PEMULIHAN DITUNJUKKAN LEWAT KASIH
Views: 0
Bacaan: Lukas 23: 34-38
Kata-kata adalah bagai pedang bermata dua. Jika ia berisi hinaan/kutukan, akan kembali menghina/mengutuk dirinya sendiri, jika ia berisi pujian dan berkat, maka ia akan membawa pujian dan berkat bagi dirinya juga. Banyak orang tak menyadari akan hal ini.
Bukankah kata-kata buruk yang keluar dari mulut seseorang terhadap orang lainnya keluar dari hati yang buruk. Hati yang buruk; yang dipenuhi oleh kebencian: rasialis, seksis, iri hati dll, dikeluarkan, salah satunya melalui kata-kata seseorang. (Dapat juga lanjutannya adalah menjadi perencanaan buruk dan tindakan jahat).
Kata-kata yang buruk berupa hinaan, cacian, dan tuduhan, sesungguhnya ke luar dari mulut mereka yang mengalami pengalaman pahit akibat dari dunia di setar mereka. Mereka tidak/belum mengalami pemulihan dari dalam dirinya. Pengalaman pahit/buruk tersebut lalu tersimpan dalam alam bawah sadar. Jadi, ketika seseorang mengeluarkan keburukan dari dalam dirinya, yang mencela, menghina, menuduh tanpa konfirmasi dan dapat dipertanggungjawabkan adalah sebuah tindakan yang buruk yang akhirnya hanya membongkar keburukan diri sendiri di hadapan orang lain. Tidakan buruk seperti itu memang seringkali tak berdasar dan memiliki alasan. Alasannya seringkali cuma kebencian. Tentu saja mereka ini akan memakai berbagai macam dalil untuk berlindung di balik kebenciannya, meski lalu ketika dikonfirmasi, dalil-dalil tersebut sungguh tak masuk akal. Yang ditemukan dari konfirmasi mereka yang dipenuhi oleh kebencian adalah hanya semakin nyatanya kebencian.
Tuhan Yesus mengalami limpahan kata-kata bahkan juga tindakan kebencian yang sungguh tak berdasar. Para ahli Taurat yang membenci Tuhan Yesus, mengesahkan kebencianNya dengan membawa-bawa nama Allah. Pilatus Yang seharusnya membela secara hukum, malah bertindak “mencuci tangan”, seolah mengatakan “yah terserah kamu sajalah, kamu sudah marah banget begitu, saya gak mau ikut campur”. Mungkin alam bawah sadarnya telah membuatnya mengatakan bahwa untuk dapat sukses dan mengalami kenikmatan seperti yang ia terima saat itu, itu dapat terjadi salah satunya dengan “tak peduli”. Orang- banyak yang membenci Yesus adalah wakil dari mereka yang tak memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak kritis, terbiasa dibungkam oleh aturan kaku dan sempit yang membuat mereka rak lagi memiliki kemampuan untuk berargumentasi, lalu hanya bisa “manut”.
Sahabat, setiap orang memiliki “nurani” dalam dirinya yang dapat menangkap setiap bentuk kebencian yang keluar dari kata dan tindakan seseorang. Jadi pada dasarnya, tak ada yang tersembunyi dari kata-kata dan tindakan yang kita buat. Saudara dan saya bagai “kitab terbuka” dalam kata dan tindakan.
Dalam Alkitab kita mengetahui, akibat dari kebencian yang disebarkan kepada masyarakat oleh para ahli Taurat pada waktu itu, dan adanya masyarakat yang “bodoh”, yang menerima saja informasi kebencian itu, membuat Tuhan Yesus pun kemudian diolok-olok, dihina, disiksa dan disalibkan. Menurut saudara, Tuhan Yesus sebagai manusia seutuhnya, Apakah Tuhan Yesus tak tersakiti hatiNya, tak tersakiti tubuhNya? Saya yakin, kesedihan mendalam dan rasa sakit amat sangat diderita oleh Tuhan kita Yesus Kristus saat itu. Ini mengingatkan kita juga, bahwa jika kita mengeluarkan kata dan kalimat buruk untuk orang lain yang keluar dari kebencian dan dendam dalam berbagai macam bentuknya, itu juga akan menyakiti orang tersebut. Jangan kira ia kebal. Ia bisa sakit; dalam tingkat penerimaan dan bentuknya pada setiap orang dapat berbeda-beda. Bagi yang melakukannya: Apakah anda tak memiliki hati dan nurani sedikitpun bahwa ujaran kebencian, hasutan dan hinaan itu dapat menyengsarakannya yang lain dan dapat memberi efek buruk pada perkembangan mentalnya? Apakah anda tak menyadarinya?
