berita
PEGANGAN AJARAN GKI
Views: 2
Majelis Jemaat telah menetapkan Bulan November setiap tahunnya sebagai Bulan Pengajaran GKI Kwitang. Terkait Bulan Pengajaran tersebut, maka Tim Pemahaman Alkitab (PA) Bidang Persekutuan GKI Kwitang menyelenggarakan PA berseri tentang Pengajaran GKI yang bertujuan agar kita semua dapat mengenal ajaran GKI dengan lebih baik.
PA berseri ini akan diadakan 2 (dua) kali pertemuan melalui media zoom dan ditayangkan secara live melalui kanal youtube.
Pertemuan pertama PA serial tentang pengajaran yang membahas topik ‘PEGANGAN AJARAN GKI’ ini telah dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 November 2021 dengan nara sumber Pdt Guruh Jatmiko Septavianus. Nara sumber telah berusaha untuk menjelaskan secara ringkas Pegangan Ajaran GKI tersebut. Melalui topik ‘Pegangan Ajaran GKI’ ini, diharapakan anggota jemaat dan simpatisan dapat mengetahui dan atau disegarkan kembali ingatannya mengenai isi pengangan ajaran GKI.
Menurut Tata Laksana GKI Pasal 12 (tentang Ajaran GKI), disebutkan bahwa dengan berpegang pada Pengakuan Iman GKI yang tertuang dalam Tata Dasar Pasal 3, ajaran GKI dijabarkan dan dituangkan dalam buku katekisasi dan pegangan ajaran. Adapun Buku Katekisasi GKI terdiri dari: Tumbuh Dalam Kristus dan Tuhan Ajarlah Aku. Sedangkan Pegangan Ajaran yang telah ada, yaitu: Pegangan Ajaran mengenai Alkitab, Pegangan Ajaran mengenai Gereja, Pegangan Ajaran mengenai Pentakosta Baru (Kharismatik) – Bahasa Lidah, Kesembuhan, Wahyu Penglihatan, Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.
Penjelasan secara rinci dapat dilihat melalui kanal youtube (). Anggota jemaat juga diperkenankan untuk mendownload materi tersebut melalui klik disini.
Sampai jumpa di bagian kedua serial PA bulan pengajaran GKI dengan topik ALL ABOUT SACRAMENT yang akan dilaksanakan pada Senin, 22 November 2021. Melalui link berikut:
Zoom:
Youtube:
Salam,
Tim PA Bidang Persekutuan GKI Kwitang
WARNA-WARNA LITURGIS
admin berita, news buletin, gki, kwitang, paska 0
Views: 3
Ketika memasuki Prapaskah, maka lilin yang dinyalakan tidak lagi berwarna putih melainkan berwarna ungu. Apakah maknanya?
Warna-warna liturgi adalah salah satu bentuk simbol atau lambang yang digunakan di dalam ibadah Kristen. Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai tanda peristiwa gerejawi. Warna-warna yang digunakan dalam liturgi ini berdasarkan pada Paus Pius V tahun 1570 dan ditetapkan dalam Ordo Missae oleh Paus Pius VI pada tahun 1969. Secara umum, warna-warna pokok liturgi itu adalah putih dan kuning, merah, hijau, ungu dan hitam.
Warna Putih dan Kuning
Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru. Pada umumnya warna putih ini dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian sempurna, kejayaan penuh kemenangan dan kemuliaan abadi.
Sedangkan warna kuning dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk yang lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian sebagaimana dipancarkan oleh emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning ini digunakan menurut arti simbolisasi yang sama, yaitu makna kejayaan abadi, kemuliaan kekal dan kebenaran. Warna ini dapat digunakan bersama-sama atau salah satu. Warna liturgis ini digunakan pada: Masa Paskah, Natal, Epifani, Minggu Trinitas, Kamis Putih, Penahbisan, Peneguhan, Pernikahan, Baptisan dan Peneguhan Sidi.
