WARNA-WARNA LITURGIS
Views: 3
Ketika memasuki Prapaskah, maka lilin yang dinyalakan tidak lagi berwarna putih melainkan berwarna ungu. Apakah maknanya?
Warna-warna liturgi adalah salah satu bentuk simbol atau lambang yang digunakan di dalam ibadah Kristen. Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai tanda peristiwa gerejawi. Warna-warna yang digunakan dalam liturgi ini berdasarkan pada Paus Pius V tahun 1570 dan ditetapkan dalam Ordo Missae oleh Paus Pius VI pada tahun 1969. Secara umum, warna-warna pokok liturgi itu adalah putih dan kuning, merah, hijau, ungu dan hitam.
Warna Putih dan Kuning
Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru. Pada umumnya warna putih ini dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian sempurna, kejayaan penuh kemenangan dan kemuliaan abadi.
Sedangkan warna kuning dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk yang lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian sebagaimana dipancarkan oleh emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning ini digunakan menurut arti simbolisasi yang sama, yaitu makna kejayaan abadi, kemuliaan kekal dan kebenaran. Warna ini dapat digunakan bersama-sama atau salah satu. Warna liturgis ini digunakan pada: Masa Paskah, Natal, Epifani, Minggu Trinitas, Kamis Putih, Penahbisan, Peneguhan, Pernikahan, Baptisan dan Peneguhan Sidi.
Merah
Merah merupakan warna api dan darah. Oleh krena itu warna ini dihubungkan dengan penumpahan darah para martir dan saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia. Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tertinggi terutama kaisar. Warna merah digunakan pada: Minggu Palma, Kristus Raja, Kenaikan Tuhan Yesus, Pentakosta.
Hijau
Warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberikan nuansa pengharapan. Warna ini juga dipandang sebagai warna kontemplatif. Warna ini dipakai dalam minggu-minggu biasa.
Ungu
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ini dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristen diundang untuk bertobat, mawas diri dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal maupun Paskah.
Hitam
Warna hitam merupakan lawan dari putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengorbanan, malam, kematian dan kerajaan orang mati. Maka, warna hitam dapat melambangkan kesedihan dan kedukaan hati secara intensif. Dalam liturgi warna hitam ini digunakan pada saat Jum’at Agung.
Selain warna-warna pokok tersebut, ada juga warna lain yang digunakan yaitu warna merah muda, lebih tepatnya adalah ‘pink rose’. Warna merah muda yang artinya adalah sukacita dan kebahagiaan ( joy, happiness, rejoice) memang hanya dipakai pada hari Minggu Adven ke-3/ Gaudete Sunday (atau ke-4/ Laurete Sunday) yang maksudnya mengingatkan bahwa Natal sebentar lagi akan tiba. Digunakan hanya pada hari Minggu-nya saja (dan bukan pada hari-hari sesudahnya) karena setiap hari Minggu pada dasarnya adalah hari perayaan, di mana kita memperingati hari kebangkitan Kristus.
Sedangkan pada hari-hari biasa kita kembali merenungkan masa Pertobatan pada masa Adven, sehingga warna yang digunakan adalah tetap ungu. Menurut General Instruction of the Roman Missal, No. 346 butir f disebutkan bahwa: “Rose may be used, where it is the practice, on Gaudete Sunday (Third Sunday of Advent) and on Laetare Sunday (Fourth Sunday of Lent)”. Dari sini kita juga melihat dasar penggunaan warna merah muda ini dalam liturgi rangkaian liturgi pra pasakah, yaitu minggu keempat Prapaskah yang disebut sebagai minggu laetrae, yang maknanya bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, diesbut juga sebagai Paskah kecil.