Jika saudara dan saya terbiasa mencari pengesahan dan harga diri anda dengan menyakiti hati sesama, pada masa ini, jangan kira bahwa semua orang di sekitar kita dapat dibodohi. Jaman kini, teknologi informasi membuat pengetahuan dapat juga bertumbuh dengan subur, membuat kita tak dapat bersembunyi dalam jabatan, pakaian, agama, senioritas. Semua itu dikalahkan oleh pengetahuan dan terutama oleh nurani yang ada dalam diri setiap orang. ‘Nurani’ itu bagai “Hikmat Tuhan” yang hadir dalam diri setiap orang. Mereka yang sehari-hari berusaha mendengarkan dan melakukan kehendak Tuhan, pasti merasakan “nurani” nya berbicara.
Itulah sebabnya, semakin saudara dan saya suka atau mau menunjukkan kebencian dalam berbagai bentuknya, sekali lagi, itu malah akan membongkar kebusukan dari dalam hati anda atau saya sendiri.
Kita seringkali melupakan hal ini, bahwa apa yang kita katakan dan kita buat adalah cermin dari diri kita sendiri. Tuhan Yesus sungguh mengetahui hal ini. Ditengah penderitaannya dan sekaligus juga adalah bukti bahwa Ia tak dikuasai oleh hati busuk yang menderita lalu Ia berkata “Ya Bapa ampunilah mereka, karena mereka tak tahu apa yang mereka perbuat”.
Jika kita masih dikuasai oleh kebencian akibat iri hati, dendam, perbedaan, maka kita sama saja menjadi orang-orang yang belum sungguh-sungguh menerima Kristus. Jika kita berdiri dibalik kejayaan, kemegahan, ketenaran, kekuasaan untuk mengembangkan kebencian, maka itu sama halnya dengan kita menyalibkan Kristus ke dua kalinya.
Kita mencontoh Kristus yang terbebas dari kebencian, dengan memahami bahwa “mereka tak tahu apa yang mereka perbuat”, adalah bukti bahwa Tuhan sangat mengenal keterbatasan kita manusia. Drmikianlah terlebih lagi kita yang mendengar ujaran kebencian, yang membuat kita mengetahui kebusukan hati mereka, maka kita pun dapat mengatakan bagi diri kita sendiri: ” hai diri ku, ampunilah mereka, karena mereka tak tahu sesungguhnya siapa dan bagaimana dirimu dan kau pun tak sepenuhnya tahu bagaimana keadaan buruk yang mereka alami, sampai mampu mengeluarkan kalimat dan tindakan yang menyakiti dirimu. Hai diriku, ampunilah mereka”. Dengan demikian proses pemulihan bagi diri sendiri yang tersakiti pun tejadi.
Dengan memahami apa pengaruh kata-kata dan tindakan kita yang dapat ‘menyakiti: sesama dan juga memahami bagaimana kita mencontoh Tuhan Yesus yang tidak menyimpan “kesakitan batin” dengan mengampuni. Maka kini kita diajak untuk lebih suka membawa kasih dalam setiap kata dan tindakan kita.Lagipula hanya ada satu cara untuk menunjukkan bahwa kita telah menjadi orang-orang yang diselamatkan, yakni dengan menunjukkan kasih, yang kita pelajari dari Kristus. Biarlah Iman dan pengharapan kita tumbuh dalam Kasih melalui kata dan perbuatan kita. (LiN12102021)