Merah
Merah merupakan warna api dan darah. Oleh krena itu warna ini dihubungkan dengan penumpahan darah para martir dan saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia. Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tertinggi terutama kaisar. Warna merah digunakan pada: Minggu Palma, Kristus Raja, Kenaikan Tuhan Yesus, Pentakosta.
Hijau
Warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberikan nuansa pengharapan. Warna ini juga dipandang sebagai warna kontemplatif. Warna ini dipakai dalam minggu-minggu biasa.
Ungu
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ini dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristen diundang untuk bertobat, mawas diri dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal maupun Paskah.
Hitam
Warna hitam merupakan lawan dari putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengorbanan, malam, kematian dan kerajaan orang mati. Maka, warna hitam dapat melambangkan kesedihan dan kedukaan hati secara intensif. Dalam liturgi warna hitam ini digunakan pada saat Jum’at Agung.
Selain warna-warna pokok tersebut, ada juga warna lain yang digunakan yaitu warna merah muda, lebih tepatnya adalah ‘pink rose’. Warna merah muda yang artinya adalah sukacita dan kebahagiaan ( joy, happiness, rejoice) memang hanya dipakai pada hari Minggu Adven ke-3/ Gaudete Sunday (atau ke-4/ Laurete Sunday) yang maksudnya mengingatkan bahwa Natal sebentar lagi akan tiba. Digunakan hanya pada hari Minggu-nya saja (dan bukan pada hari-hari sesudahnya) karena setiap hari Minggu pada dasarnya adalah hari perayaan, di mana kita memperingati hari kebangkitan Kristus.
Sedangkan pada hari-hari biasa kita kembali merenungkan masa Pertobatan pada masa Adven, sehingga warna yang digunakan adalah tetap ungu. Menurut General Instruction of the Roman Missal, No. 346 butir f disebutkan bahwa: “Rose may be used, where it is the practice, on Gaudete Sunday (Third Sunday of Advent) and on Laetare Sunday (Fourth Sunday of Lent)”. Dari sini kita juga melihat dasar penggunaan warna merah muda ini dalam liturgi rangkaian liturgi pra pasakah, yaitu minggu keempat Prapaskah yang disebut sebagai minggu laetrae, yang maknanya bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, diesbut juga sebagai Paskah kecil.
PENYALAAN LILIN DALAM MINGGU-MINGGU PRAPASKA
admin berita, news buletin, gki, kwitang, paska 0
Views: 0
Lilin yang dimaknai sebagai lambang kehadiran Kristus dalam Liturgi ini juga mengikuti penggunaan warna dalam liturgi itu. Oleh karenanya, maka dalam minggu Prapaskah dan Adven digunakan lilin yang berwarna ungu (dan juga merah muda). Dinyalakan satu persatu ini untuk menandakan bahwa liiturgi itu sedang memasuki minggu prapaskah (dan Adven) ke berapa.
Dalam praktiknya ada gereja-gereja yang menyalakan lilin satu persatu namun ada juga yang mematikan lilin satu persatu sesuai dengan hitungan Prapaskah keberapa. Namun, jika diperhatikan secara tradisi dan historisnya, maka memadamkan lilin di masa-masa prapaskah kurang tepat.
Tradisi memadamkan lilin ini merupakan bagian dari ritus tenebrae (ritus kegelapan) yang dilakukan pada triduum (tri hari suci). Dalam ritus tenebrae ini, 6 (enam) lilin dimatikan satu persatu untuk menandai masuknya Kristus ke dalam penderitaan hingga pemakaman. Semua ritus itu berakhir saat penyalaan lilin putih sebagai lilin Paskah.
Khusus untuk Jum’at Agung, di mana warna liturginya adalah hitam, semestinya lilin yang digunakan pun berwarna hitam. Namun karena rasanya sangat sulit untuk menemukan lilin berwarna hitam (kecuali memesan secara khusus), maka untuk menyiasatinya dapat dilakukan dengan lilin tetap dinyalakan namun sesudahnya ditutup atau diselubungi dengan kain berwarna hitam.
