renungan
RUKUN UNTUK BERBAGI
admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan 0
Bahan: Mazmur 133:1-3,
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Saudara-saudari yang dikasihi Kristus, pokok pikiran renungan ini merupakan cerminan apa yang banyak dialami jemaat gereja di masyarakat kita. Datangnya bencana alam selalu mendahului kesiapan para korban, sehingga bencana alam itu seperti banjir, gempa bumi dan tanah longsor selalu membawa korban materi yang tidak sedikit. Menghadapi bencana alam seperti banjir, gempa bumi, membutuhkan gerak kebersamaan di antara masyarakat yang terdampak, di sini dibutuhkan dan terlihat bagaimana masyarakat rukun untuk berbagi. Di masyarakat kita rukun untuk berbagi terlihat dari kata pepatah “berat sama di pikul, ringan sama dijinjing.”
Terlihatnya kerukunan dalam suasana kesulitan, belakangan ini di daerah Jawa Timur yang terkena banjir melanda banyak kampung, membuat banyak warga meninggalkan rumah dan mengungsi sementara. Mereka merasa beruntung bisa mengungsi ke gedung gereja walau pun mereka bukan orang Kristen, agar terbebas dari banjir. Demikian juga warga gereja, menyiapkan tempat untuk berbaring tidur, walau hanya dengan tikar dan karpet yang memadai. Dua bulan yang lalu, ada rumah yang kebakaran di dekat gereja GKI Kwitang, membuat warga yang terdampak kebakaran ini kehilangan tempat berteduh. Dengan sigap anggota gereja GKI Kwitang, mengundang mereka untuk berteduh sementara bagi mereka. Kebetulan ruang gedung pertemuan cukup luas untuk menampung mereka. Pihak gereja bekerja sama dengan pihak R.T menyediakan makanan, karena mereka kesulitan untuk memasak di gedung pertemuan itu. Sampai mereka mendapat bantuan dari pemerintah setempat (kelurahan) sehingga mereka meninggalkan tempat penampungan sementara ini.
Kerukunan antar berbagai pihak untuk berbagi kadang terganjal atau terkendala karena perbedaan agama dan iman. Sewaktu suatu daerah terkena gempa bumi yang mengharuskan banyak warga kampung mengungsi. Ada bantuan yang ditolak para korban karena di packing bantuan itu tercantum lembaga pemberi yang tidak seagama dengan para korban. Keadaan ini memperlihatkan menolak kerukunan untuk berbagi karena berbeda agama. Sebaliknya pihak si pemberi dengan mencantumkan nama lembaganya, memberi agar diingat atau di ketahui siapa yang memberi. Dalam hal seperti ini dapat kita katakan memberi masih dengan pamrih, bukan membangun kerukunan dengan hati yang tulus.
Bahan renungan kita, menunjukkan suatu hal yang sangat berharga yaitu berkat Tuhan untuk berbagi dalam kerukunan. Berkat materi sudah sering kita saling berbagi, tetapi bagaimana berkat rohani, berbagi jalan keselamatan, menolong memberitakan Injil. Tuhan telah menetapkan agar kita berbagi setiap berkat, minyak yang dicurahkan di kepala mengalir ke janggut dan ke leher jubar, sehingga semua menjadi harum, semua kebagian yang sama, itulah Injil yang harus kita beritakan.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Apakah usaha Anda membangun kerukunan di masyarakat lingkungan Anda?
- Pernahkah Anda berbagi berkat yang sangat besar kepada sesama?
- Pernahkah pemberian Anda ditolak, diabaikan karena Anda seorang Kristen?
