MENGASIHI ANAK
Views: 0
Bacaan: Amsal 13:18-24
Salam sejahtera, semoga kita semakin dimampukan Tuhan untuk mengasihi anak, dengan memberi teguran yang penuh hikmat dan kasih demi kebaikan anak. Anak yang tidak dididik dengan disiplin yang positif dan ketat sama dengan membenci anak, seperti ungkapan Amsal 13:24 Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.
Seorang remaja A bercerita pada temannya B bahwa ibunya tidak mengasihi dirinya, karena yang sering dicari ibu adalah barang yang hilang, kalau A hilang tidak dicari. Kemudian B menjelaskan bahwa tidak mungkin ibu A tidak mengasihi A, sebab ibu yang melahirkan dengan susah payah pasti mengasihi A dengan cara ibunya. Ada beberapa anak merasa dirinya tidak dikasihi orangtua, karena merasa tidak pernah dimanja orangtua. Ukuran dikasihi orangtua kalau dirinya dimanja. Apakah demikian ukuran orangtua mengasihi anaknya? Mari kita dalami berdasarkan Amsal 13:24.
Menurut Amsal 13 ini, orangtua mengasihi jika menggunakan tongkat dan menghajar anak. Tongkat bukanlah untuk memukul, tapi meluruskan kalau ada jalan yang menyimpang, seperti gembala mengunakan tongkat untuk meluruskan jalan domba yang menyimpang. Menghajar anak adalah gambaran disiplin yang ketat dan positif yaitu tanpa kekerasan dan ancaman, berkomunikasi tentang perilaku antara orangtua dan anak. Dalam penerapan disiplin positif ini, anak diajarkan untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka, mengajarkan anak tanggung jawab serta rasa hormat.
Orangtua tidak mengasihi anak jika tidak menggunakan tongkat dan tidak menghajar anaknya, seperti Eli tidak memarahi anaknya yang telah menghujat Allah, dan akhirnya Allah menghukum anak Eli (1 Samuel 3:13). Menggunakan tongkat berarti mendidik anak-anak dalam hal kebaikan, mengoreksi apa yang salah, menghargai apa yang sudah benar dilakukan anak. Setiap anak memiliki dosa, melekat kebodohan, pemberontakan, karena itu harus ditegur dengan tongkat yang memberikan hikmat dan kasih, dirancang demi kebaikan, bukan tongkat untuk menyiksa orang. Tongkat orangtua gunanya untuk menjauhkan anak-anak dari kejahatan, sebelum kebiasaan-kebiasaan buruk terbentuk.
Orangtua yang tidak mendidik anak-anak sebenarnya membenci anak-anak mereka. Ada orangtua berpikir bahwa kasih sayang dinyatakan dengan membiarkan anak melakukan sesuka hatinya, tidak perlu ditegur, nanti ngambek dan menangis. Orangtua tidak membuat anak-anak menyadari kesalahan-kesalahan mereka, tidak membuat mereka takut untuk melakukan pelanggaran. Orangtua yang tidak menggunakan tongkat dan tidak menghajar anak, sebenarnya membiarkan anak-anak mereka masuk ke dalam tangan musuh yang paling jahat, ke dalam penyakit yang paling berbahaya. Itulah maksudnya, mereka membenci anak-anak mereka.
Tongkat didikan diberikan sepanjang masa pertumbuhan anak-anak, agar mengusir kebodohan dalam hati orang muda. Tongkat didikan dilakukan agar meniadakan kebebalan, pemberontakan dan sikap tidak hormat kepada orangtua (Amsal 22:15). Kalau anak-anak tidak diberikan tongkat didikan akan mempermalukan keluarga, terutama ibunya (Amsal 29:15), Disiplin diperlukan agar anak-anak tidak membentuk sikap yang nantinya akan membawa kehancuran dan kematian (Amsal 19:18; 23:13-14). Disiplin iman di dalam keluarga akan membawa kebahagiaan, sebab Tuhan membalas orang benar dengan kebahagiaan (Amsal 13:21). Disiplin adalah warisan yang baik bagi anak dan cucu (Amsal 13: 22).