MAKNA PENYALAAN LILIN SEBELUM KEBAKTIAN
admin berita, news buletin, gki, kwitang, paska 0
Views: 0
Sebelum kebaktian di GKI, selalu ada penatua yang menyalakan lilin. Tindakan liturgis ini dilakukan sebelum memulai perarakan liturgi gereja. Apakah penyalaan lilin tersebut ada maknanya?
Cahaya Dalam Liturgi
Cahaya di dalam liturgi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu cahaya alami dan buatan. Cahaya alami ini dihasilkan dari cahaya (terang) matahari sedangkan yang buatan ini berasal dari obor, lampu dan lilin. Dalam khasanah liturgi, maka penggunaan cahaya ini lebih banyak menggunakan cahaya buatan.
Sumber cahaya buatan ini bersumber dari api. Pada umumnya api melambangkan sumber kehangatan, penerangan dan pembersihan. kehangatan, penerangan dan pembersihan terpancar melalui terang cahaya lilin, obor maupun lampu yang menyala.
Dalam tradisi religius, api dan cahayanya dipandang sebagai karunia Allah yang memberikan kehidupan dan pembersihan diri manusia. Dalam tradisi Kristiani, api dan cahayanya ini diberi makna baru menurut misteri Paskah Kristus. Oleh karena itu api dan cahayanya itu melambangkan Kristus sendiri yang telah menderita sengsara, mati dan bangkit.
Cahaya Dalam Tradisi Yahudi dan Romawi
Penggunaan cahaya di dalam liturgi tidak muncul begitu saja, melainkan diadaptasi dari penggunaan cahaya dalam tradisi ibadah Yahudi maupun tradisi cahaya dari budaya Romawi. Secara ringkas, Saunder mencatat sejarah penggunaan cahaya dalam tradisi Yahudi dan Romawi itu sebagai berikut:
- Di kalangan Yahudi, suatu lampu dinyalakan terus-menerus di Bait Suci dan rumah-rumah ibadat, bukan hanya untuk menjamin agar lilin-lilin atau lampu-lampu minyak lainnya dapat dinyalakan pada sore hari, melainkan juga untuk menunjukkan kehadiran Tuhan (bdk Kel 27:20-21 dan Im 24:2-4). Di kemudian hari, Talmud menetapkan suatu lampu menyala di Tabut, di mana Taurat dan tulisan-tulisan Kitab Suci lainnya disimpan, guna menunjukkan penghormatan kepada Sabda Allah.
- Budaya kafir Romawi juga mempergunakan lilin-lilin dalam praktek keagamaan mereka. Lilin-lilin menyala dipergunakan dalam perarakan keagamaan dan militer, guna menunjukkan kehadiran alah mereka, bantuan atau pertolongan dari para dewa-dewa. Dengan berkembangnya praktek penyembahan kaisar, lilin-lilin juga dinyalakan dekat gambar kaisar sebagai tanda penghormatan. Ingat bahwa di zaman Yesus, kaisar dianggap sebagai allah dan bahkan digelari Pontifex Maximus (Imam Besar) dan Dominus et Deus (Tuhan dan Allah).
- Umat Kristiani mengadaptasi penggunaan lilin-lilin menyala (atau bahkan lampu-lampu minyak di Kekaisaran Romawi Timur) untuk Misa / Eucharisti / Perjamuan Kudus, prosesi liturgis, ibadat sore, dan juga prosesi pemakaman.
Makna Teologis Bagi Umat Kristiani
Dalam perkembangannya kemudian, umat Kristiani, memberikan makna teologis terhadap penggunaan lilin, antara lain:
- Cahaya lilin melambangkan Kristus sebagai Cahaya dan Terang Dunia
- Cahaya lilin melambangkan Pengorbanan dan Kasih, lilin yang membiarkan dirinya terbakar habis merupakan simbol Pengorbanan dan cahaya yang dihasilkan menerangi seluruh sisi kegelapan merupakan Kasih Tuhan Yesus yang menerangi seluruh umatnya.