Mari berdoa:
Bapa yang di surga, rupa-rupa berkat Tuhan telah kami terima, mampukan kami untuk berbagi sebagai usaha membangun kerukunan kami. Jauhkan kami dari sikap egois, karena kami tidak mampu hidup tanpa teman dalam kerukunan. Inilah kerinduan kami dalam Kristus, Amin. [AS060524]
BOLPOIN
admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan 0
Bacaan: 2 Korintus 8:1-2 (TB 2)
“Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang anugerah yang diberikan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, mereka kaya dalam kemurahan”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saya yakin bahwa Anda mengenal yang namanya bolpoin. Bolpoin (ing. ballpoint pen), adalah alat tulis yang ujung matanya menggunakan bola kecil yang berputar untuk mengontrol pengeluaran tinta kental yang disimpan dalam kolom berbentuk silinder. Ujung bolpoin berupa bola kecil dari kuningan, baja atau tungsten karbida yang berdiameter antara 0,07 hingga 0,12 cm. Besar diameter bola berpengaruh pada ketebalan tulisan di atas kertas.
Penggunaan bolpoin ini menggunakan prinsip-prinsip fisika, yaitu: gaya gravitasi dan viskositas. Viskositas sendiri adalah ukuran dari kekentalan suatu fluida, cairan maupun gas. Tinta bolpoin merupakan zat cair yang memiliki viskositas cukup tinggi. Ketika bolpoin tidak digunakan, maka bola di ujung mata bolpoin akan menutup celah di ujung bolpoin dan menahan tinta untuk keluar. Apabila bola ditekan, maka terbentuk celah seperti cincin di antara silinder dan bola. Nah, pada saat menulis tentu kita akan sedikit menekan dan menggoreskan mata bolpoin di atas sebuah kertas. Kala itu, bola yang berada di ujung silinder akan tertekan dan berputar. Kemudian, gaya gravitasi akan memberikan sebuah tarikan pada tinta di dalam bolpoin untuk keluar. Pada saat ditekan dan digesek di atas kertas inilah, tinta akan keluar dari ujung mata bolpoin, sehingga kita bisa menulis.
Memperhatikan cara kerja bolpoin ini, saya jadi teringat salah satu pengalaman iman jemaat Makedonia. Meski sedang menghadapi berbagai macam tekanan, namun mereka tetap mampu menjadi saluran berkat bagi jemaat Yerusalem. Tentang apa yang dilakukan oleh jemaat Makedonia ini, Rasul Paulus bersaksi, “Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang anugerah yang diberikan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, mereka kaya dalam kemurahan”. Ada dua frasa kalimat yang menggambarkan keadaan jemaat Makedonia, yaitu: ‘mereka dicobai dengan berat dalam berbagai penderitaan’ dan ‘mereka sangat miskin’. Penderitaan yang mereka alami adalah persekusi yang mereka rasakan sebagai dampak dari keyakinan iman mereka kepada Kristus. Tekanan ini tentu saja berimbas pada keadaan ekonomi, sehingga mereka menjadi sangat miskin. Namun meski demikian, jemaat Makedonia tetap dapat menjadi berkat. Jemaat Makeldonia telah menjadi teladan yang baik bagi sesama orang Kristen. Ketika ada begitu banyak orang Kristen yang memilih untuk mengeluh atas persoalan kehidupan yang menimpa mereka, jemaat Makedonia justru tetap belajar bersyukur. Ketika banyak orang lain menggunakan ‘persoalan, keterbatasan dan kemiskinan’ sebagai alasan untuk tidak berbagi, jemaat Makedonia justru tetap memberi bantuan kepada jemaat Yerusalem.
Saudaraku, kiranya cara kerja bolpoin ini mengingatkan kita tentang teladan jemaat Makedonia dalam hal bersyukur dan berbagi, sehingga kita pun dapat belajar untuk tetap menjadi berkat meski sedang menghadapi berbagai persoalan. Lihatlah bahwa tulisan-tulisan yang bernas dan puisi-puisi yang indah dapat lahir karena bolpoin ditekan dan digesek. Oleh karena itu, jangan mengeluh dan / atau berdalih, tetaplah menjadi berkat! Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kasih dan berkat-Mu begitu nyata bagi kami. Oleh karena itu kami rindu untuk menjadi saluran berkat bagi orang-orang lain yang membutuhkan. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat melakukannya. Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.