Ada orang menganggap disiplin sebagai sesuatu yang negatif, karena dilakukan dengan emosi, kemarahan, sangat keras. Itu sebabnya, ada orangtua yang membiarkan anaknya, tanpa disiplin. Disiplin adalah suatu proses mengajar yang berlangsung sepanjang waktu, agar anak menyadari perilaku yang salah dan memperbaikinya. Ada keluarga membiasakan makan bersama dengan orangtua, dan anak-anak bergiliran berdoa makan pada saat mulai makan dan berdoa syafaat setelah makan, itu juga bagian proses disiplin yang berlangsung terus-menerus, sebagai wujud orangtua mengasihi anak-anaknya dengan menggunakan tongkat dan didikan agar anak-anak disiplin dalam kebersamaan dan berdoa.
Disiplin itu perlu diajarkan kepada anak-anak dengan pendekatan yang cocok, sesuai keunikan masing-masing anak dan umur anak-anak. Banyak cara pendekatan yang perlu dipelajari orangtua dalam mendisiplinkan anak, agar sesuai keunikan anak-anak. Mendisiplinkan anak tidak dengan satu pendekatan saja (Fitzhugh Dodson). Ada anak yang gampang dididik, tapi ada anak yang sukar dididik. Masing-masing anak perlu pendekatan yang berbeda-beda.
Menanamkan disiplin dilakukan sejak anak lahir sampai dewasa. Disiplin itu berlangsung sepanjang waktu, bukan pada saat anak-anak nakal saja. Sejak bayi, anak-anak sudah diajarkan disiplin seperti disiplin memberikan minum asi, disiplin waktu dan tempat dalam memberikan makanan. Anak-anak yang dibiasakan makan sambil jalan-jalan, berbeda disiplinnya jika anak-anak makan di meja makan pada waktu yang tetap. Disiplin untuk berdoa dan mendengar cerita alkitab, dan ke sekolah minggu.
Mengasihi anak, berarti mengajarkan anak-anak bertingkah laku yang baik, dan menjauhkan tingkat laku yang buruk. Tingkah laku yang baik itu adalah mematuhi permintaan yang masuk akal dari orangtua, dapat bekerjasama dengan anggota keluarga dan teman, mau mengerjakan tugas dari sekolah sebelum mengerjakan kesenangan pribadi. Tingkah laku yang tidak baik adalah terus-menerus tidak mau taat pada orangtua, memukul atau mengganggu orang lain, membuat kegaduhan di kelas atau di rumah. Mengasihi anak dimulai dengan membangun hubungan yang baik dengan anak yaitu saling menghormati, saling menghargai, saling menanggapi, saling peduli. Anak-anak tahu bahwa orangtuanya peduli, menghargai, senang dengan keberadaan anaknya. Orangtua senang mengajar anak-anaknya, bukan terpaksa. Ada orangtua sangat baik dengan anak-anaknya, bahkan memanjakan anak-anak tapi dia tidak mau mengajarkan disiplin pada anak-anaknya. Orangtua seperti ini sebenarnya membenci anak-anaknya, karena membiarkan anaknya tumbuh dengan tingkah laku yang buruk.
Marilah kita menggunakan tongkat dan mendidik anak-anak sebagai tanda kita mengasihi anak-anak kita dan anak-anak tidak melupakan ajaran orangtua, dan melaksanakan perintah orangtua yang berkaitan dengan kebenaran Tuhan seperti ungkapan PKJ 283 Wahai anakku, janganlah kaulupakan ajaranku dan biarkanlah hatimu mengamalkan perintahku; panjang umurmu, juga lanjut usia, damai sejaht’ra ditambahkan padamu. Wahai anakku, janganlah kaulupakan ajaranku dan biarkanlah hatimu mengamalkan perintahku. Amin
Berdoa:
Ya Tuhan mampukan kami sebagai orangtua untuk mengasihi anak-anak kami dengan mengunakan tongkat didikan, disiplin yang positif dan ketat, agar menjadikan warisan yang baik anak-anak kami. Mampukan anak-anak untuk menerima tongkat didikan yang diberikan dalam kasih dan penuh hikmat, dan mereka tidak melupakan ajaran orangtua tentang kebenaran Tuhan. Berilah damai sejahtera dan bahagia bagi keluarga kami. Dalam Yesus kami berdoa amin.