GEREJA BAGAI BAHTERA
Views: 0
Umat Tuhan yang dikasihi Kristus, Syalom Alekhem. Apakabar? Kita berjumpa kembali pada minggu kedua Bulan Ulang Tahun GKI Kwitang.
Kita bersyukur karena Tuhan memelihara kehidupan GKI Kwitang 92 tahun sebagai Mitra Allah untuk menjalankan persekutuan, kesaksian dan pelayanan.
Gereja Tuhan sering digambarkan dengan bermacam sebutan, antara lain gereja digambarkan sebagai bangunan, dimana anggota-anggota jemaat sebagai batu-batu hidup yang disusun di atas dasar Batu Penjuru yaitu Kristus. Atau gereja digambarkan sebagai Tubuh Kristus, dimana anggota-anggota jemaat adalah anggota Tubuh Kristus dan Kristus sebagai Kepala. Atau gereja digambarkan sebagai kawanan domba gembalaan, dan Tuhan Yesus adalah Gembalanya.
Seperti pujian yang dinyanyikan oleh sebuah keluarga anggota jemaat GKI Kwitang Pos Kapuk Muara lagu yang berjudul Gereja Bagai Bahtera. Firman Tuhan menjadi dasar renungan kita terambil dari Injil Matius 8:25 , yang demikian: Maka datanglah murid-murid -Nya membangunkan Dia , katanya “Tuhan tolonglah, kita binasa.” Demikianlah Firman Tuhan. Berbahagialah setiap orang yang mendengar Firman Tuhan dan yang memeliharanya.
Dalam buku Seri Selamat, Andar Ismail menceritakan bahwa Gereja dan bahtera ada kemiripan dalam beberapa hal. Oleh sebab itu, sejak abad ke-3 gereja diibaratkan sebagai bahtera. Nyanyian “Gereja Bagai Bahtera” dalam NKB 111 memperlihatkan beberapa kemiripan itu.
Gereja bagai bahtera di laut yang seram. Saudara-saudara, sebagaimana bahtera selalu “mengarahkan haluannya ke pantai seberang” yang menjadi titik tujuan, demikian juga gereja perlu merumuskan apa visi dan misi yang menjadi arahnya. GKI Kwitang akan terus mengarahkan visi dan misinya menjadi Mitra Allah menjalankan Tritugas Gereja: Koinonia, Marturia dan Diakonia (Persekutuan, Kesaksian dan Pelayanan).
Bait pertama nyanyian ini pun memperlihatkan risiko pada masa kini yang perlu diperhitungkan, yaitu badai persoalan, bak laut yang menyeramkan di samudera yang mengamuk, dan gelombang yang menghempas, sehingga tujuan terasa jauh.
Bait kedua menceritakan reaksi-reaksi untuk cari aman dari risiko itu. Yang paling aman adalah jika bahtera itu tetap tinggal di pelabuhan. Jika Gereja juga cenderung cari aman dan tetap tinggal di dunia rohani saja. Akibatnya, gereja tidak mau tahu soal iptek, ekologi, keadilan, atau hak asasi manusia. Gereja hanya memikirkan urusan rohani saja. Sehingga, terkadang: “gereja pun suka berhenti, tak mau menempuh samudera, tak ingin berjerih, tak ingat akan dunia yang hampir tenggelam, tak bertekun di dalam tugasnya.”
Bagaimana dengan GKI Kwitang? Marilah kita introspeksi diri. Apakah kita termasuk seperti gereja yang suka berhenti? Yang hanya mau mengenang masa lalu? Yang tidak mau menempuh perjalanan samudera? Yang tidak mau berjerih? Yang tidak mau menjalankan tugasnya?
Seiring dengan semangat restorasi gedung gereja, marilah kita bersemangat merestorasi diri sebagai jemaat Tuhan sehingga kita semakin bersemangat melaksanakan Tritugas gereja tersebut. Amin, Saudara?
Kita bersyukur, Roh Allah yang menyatukan, membina dan membentuk jemaat di dalam iman, pengharapan dan kasih. Tuhan sudah menyertai perjalanan pelayaran bahtera GKI Kwitang selama 92 tahun menghadapi gelombang dan badai. Saat ini badai pandemi sedang menimpa kita semua. Bagaimana sikap kita seharusnya? Seperti Refrein nyanyian yang indah ini, baik lagu maupun syairnya: Tuhan, tolonglah! Tanpa Dikau semua binasa kelak. Ya Tuhan, tolonglah !
Lirik terjemahan Yamuger ini langsung mengingatkan kita pada cerita tentang angin ribut di danau Galilea, di mana para rasul yang panik berseru, “Tuhan, tolonglah, kita binasa” (Mat. 8:25). Ternyata Tuhan yang menyertai mereka, Tuhan melindungi mereka dan menolong mereka.
Tetapi teks asli nyanyian ini yang dikarang untuk Dewan Gereja-gereja se-Dunia oleh Martin Schneider menekankan permohonan agar Tuhan tetap tinggal dan bersama-sama kita. Bunyinya: Bleibe bei uns, Herr! Bleibe bei uns, Herr! Artinya seruan kepada Tuhan: Tinggallah bersama kami, Tuhan! Tinggallah bersama kami, Tuhan! Agar kami tidak sendirian dalam pelayaran melalui samudra ini. Ya, Tuhan, tinggallah!
Biarlah seruan dan doa ini menjadi seruan dan doa kita semua. Semoga Tuhan berkenan tinggal bersama didalam bahtera kita, Tuhan tidak meninggalkan kita. Sebab jikalau tanpa Tuhan, kita akan binasa! Sebaliknya kita percaya, Tuhan tetap menyertai kita, Tuhan mau menolong dan melindungi kita, bahkan Tuhan mau membimbing kita untuk melaksanakan persekutuan, kesaksian dan pelayanan di tengah zaman yang sulit ini. Sehingga keberadaan gereja kita menjadi saluran berkat bagi dunia saat ini.
Saudara-saudara, bersediakah Saudara tetap memegang komitmen untuk tetap bersatu padu, setia dan bertekun? Majulah, bersemangatlah dalam perjuangan, berteguhlah dalam pengharapan sampai ke pelabuhan abadi!
Selamat berkarya sebagai mitra Allah. Tuhan memberkati. Amin.
Mari kita berdoa:
Ya Tuhan Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur Tuhan sudah menyertai perjalanan bahtera GKI Kwitang selama 92 tahun. Tinggallah terus bersama kami, supaya kami selamat dan mampu menjalankan tugas dan panggilan kami sebagai gereja: bersekutu, bersaksi dan melayani.
Kami bersyukur ada banyak Saudara yang telah disembuhkan oleh Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati semua orang yang berjuang menghadapi pandemi ini.
Kami berdoa dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Dirgahayu GKI Kwitang ke 92!
Tuhan memberkati Saudara dan keluarga.