INNER BEAUTY
admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan 0
Bacaan: 1 Samuel 16:7(TB2)
Tetapi Tuhan berfirman kepada Samuel,” Jangan pandang rupanya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan seperti yang dilihat manusia, sebab manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati
Syalom jemaat yang terkasih didalam Tuhan.. Semoga bapak/ibu/saudara-saudari dalam keadaan baik..
Jemaat yang terkasih.. Di zaman modern ini tidak sulit bagi seseorang untuk dapat meng-upgrade atau meningkatkan kualitas penampilan fisiknya. Mulai dari perawatan kulit atau ‘skincare’ sampai pada tindakan operasi plastik, semua dapat dilakukan demi mendapatkan bentuk perubahan penampilan fisik yang diinginkan. Namun demikian, lebih dari keindahan penampilan fisik, ada istilah yang disebut dengan “inner beauty” yang bermakna keindahan yang terpancar dari dalam diri.
Sesuai dengan namanya, inner beauty ini adalah keindahan yang berkaitan dengan kualitas pribadi seseorang, yakni berkaitan dengan kecerdasan, optimisme, dan moral yang baik. Dalam hal ini tak semua orang dapat melihat bagaimana seseorang sedang berjuang menumbuhkan keindahan dari dalam, namun dampaknya akan dapat dirasakan oleh semua orang. Kedamaian, sukacita, dan pengharapan adalah dampak dan berkat yang bisa dirasakan dari seseorang yang memiliki inner beauty.
Bacaan kita saat ini pun menggambarkan bagaimana Tuhan Allah memilih Daud untuk diurapi-Nya menjadi Raja Israel, atas dasar inner beauty yang dimilikinya. Dari kedelapan anak Isai yang lewat di depan Samuel, nyatanya si anak bungsulah yang dipilih Tuhan Allah (Ay. 11-12). Hingga pengurapan Daud menjadi Raja pada akhirnya mengukir sejarah besar bagi perjalanan sejarah Kekristenan. Artinya keterpilihan Daud atas dasar rancangan Tuhan Allah selalu membawa tujuan yang baik bagi umat pilihan-Nya. Sebab manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan mengetahui kualitas diri seseorang demi kebaikan umat-Nya.
Merefleksikan dari kisah Tuhan Allah yang memilih Daud saat ini, pertanyaan yang perlu kita resapi dalam setiap diri kita adalah, “Apakah keindahan diri kita sudah benar-benar berkenan di hadapan Tuhan Allah?” Sebab Allah mengetahui isi hati kita yang terdalam, maka Allah pun akan mengutus kita dengan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan talenta kita.
Mari menghayati masa Paskah saat ini, kita terus berjuang untuk semakin berkenan di hadapan-Nya, hingga akhirnya kehadiran kita dapat menjadi berkat bagi sesama sebab kasih Allah terpancar dari setiap tindak tanduk kita. Selamat berefleksi bagi kita semua. Tuhan memberkati kita.
TUHAN YESUS MEMILIH DAN MENGUTUS KITA
admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan 0
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Syalom Alekhem! Hari ini kita merenungkan Firman Tuhan yang berjudul: ”Tuhan Yesus memilih dan mengutus kita” dengan dasar dari Injil Yohanes 15:16 (TB2) “ Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap .” Demikianlah Firman Tuhan. Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan dan yang melakukannya.
Saudara-saudara, dalam ayat ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa sesungguhnya bukan kita yang memilih Tuhan, tetapi Tuhan Yesuslah yang memilih kita. Bukan karena kita pandai memilih atau punya hikmat untuk memilih, juga bukan karena kita yang pantas memilih Dia! Bukan! Tetapi karena Tuhanlah yang memilih dan mengutus kita.
Mengapa penting bagi kita untuk menyadari bahwa Tuhan telah memilih dan mengutus kita? Karena Tuhan tidak memilih kita secara sembarangan. Dia memilih kita karena kasih-Nya yang besar. Kita semua berharga di mata-Nya, dan Dia ingin supaya kita menjadi bagian dari rencana-Nya yang indah. Tuhan memilih kita sebagai saksi-saksi-Nya di tengah dunia yang membutuhkan kabar keselamatan.