- Cahaya Lilin Paskah menjadi simbol ritus lucernarium (ritus cahaya malam Paskah) simbol Kristus Sang Cahaya Dunia Sumber Segala Terang
- Api yang menyala pada lilin melambangkan cahaya mengusir kegelapan, Kristus yang mengalahkan kematian
- Cahaya lilin pada Altar memberi makna tanda akan Kehadiran Yesus Kristus pada Perayaan tersebut.
Dalam perkembangannya kemudian, umat Kristiani, memberikan makna teologis terhadap penggunaan lilin, antara lain:
Cahaya Lilin melambangkan Kristus sebagai Cahaya dan Terang Dunia
Cahaya Lilin melambangkan Pengorbanan dan Kasih, lilin yang membiarkan dirinya terbakar habis merupakan simbol Pengorbanan dan cahaya yang dihasilkan menerangi seluruh sisi kegelapan merupakan Kasih Tuhan Yesus yang menerangi seluruh umatnya.
Cahaya Lilin Paskah menjadi simbol ritus lucernarium (ritus cahaya malam Paskah) simbol Kristus Sang Cahaya Dunia Sumber Segala Terang
Api yang menyala pada lilin melambangkan cahaya mengusir kegelapan, Kristus yang mengalahkan kematian
Cahaya lilin pada Altar memberi makna tanda akan Kehadiran Yesus Kristus pada Perayaan tersebut.
BIRTHDAY DEPRESSION
Views: 0

Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Yesaya 46:4
Birthday Blues atau Birthday Depression merupakan keadaan di mana muncul rasa sedih, putus asa, depresi dan tidak bahagia menjelang ataupun saat hari ulang tahun.
Menurut studi, stres dan sedih ini muncul karena rasa takut untuk menjadi tua.
Kecemasan akan kehidupan di masa tua menimbulkan munculnya depresi, terutama saat orang merasa usianya akan bertambah, namun impian dan target hidupnya belum tercapai hingga kini.
Satu hal yang tidak bisa ditepis, usia kita pasti bertambah dan sisa umur kita semakin berkurang, serta tingkat produktivitas kita tentu menurun.
Di tengah bertambahnya usia, di antara pencapaian-pencapaian yang belum terwujud, ada satu kepastian bahwa tangan Tuhan menyertai hari-hari hidup kita.
Bahkan ketika kelemahan fisik menimpa, Tuhan akan tetap menggendong kita. Inilah pesan Tuhan sendiri di dalam firman-Nya (Yesaya 46:4).
Memang target dan pencapaian merupakan sesuatu yang penting, namun satu hal yang perlu disadari, bahwa kita adalah manusia yang terbatas dan jauh dari sempurna. Kita bukan “superhuman” yang bisa melakukan segala hal.
Kita bisa belajar dari Daud di dalam 1 Tawarikh 28. Daud memiliki impian yang sangat mendalam untuk membangun Bait Suci. Tetapi karena alasan tertentu, Tuhan tidak mengkehendaki Daud untuk melakukannya.
Daud tidak kecewa, sebaliknya ia persiapkan dengan begitu rupa, sehingga Salomo, anaknya, berhasil melakukan impiannya. Impian dan target tidaklah salah, dan memang sebagai orang percaya kita perlu memiliki impian.
Hanya saja, bila yang terbaik telah kita upayakan, pada akhirnya Tuhan yang Maha Tahu untuk menetapkan apakah impian kita itu bisa terlaksana atau tidak.
Berserahlah kepada Tuhan, hadapi hari-hari hidup kita ke depan dengan tetap percaya, berharap, dan melakukan yang terbaik.
Hadapilah hari-hari hidup kita dengan percaya dan berharap kepada Tuhan, serta melakukan yang terbaik dari diri kita.
“Hari-hari hidup bukan untuk dicemaskan karena kasih setia Tuhan selalu baru setiap pagi dan itu tak pernah habis, jalani saja!”
TUNDUKLAH PADA PEMERINTAHMU
Views: 0

Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
Roma 13:1
Setiap kebijakan pemerintah selalu diiringi dengan adanya pro dan kontra, apalagi jika kebijakan tersebut terkesan “tumpul ke atas, tajam ke bawah”. Terhadap isu ini, Alkitab memberikan pengertian kepada kita tentang bagaimana seharusnya orang-orang percaya bersikap.
