KELUARGA TANGGUH
Views: 0
Bacaan : Pengkhotbah 3:1-15
Masa sekarang ini banyak yang jadi tak sabaran. Tak sabar bebas jalan-jalan, kumpul-kumpul, makan bersama dalam jumlah besar; tapi karena Pandemi belum reda masih harus ditahan kan. Namun banyak juga yang sudah tidak tahan lagi, lalu tak peduli pada akibat nya. Maaf ya bapak ibu, hati-hati lho, kemungkinan Pandemi Gelombang ke 3 dapat muncul di Indonesia, akibat dari ketidak sabaran, atau tak lagi dapat menahan diri untuk melakukan Protokol Kesehatan. Tentu ini bakan hendak menakut-nakuti, namun mengingatkan agar kita tetap waspasa dan menahan diri agar Pandemi Covid-19 segera berlalu dari Indonesia khususnya dan bumi kita ini.
Ketidak sabaran juga dapat terjadi jarena gelombang perkembangan teknologi yang membuat banyak hal dapat dilakukan dengan cepat. Namun kenyataannya ada saja yang dapat terjadi di luar kendali kita (bisa karena teknologi juga), yang harusnya memaksa kita untuk menahan diri. Hoaks misalnya, sangat dapat berpengaruh buruk pada: mulai sari kebenaran hukum sampai, persatuan bangsa juga pencemaran atau kerusakan kepribadian yang dihasilkan oleh hoax. Dalan hal ini, kita diminta untuk rela dan melatih diri unntuk menahan diri dalam memberikan sikap/penilaian ataupun penyebaran sebuah berita yang belum tentu kebenarannya.
Salam kitab Pengkhotbah yang menjadi dasar renungan kita, kita diajak untuk lebih bersabar dalam menghadapi sefala sesuatu. Bersabarnya kita sebagai orang Kristen didasari karena, Allah kita yang maha besar mengetahui apa dan kapan sesuatu yang indah Ia berikan bagi kita. Semuanya Indah pada waktunya. Jika kita saat ini harus menahan diri dengan menerapkan protokon kesehatan, lakukanlah dengan sabar, Tuhan memberi kekuatan pada kita, kita akan bisa melewati semuanya ini, dan pada waktunya yang indah, Tuhan akan memberi kita kelepasan dari semua derita dan kelelahan akibat Pandemi ini. Para anggota keluarga satu dengan yang lain kiranya dapat saling menguatkan dan menghibur untuk dapat selalu “bergandengan tangan” saling menjaga dan memelihara. Kiranya dengan Pandemi ini, keluarga semakin memiliki pengharapan besar kepada Allah sumber pemulihan dan kelepasan. Dengan yakin seriap anggota keluarga dapat mengingatkan bawa Tuhan memberikan segala yang indah pada waktunya.
Jika ada anggota keluarga yang mendapatkan persoalan karena hoax atau apapun yang menyebabkan salah seorang anggota keluarga kita “tergoncang imannya”; dikuasai kesedihan, kemarahan dan keputusan asaan, maka setiap anggota keluarga yang lain hendaknya terpanggil untuk menjadi teman yang penuh pengertian dan mau menerima ia, yang sedang “goyah” itu, apa adanya, sambil terus memberikan kekuatan dan pengharapan pada nya bahwa Tuhan yang penuh kasih, tempat seluruh keluarga bersandar dan memohon, akan memeberikan kekuatan. Dengan demikian kiranya, kondisi iman salah seorang anggota keluarga yang sedang “goyah” itu, melihat penyertaan dan kehadiran Tuhan, serta meyakini bahwa semua akan indah pada waktunya, ditemukan lewat anggota keluarga yang lain yang hidup bersama dalam kasih dan penyertaan Tuhan. Dalam keluarga kita, jangan pernah kita hidup untuk diri sendiri saja (atau kata Pengkhotbah berfoya-foya), namun marilah kita saling menjaga dan menguatkan. Panggilan pertama dan terdekat bagi kita yang ada dalam keluarga adalah mereka yang ada dekat dengan kita, anggota keluarga yang lain. Jika setiap anggota keluarga mau menerima keadaan, yang tidak selalu dapat terjadi seperti kehendak kita, tetapi tetap memiliki iman bahwa tak ada yang sempurna atau tak ada yang abadi di dunia ini (sambil terus berusaha mencari jalan keluar yang terbaik) dan bersamaan dengan itu juga percaya bahwa Tuhan memberi yang Indah, sesuai kehendakNya, pada waktunya, maka keluarga kita akan menjadi keluarga yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan ini.
Kiranya setiap kita menjadi sosok yang berperan penting dalam mengambil bagian kita, untuk ikut berproses menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang tangguh dan beriman bahwa semuanya akan indah pada waktunya. (LiN05102021)