Bagaimana pemahaman ini harus membentuk sikap dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari? Dalam menjalankan panggilan kita, betapa pentingnya kita terus bertumbuh dalam kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan. Marilah kita menghayati pentingnya panggilan dan pengutusan kita sebagai saksi Kristus, supaya kita menghasilkan buah!
Dalam rangka mensyukuri Hari Ulang Tahun Yayasan Sosial Karya Kasih GKI Kwitang ke-55, Paduan Suara Panti Asuhan Dorkas mempersembahkan kesaksian pujian yang berjudul: ”Kita Dipilih.” Melalui pujian ini PS Dorkas hendak menyatakan: “Kita dipilih dan disuruh oleh Tuhan menjadi saksi mewartakan InjilNya. Membawa damai tak suka bermusuhan. Membawa kabar berita sukacita, berkata jujur bertingkah laku sopan. Meredam marah meski terus dihina. Tetap setia mengasihi sesama, rendahkan hati dan pancarkan kasih.”
Lagu ini mengajak kita semua: Mari nyatakan setia kasih Tuhan kepada orang-orang di sekeliling kita. Kuatkan iman dan jadilah teladan terus bercahya menggarami dunia. Kita dipilih dan disuruh Tuhan menjadi kawan bagi yang dijalanan yang hidup miskin tiada keluarga tak tentu arah maupun masa depannya. Kita dipilih disuruh oleh Tuhan untuk menolong mereka yang tersingkir dalam derita serta yang putus asa.
Mari nyatakan kasih, amalkanlah sabdaNya. Mari kita nyatakan kasih setia Tuhan kepada orang di sekeliling kita. Kuatkan iman dan jadilah teladan terus bercahya dan menggarami dunia!
Firman Tuhan hari ini menegaskan bahwa Tuhan memilih dan mengutus kita untuk menjadi saksi Injil. Marilah kita menyadari tanggung jawab kita sebagai utusan Kristus. Kita punya tanggung jawab untuk menyampaikan kasih-Nya kepada orang lain. Itu bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, seperti mengasihi sesama, membantu yang membutuhkan, dan menyebarkan kabar baik tentang Yesus.
Itu bisa dilakukan secara pribadi atau bersama-sama seperti yang dilakukan oleh Yayasan Sosial Karya Kasih beserta unit-unitnya yaitu: Panti Asuhan Dorkas, Panti Werda Karya Kasih, Sekolah Luar Biasa Surya Wiyata, Panti Wisma Harapan, dan Taman Kanak-kanak Tegal Alur.
Bersediakah Saudara mendukung pelayanan Yayasan Sosial Karya Kasih GKI Kwitang untuk menjadi saksi-saksi Injil? Lakukanlah saja. Itu sudah cukup! Amin.
Mari kita berdoa:
Ya Bapa yang di surga, kami bersyukur dan memuji Engkau karena Tuhan Yesus telah memilih dan mengutus kami menjalankan panggilan menjadi saksi-saksi InjilMu. Kami berdoa untuk Yaysasan Sosial Karya Kasih beserta unit-unitnya kiranya Tuhan memberkati selalu. Kami mohon kekuatan dan bimbingan Mu dalam menjalankan panggilan ini dengan setia dan penuh kasih, supaya kami sungguh-sungguh menghasilkan buah. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin. Tuhan Yesus memberkati Saudara dan keluarga!
(RH AM 20524)
TINGGAL DI DALAM ALLAH DAN ALLAH DI DALAM KITA
admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan 0
Bacaan: 1 Yohanes 4:7-21
Salam sejahtera, semoga kita makin memahami dan mempercayai bahwa kita selalu tinggal di dalam Allah dan Allah tinggal di dalam kita serta mempercayai kuasa Roh Kudus diberikan dalam hidup kita, seperti ungkapan dalam 1 Yohanes 4:13 (TB2) Demikianlah kita ketahui bahwa kita tetap tinggal di dalam Allah dan Dia di dalam kita, karena Ia telah mengaruniakan Roh-Nya kepada kita.
Tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam kita, terkait dengan kasih Allah di dalam hidup kita dan kita mengasihi Allah. Kasih itu berasal dari Allah. Orang yang belajar mengenal Allah, berarti belajar mengenal kasih. Orang yang mengasihi, ia belajar mengenal Allah. Kasih membawa orang dekat dengan Allah. Orang yang tetap dalam kasih, berarti tetap dalam Allah.
Kita tidak bisa melihat Allah secara fisik, sebab Allah adalah Roh dan Firman. Kita melihat, mengenal Allah dari hasil karya, perbuatan Allah, yang ajaib dan besar. Kita tidak bisa melihat angin, tapi kita bisa melihat hasil pekerjaan angin seperti pohon bergoyang ditiup angin. Perbuatan Allah yang bisa kita rasakan adalah kasih Allah. Allah datang kepada manusia maka manusia mengalami dan berada dalam kasih Allah dan dimampukan mengasihi sesama. Kita tidak bisa membuktikan keberadaan Allah secara ilmiah.
Keberadaan Allah hanya bisa dirasakan dan dikenal dari kasih Allah pada manusia. Kasih Allah hadir dalam hidup seseorang jika orang tersebut sudah melakukan hidup saling mengasihi. Orang yang menolak dan tidak merasakan kasih Allah, maka hidupnya tidak saling mengasihi. Ketika orang saling mengasihi, itu berarti Kristus ada di dalam orang tersebut. Orang sekitar akan melihat Kristus berada dalam pribadi, keluarga, persekutuan yang saling mengasihi. Seorang perawat, dokter, guru, pegawai, pebisinis yang melayani pasien, pelanggan dengan kasih, maka orang melihat Kristus dalam orang tersebut. Memperkenalkan Allah kepada orang lain, bukan dengan kata-kata saja, tapi dengan perbuatan saling mengasihi.
Ada orang berusaha melakukan kasih, tapi tidak percaya Allah, Yesus dan Roh Kudus, maka orang seperti ini tidak akan sanggup mengasihi sebab kasih itu adalah Allah. Tidak percaya pada Allah, Yesus dan Roh Kudus, sama saja menolak kasih. Orang melawan Allah berarti berada dalam dosa yang menentang kasih dan kehendak Allah. Iblis dan dosa membawa orang pada permusuhan, benci, dendam, sakit hati, menghina, merendahkan, menganiaya, menyebarkan berita dan kebenaran palsu, melakukan kejahatan, keburukan, kerusakan, kecurangan dalam hidup. Ketika orang bersekutu, dalam keluarga dan jemaat yang ada hanya permusuhan, kebencian, dendam, sakit hati, merendahkan, curang, tidak adil, maka persekutuan, keluarga, pribadi tersebut sedang memperkenalkan iblis dan kuasa dosa, bukan memperkenalkan Allah, Yesus dan Roh Kudus.
Allah memberi contoh dan makna kasih dalam Kristus Yesus. Kasih Allah itu adalah Ia yang datang kepada manusia yang berdosa melalui Yesus yang berkorban, menderita, mati, disalib dan bangkit. Allah memberi dan tidak menarik kembali kasihNya itu. Kasih Allah itu setia, tidak berubah sampai selama-lamanya, walau ada manusia yang menolak kasih Allah, menolak Yesus. Kasih Allah tanpa pamrih atau gratis. Kasih Allah itu adalah mengampuni dan menebus dosa melalui Yesus, agar bertobat dan diperbaharui, dituntun Roh Kudus untuk melakukan kehendak Tuhan. Orang yang menerima kasih Allah, berarti mau menyesali dosa, ditebus dosa, diperbaharui, dipimpin Roh Kudus untuk melakukan kasih seperti kasih yang dilakukan Allah dalam Yesus. Kita mengasihi Allah dan mengasihi sesama karena Allah lebih dulu mengasihi kita. Karena kuasa kebangkitan Yesus, kita dimampukan untuk mengasihi Allah dan sesama. Kuasa Yesus membuat kehendak daging dikalahkan dan kita mengikuti kehendak Tuhan yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama.
