dan kesediaan untuk terus melayani. Kalimat yang selalu muncul pertamakali setiap tokoh Semar ini hadir di pentas wayang adalah “mbegegeg ugeg-ugeg hmel hmel sakdulito langgeng”, yang bermakna, jangan pernah berdian diri, berupayalah meski hanya sedikit karena apa yang diupayakan itu bisa abadi.
Sebagai anak-anak Tuhan, apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus menjadi dasar dari gerak langkah kita. Tuhan Yesus mengajarkan, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”. Prinsip hidup melayani ini merupakan paradoks dalam ajaran kekeristenan. Ketika banyak orang berupaya mencari penghormatan melalui status sosial dan ekonomi, Tuhan Yesus mengajarkan sebaliknya, yaitu menjadi pelayanan bagi yang lain.
Di tengah-tengah situasi pandemi ini, kepedulian, saling tolong menolong dan melayani menjadi tindakan yang penting. Karena dengan demikian kita dapat meringankan beban orang-orang lain yang membutuhkan pertolongan. Jangan kita diam saja, tetapi melakukan sesuatu meski hanya kecil dan sederhana, namun juka dilakukan dengan segenap hati disertai ungkapan syukur maka akan dapat menjadi berkat. Seperti halnya tokoh semar tadi, pelayanannya berlaku untuk semua orang (baik laki-laki – perempuan, tua – muda) maupun semua kondisi (baik suka maupun duka). Dunia membutuhkan pelayanan kita sehingga mereka dapat merasakan hadirnya Kerajaan Allah.
Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan Keluarga
Doa:
Engkau sudah memberikan teladan untuk melayani, ya Tuhan. Oleh karena itu, kami rindu untuk dapat melayani orang-orang lain yang membutuhkan pertolongan sesuai dengan talenta kami masing-masing dengan berkat dan pertolongan-Mu. Terpujilah Nama-Mu, Ya Tuhan Yesus. Amin.