Dari kisah Raja Nebukadnezar yang seorang penyembah berhala, Tuhan mengizinkannya memerintah kaum Yahudi selama 70 tahun. Uniknya, Tuhan memerintahkan agar orang-orang Yahudi masa itu untuk tunduk kepada raja. Nasihat yang sama dapat kita temukan dari Rasul Paulus kepada jemaat di Roma.
Pemerintahan kaisar masa itu memberlakukan pajak yang tinggi serta mengizinkan penganiayaan terhadap mereka. Namun Rasul Paulus mengingatkan bahwa tidak ada pemerintahan yang tidak berasal dari Allah.
Ada satu pernyataan yang menarik, yaitu “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu”. Kalimat ini juga dapat menjelaskan pernyataan Allah dalam Yeremia 25:9 yang menyatakan bahwa Raja Nebukadnezar adalah hamba-Nya.
Perhatikanlah kata “hamba Allah”. Ini mengartikan bahwa mereka memang dipakai Allah sebagai kepanjangan tangan-Nya. Jadi Allah pasti memegang kontrol atas setiap pemerintahan, baik itu presiden, raja, para menteri, kepala daerah, atau siapa pun yang disebut pemimpin dalam suatu negara.
Begitu pun dengan pemerintah yang saat ini memimpin Indonesia, mereka memimpin atas seizin Allah. Ia berpesan agar kita tunduk terhadap pemerintahan yang ada dengan mentaati setiap undang-undang.
Jika ada peraturan yang dianggap menciderai keadilan dan tidak bersinergi dengan peraturan lainnya, kita juga diberikan hak untuk melakukan uji materi sebuah peraturan perundang-undangan. Jangan anarki, mari tunduk terhadap pemerintah kita, lakukan setiap hak dan kewajiban sesuai prosedur dan aturan yang ada.
Yakinlah bahwa pemerintah kita adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Jangan bersikap semaunya, lakukan hak dan kewajiban kita sesuai peraturan yang ada.
“Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan kita.”
Saat uang logam itu berdenting di trotoar, banyak orang yang menoleh. Disadari atau tidak, kita semua cenderung mendengarkan suara tertentu yang menarik perhatian kita. Seorang ibu tahu suara anaknya di ruangan yang dipenuhi tangisan bayi. Seorang atlet terlatih mendengar suara pelatihnya bahkan ketika ribuan orang berteriak dan bersorak.
Orang yang peka secara spiritual akan mendengar suara Tuhan. Tidak selalu mudah untuk mendengar suara Tuhan di tengah dunia yang semakin bising. Mendengarkan adalah disiplin spiritual dan keterampilan yang harus terus dipelajari. Bagaimana kita belajar mendengarkan suara Tuhan di saat-saat seperti ini? Kita harus belajar untuk diam dan siap mendengarkan suara Tuhan.
Kisah Ayub pada bacaan Alkitab hari ini cukup memberi jawaban bahwa doa adalah salah satu cara terbaik untuk mendengarkan suara Tuhan. Kebanyakan dari kita membayangkan doa seperti monolog:
Kita berbicara kepada Tuhan, berterima kasih yang tulus dan mengajukan segala permohonan permintaan kita. Tetapi doa yang Tuhan ajarkan kepada Ayub adalah dialog, di mana kita berbicara dengan Tuhan dan Tuhan berbicara kepada kita.
Kita harus dapat menunggu Tuhan dalam saat hening, dan memberikan Tuhan kesempatan untuk berbicara kepada kita. Tuhan pun dapat memilih salah satu dari banyak cara untuk berkomunikasi dengan kita, menurut apa yang terbaik pada waktu dan keadaan tertentu.
Tuhan dapat berbicara melalui pikiran kita, Ia dapat berbicara melalui firman Tuhan yang kita baca, dan juga melalui nasihat orang lain. Mari belajar untuk menjadi peka agar kita dapat mendengarkan suara Tuhan.