Kasih Allah dalam Yesus melenyapkan ketakutan. Ketakutan adalah emosi dari orang, rasa gentar ketika menghadapi sesuatu yang mendatangkan hukuman, mendatangkan bencana, kecelakaan, sakit, kedukaan; tidak berani berbuat, menempuh penderitaan, gelisah kuatir dan takut tanpa alasan. Ketika orang berada dalam dosa, maka orang takut menghadap Allah, sebagai hakim, raja, yang adil. Sebab hukuman Allah bagi orang berdosa sangat berat yaitu kematian dan penderitaan kekal. Tapi jika kita menerima kasih Allah, melalui penebusan dosa oleh Yesus, maka ketakutan akan hilang lenyap. Kasih Allah mengalahkan ketakutan, menggantikan dengan keberanian menghadapi masa depan, hari penghakiman, akhir hidup karena kita percaya dosa kita sudah ditebus Yesus, dan kita akan hidup bersama-sama Allah, dan Yesus yang mengasihi dengan sempurna, sejati. Orang yang takut menghadapi penghakiman dan akhir hidup berarti belum sempurna dalam kasih Allah, belum sempurna ditebus, diampuni Allah dosanya, belum sepenuh hati mau dibimbing Roh Kudus. Takut akan Tuhan dalam kitab Amsal bukan berarti takut akan penghakiman atau akhir hidup kita, tapi takut dalam arti menghormati Allah, takut membuah susah hati Allah.
Kita menerima kasih Allah melalui Yesus, dan Roh Kudus membimbing kita melakukan kehendak Allah, maka ini berarti Allah hadir, tinggal dalam kita. Allah tinggal di dalam kita berarti kita mau mengakui dosa, menerima pengampunan dosa, ditebus Yesus, diperbaharui dengan Roh Kudus membimbing kita untuk melakukan kasih seperti kasih Allah, dan melakukan kehendak Allah lainnya.
Kalau kasih Allah tinggal dalam hidup kita, maka kasih Allah itu harus nyata dalam kita mengasihi sesama. Sebab kasih Allah memampukan kita mengasihi sesama. Allah mengasihi kita, maka kita merespon dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Kalau kita mengasihi Allah tapi tidak mengasihi sesama, itu adalah palsu, bohong, dusta. Allah itu kasih, mengasihi Allah berarti mengasihi sesama dan diri sendiri. Mengasihi diri sendiri dalam rangka agar tidak dirusak oleh dosa, atau nafsu kedagingan. Orang yang benar-benar mengasihi Allah, tidak mungkin membenci, merusak diri sendiri, yang diciptakan Allah dengan kasih dan sangat baik, tidak mungkin membenci sesama yang diciptakan Allah dengan penuh kasih dan sangat baik.
Kita adalah milik Allah, dan Ia tidak pernah meninggalkan dan selalu tinggal bersama kita. Kita dilimpahkanNya cinta kasih, agar kita menjadi baik dan suci, seperti ungkapan dalam KJ. 384 ayat 4 Anak-anak milik Bapa tak pernah ditinggalkanNya; dilimpahkan cinta kasih, agar m’reka baik dan suci. Amin.
Berdoa:
Ya Tuhan kiranya kami makin memahami dan mempercayai bahwa hidup kami adalah milik Allah dan selalu tinggal di dalam Allah dan Allah tinggal di dalam kami. Kami makin mempercayai kasih Tuhan dan kuasa Roh Kudus diberikan dalam hidup kami agar kami makin baik dan suci, dalam nama Yesus kami berdoa amin
LIKE FATHER-LIKE SON
admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan 0
Bahan: 1 Raja-raja 9:4-5,
Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, … … maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya seperti yang telah Kujanjikan kepada Daud ayahmu, dengan berkata keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.
Saudara-saudara yang dikasihi Kristus, pesan ayat bahan renungan kita bisa kita kalimatkan seperti kata pepatah ini LIKE FATHER-LIKE SON, sangat diharapkan ketulusan hati dalam kebenaran melakukan kehendak dan firman Tuhan mendarah daging bagi Salomo dalam dia menduduki takhta kerajaan Israel. Rupanya raja Daud dalam hati yang tulus dan dalam kebenaran telah menerima kedudukan sebagai raja Israel. Terlihat apa dasarnya Daud melawan Goliat, bagaimana Daud bersikap hormat kepada Saul walaupun Saul, beberapa kali hendak membunuh Daud. Pada jaman raja Saul, Daud tidak keburu nafsu menjadi raja Israel, dia sadar Jonatan lebih pantas menjadi raja Israel menggantikan Saul. Sedikit pun tidak ada rasa persaingan dan iri hati Daud melihat Jonatan, sebagai putra mahkota. Akhirnya pilihan Tuhan adalah Daud.
Karena usia dalam kelemahan, sesuai dengan firman Tuhan, maka Daud menyerahkan jabatan raja Israel kepada Salomo anaknya. Selanjutnya bagaimana dengan Salomo apakah dia mampu hidup sebagai raja Israel seperti Daud ayahnya. Tuhan juga berkenan kepada Salomo menggantikan Daud dengan pesan seperti disampaikan dalam bahan renungan ini, pesan itu, berintikan agar Salomo hidup dan bertindak sama seperti Daud ayahnya, atau tema kita menyebutkan LIKE FATHER-LIKE SON. Kalau itu terjadi Tuhan berjanji keturunan Daud seperti yang dilanjutkan oleh Salomo, takkan terputus dari kerajaan Israel. Pada awal pemerintahan Salomo, dia mengadakan pengorbanan yang cukup besar, sebagai ungkapan syukur, dan Tuhan berkenan dengan korban itu, sampai Tuhan menemui Salomo dan berkata: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu” dalam kesempatan yang besar ini, Salomo hanya meminta hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat Israel. Permintaan ini sangat mengagumkan dan berkenan kepada Tuhan, yang dapat kita lihat Like Father-Like Son, Salomo tidak gegabah, tidak keburu nafsu kekuasaan dan kekayaan. Sayangnya Salomo tidak mampu bertahan dalam ketulusan hati, kebenaran melakukan firman Tuhan, akibatnya kerajaan Israel terpecah dan terseret menjauh dari firman Tuhan, dia gagal hidup Like Father-Like Son. Dan Allah undur dari raja-raja Israel.
Dalam kehidupan sehari-hari tema yang berbunyi: Like Father-Like Son, kita berikan sebagai pujian, anak mengikuti jejak ayahnya, kalau hal itu dalam kebaikan atau hal yang positif, seperti jiwa pengabdian ke masyarakat, tetapi kita katakan juga Like Father-Like Son sebagai kecaman atau ejekan kalau seorang anak mengikuti jejak ayahnya yang negatif, seperti loba, suka mengumbar nafsu. Terlepas dari kehidupan sehari-hari, secara iman kita mempunyai Bapa dalam Yesus Kristus, sehingga diharapkan kita semakin serupa dengan Kristus.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Seberapa besar Anda mengharapkan anak Anda Like Father-Like Son?
- Kenapa anak Anda tidak mengikuti Anda dan jatuh ke cara hidup yang buruk?
- Adakah tips dari Anda agar kita melihat anak kita Like Father-Like Son ?