Melatih kepekaan pendengaran akan suara Tuhan dengan berkomunikasi secara teratur dengan Tuhan melalui doa dan membaca firman Tuhan.
“Doa adalah komunikasi. Anda berbicara, Tuhan mendengarkan. kita mendengarkan ketika Tuhan berbicara.”
— Omoakhuana Anthonia
LEARNING TO LISTEN
Views: 0

Perhatikanlah, hai Ayub, dengarkanlah aku, diamlah, akulah yang berbicara.
Ayub 33:31
Alkisah, seorang zoologi dan temannya sedang berjalan di jalan kota yang sibuk. Di tengah bisingnya lalu lintas, ia berseru kepada temannya, “Dengar suara jangkrik itu!” Temannya heran dan berkata, “Kamu mendengar suara jangkrik di tengah-tengah semua kebisingan ini?” Tanpa sepatah kata pun, zoologi itu mengeluarkan uang logam dari sakunya, dan melemparkannya ke udara.
Saat uang logam itu berdenting di trotoar, banyak orang yang menoleh. Disadari atau tidak, kita semua cenderung mendengarkan suara tertentu yang menarik perhatian kita. Seorang ibu tahu suara anaknya di ruangan yang dipenuhi tangisan bayi. Seorang atlet terlatih mendengar suara pelatihnya bahkan ketika ribuan orang berteriak dan bersorak.
Orang yang peka secara spiritual akan mendengar suara Tuhan. Tidak selalu mudah untuk mendengar suara Tuhan di tengah dunia yang semakin bising. Mendengarkan adalah disiplin spiritual dan keterampilan yang harus terus dipelajari. Bagaimana kita belajar mendengarkan suara Tuhan di saat-saat seperti ini? Kita harus belajar untuk diam dan siap mendengarkan suara Tuhan.
Kisah Ayub pada bacaan Alkitab hari ini cukup memberi jawaban bahwa doa adalah salah satu cara terbaik untuk mendengarkan suara Tuhan. Kebanyakan dari kita membayangkan doa seperti monolog:
Kita berbicara kepada Tuhan, berterima kasih yang tulus dan mengajukan segala permohonan permintaan kita. Tetapi doa yang Tuhan ajarkan kepada Ayub adalah dialog, di mana kita berbicara dengan Tuhan dan Tuhan berbicara kepada kita.
Kita harus dapat menunggu Tuhan dalam saat hening, dan memberikan Tuhan kesempatan untuk berbicara kepada kita. Tuhan pun dapat memilih salah satu dari banyak cara untuk berkomunikasi dengan kita, menurut apa yang terbaik pada waktu dan keadaan tertentu.
Tuhan dapat berbicara melalui pikiran kita, Ia dapat berbicara melalui firman Tuhan yang kita baca, dan juga melalui nasihat orang lain. Mari belajar untuk menjadi peka agar kita dapat mendengarkan suara Tuhan.
Melatih kepekaan pendengaran akan suara Tuhan dengan berkomunikasi secara teratur dengan Tuhan melalui doa dan membaca firman Tuhan.
“Doa adalah komunikasi. Anda berbicara, Tuhan mendengarkan. kita mendengarkan ketika Tuhan berbicara.”
— Omoakhuana Anthonia
GOD BE WITH YOU
Views: 2
Mazmur 46:11, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”
Setiap kita tentu tak asing dengan lagu “God Will Take Care of You”, atau lagu Kidung Jemaat “Apa pun Juga Menimpamu”. Sepenggal liriknya berbunyi, “Apa pun juga menimpamu, Tuhan menjagamu. Naungan kasih-Nya pelindungmu. Bila menanggung beban berat, Tuhan menjagamu.”
Lagu ini terinspirasi dari kisah pendeta Walter Stillman Martin yang hendak melayani bersama istrinya. Namun tiba-tiba istrinya sakit dan ia berencana membatalkan pelayanannyanya. Lantas anak-anaknya berpesan agar papanya tetap pergi melayani dan nanti Tuhan yang akan menyertai.
Benar saja, sekembalinya dari pelayanan pendeta Martin bersyukur karena Tuhan menjaga istrinya selama ia melayani. Ia pun menuliskan lirik-lirik lagu yang kemudian diubah oleh istrinya Civilla Martin.
Inilah perenungan bagi kita, bahwa perjalanan hidup ke depan mungkin bisa membuat kita takut dan khawatir, tetapi sadarilah bahwa Tuhan beserta dan menjaga kita. Kitab Pengkhotbah mengajarkan bahwa semua di dunia ini waktunya.
Artinya, setiap kita memang akan mengalami berbagai musim kehidupan, entah itu menyenangkan maupun menyakitkan.
Tahun-tahun yang telah kita lalui adalah musim kehidupan yang telah berlalu.
Di depan akan ada berbagai musim yang harus dihadapi.
Setiap kita tentu mengharapkan dan mengupayakan sesuatu yang terbaik. Hanya saja masa depan tetaplah sebuah misteri. Tanpa menolak sikap optimis, kenyataannya misteri itu menyimpan suka dan dukanya tersendiri.
Tidak mudah menghadapi masa depan, tapi hal yang paling meneguhkan dalam hidup ini adalah Tuhan setia menjaga. Ya, Tuhan ada bersama kita. Ia siap menyertai sepanjang hidup kita, apa pun musim yang akan kita lalui. Tak ada satu hal pun dalam hidup ini yang luput dari penyertaan-Nya.
Jangan takut menghadapi perubahan hidup. Yakini dan hidupilah bahwa Tuhan menyertai hidup kita sepanjang perjalanan kehidupan ini.
“Remind yourself that God is with you always.”
TAK LAGI MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI
Views: 1
Yakobus 3:16, Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Pengabdian hidup Martin Luther King, Jr. untuk kaumnya telah merubah sejarah hak kemanusiaan di Amerika Serikat. Dalam mengejar mimpinya untuk menegakkan keadilan hak manusia, ia sering dipenjara, dilempar batu, ditikam, diserang secara fisik, bahkan rumahnya pernah dibom. Ia telah mengorbankan segalanya termasuk dirinya.
Dalam pidato terakhirnya ia mengatakan, “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri saya sekarang. Hari-hari mendatang sangat berat. Namun sekarang ini semuanya tak menjadi masalah lagi bagi saya. Karena selama ini saya berada di puncak gunung. Saya takkan keberatan.
Seperti siapa pun juga, saya ingin berumur panjang. Umur panjang punya tempatnya sendiri. Namun sekarang ini saya sudah tidak lagi memusingkannya. Saya hanya ingin melaksanakan kehendak Tuhan.” Demikianlah untuk menuntaskan kehendak Tuhan di dalam hidup ini, salah satu kuncinya adalah kita tidak lagi mementingkan diri sendiri.
Setiap dari kita tentu selalu ingin melakukan kehendak Tuhan. Kita rindu menjadi berkat dan dampak bagi sekitar kita. Tetapi sudahkah kita mampu mengesampingkan kepentingan dan kesenangan pribadi kita untuk kepentingan orang lain?
Dalam hidup Yesus, hal terpenting bagi-Nya ialah melakukan kehendak Bapa-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yohanes 4:34).
Itu sebabnya Ia tak pernah memusingkan kepentingan pribadi-Nya. Pada akhirnya, Ia rela mengorbankan nyawa-Nya sendiri demi menuntaskan kehendak Bapa-Nya.
Rindukah kita melakukan kehendak Tuhan di dalam hidup ini? Teladanilah sikap Yesus! Latihlah diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, sebab di hari-hari terakhir manusia akan mencintai diri sendiri.
Di mana ada sikap mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yakobus 3:16). Itu sebabnya, sebagai murid Kristus sejati mari kita belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri.
Buanglah sifat mementingkan diri sendiri, sebaliknya belajar memperhatikan kepentingan orang lain dengan mengasihi, berkorban, dan memperhatikan keperluan mereka.
“Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri.” — Roma 14:7