Mari berdoa:
Bapa kami dalam sorga, kerinduan kami agar kami makin serupa dengan Kristus yang juga akan kami wariskan kepada anak-anak kami. Kami mohon Roh Kudus mengajar dan menuntun hati kami dalam ketulusan dan mampu hidup sesuai firman Tuhan. Kami mohon dalam nama Yesus Kristus, Amin. [AS290424]
”LHO, KOK TERSERAH?”
admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan 0
Bacaan: Matius 7: 7-8 (TB 2)
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Sebab, setiap orang yang meminta, menerima; yang mencari, mendapat; yang mengetuk, baginya pintu dibukakan”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ada sebuah cerita yang pernah saya dengar dari seorang Bapak. Suatu kali, dalam rangka ‘we time’ (waktu kebersamaan keluarga) ia mengajak istri dan anaknya untuk makan malam di luar (maksudnya makan di resto). Dalam perjalanan, Ia menanyakan kepada istri dan anaknya akan makan makanan jenis apa. Istri dan anaknya menjawab, “terserah saja!” Kemudian ia berkata, “lho, kok terserah? Mesti milih, dong!” Kemudian anaknya mengatakan, “aku tidak suka makan makanan yang pedas, Pi”. Dan istrinya mengatakan, “jangan makan soto, aku bosen”. Kembali si Bapak bertanya, “kalau begitu, mau makan apa?” Istri dan anaknya menjawab kompak, “terserah papi saja”. “Lho, kok terserah?”, respon si bapak. Dan kita dapat menebak akhir dari cerita si bapak ini. Betul! Akhirnya ‘we time’ mereka tidak jadi di lakukan di resto melainkan di dalam mobil sembari keliling kota. Dan ketika mereka kembali ke rumah, mereka pun makan mie instan.
Mungkin cerita semacam ini pernah Anda alami bersama dengan keluarga atau orang lain. Kata “terserah” yang dipakai seringkali tidak bisa memberikan solusi, bahkan malah bisa menambah kebingungan dalam memilih. Dan sadarkah kita bahwa seringkali tanpa sadar kita juga bersikapp “terserah” terhadap permohonan kita kepada Tuhan. Memang sih, kita tidak berkata “terserah”, namun hanya diam tanpa meminta / menyebut dengan jelas apa yang sesungguhnya menjadi permohonan kita itu. Sikap ini muncul karena (mungkin) kita menganggap bahwa Tuhan pasti sudah tahu apa yang akan kita mintakan.
Dalam sebuah pengajaranNya, Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Sebab, setiap orang yang meminta, menerima; yang mencari, mendapat; yang mengetuk, baginya pintu dibukakan”. Kata ‘mintalah’ dan ‘carilah’ memakai bentuk ‘present imperative’, maksudnya adalah perintah yang harus dilakukan secara terus menerus. Itu berarti bahwa tindakan ‘meminta’ dan ‘mencari’ itu dilakukan bukan hanya sekali, melainkan secara terus menerus. Nah, jika meminta dan mencari ini saja mesti dilakukan secara terus menerus, maka itu berarti bahwa apa yang dicari dan yang diminta itu harus jelas dan pasti. Dengan demikian, tidak bisa sekedar “terserah” saja, bukan?
Kata ‘terserah’ seringkali menjadi petunjuk bahwa sesunggunya kita tidak ingin ikut bertanggungjawab terhadap pililhan yang akan diambil. Maksudnya, bila ternyata pilihan yang dipilih itu – katakanlah – keliru, maka kita bisa cuci tangan dengan mengatakan “kan, itu bukan pilihanku!”
Saudaraku, kalau di dalam doa saja Tuhan Yesus meminta kita agar dapat bertanggungjawab atas apa yang kita minta dan cari, apalagi di dalam kehidupan kita. Tentu kita tidak bisa sekedar mengatakan “terserah” terhadap pilihan atau di dalam menyikapi situasi yang ada. Kita harus terus belajar bersikap tegas, bukan sekedar bersikap “terserah”. Jika kita bersikap “terserah”, maka jangan heran jika orang lain berkata, “lho, kok terserah? Jangan dong!” Selamat berjuang Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk dapat menetapkan pilihan di dalam kehidupan kami dengan bertanggungjawab. Oleh karena itu, kami memohon kiranya Roh Kudus menolong kami agar dapat menetapkan pilihan itu dengan tepat. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.