KEJUTAN DI SINDANGKARSA
Views: 0
Bacaan: Amsal 20: 6
“Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?”
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ada satu hal yang sangat menarik perhatian saya setelah usai berlangsungnya ibadah tatap muka terbatas pertama di GKI Kwitang Pos Sindangkarsa setelah kurang lebih 20 bulan pemberlakukan “worship from home” (ibadah di rumah). Sesaat setelah doa untuk para pelayan di konsistori selesai, ada seorang ibu yang masuk ke ruang konsistori untuk menyerahkan persembahan mingguan untuk kantong pertama, kantong kedua serta persembahan bulanan yang dikumpulkannya selama “worship from home”.
Sepintas apa yang dilakukan oleh ibu tadi, nampak biasa-biasa saja. Akan tetapi bila diperhatikan, maka uang persembahan yang diserahkan itu terdiri dari jenis pecahan rupiah yang relatif sama, dengan kondisi yang baik dan rapi (artinya tidak ada yang lecek atau robek). Dan lebih menarik lagi ketika lembaran uang itu dihitung ternyata jumlahnya sama dengan jumlah minggu atau bulan di mana kita semua melaksanakan “worship from home”. Bagi saya, ini adalah sebuah kejutan. Mengapa? Karena melaluinya ada sebuah pelajaran tentang kesetiaan, ketekunan, konsistensi dan integritas.
Betapa mudahnya kita tergoda ketika melihat uang dalam jumlah cukup besar, bukan? Banyak orang menceritakan pengalaman terkait dengan aksi pengumpulan persembahan di rumah seperti aksi paskah, natal dan yang lainnya, bahwa ternyata tidak sesetia, setekun dan sekonsisten ibu dari Sindangkarsa tadi. Yang seringkali terjadi adalah bahwa pada awalnya semangat, namun di tengah jalan mulai lupa, dan ketika tiba waktunya akan menyerahkan muncul godaan untuk tidak menyerahkan semua karena jumlahnya ternyata lumayan besar.
Saya mengapresiasi ibu ini. Ya, Ibu yang menyerahkan persembahan di Pos Sindangkarsa itu adalah seorang ibu yang sederhana. Ia tidak mengenal teknologi transfer uang, sehingga memilih untuk mengumpulkan persembahan itu. Seorang penatua memberikan informasi bahwa beberapa waktu yang lalu, ibu tadi pernah menjadi salah seorang asuhan diakonia GKI Kwitang. Terlintas di dalam benak saya, betapa luar biasanya ibu ini dalam menjaga integritasnya untuk mengucap syukur ini. Pasti banyak godaan yang muncul baik dalam diri atau anggota keluarganya yang lain untuk mengunakan uang itu bagi keperluan lain atau untuk tidak menyerahkan persembahan itu.
Akan tetapi si ibu ini, mampu mengalahkan setiap godaan itu. Beliau mampu mewujudkan komitmennya dalam mengucap syukur kepada Tuhan melalui persembahan yang dikumpulkannya setiap hari Minggu atau setiap bulan itu dengan setia, tekun dan konsisten. Saat itu memang ada seorang penatua yang berkomentar, “kalau saya mungkin sudah gagal di tengah jalan. Bukannya diserahkan ke gereja melainkan untuk membeli kebutuhan rumah tangga yang lain”.
Betul, persembahan seorang ibu dari Sindangkarsa tadi adalah sebuah kejutan yang memberikan pelajaran yang sangat berharga. Kesetiaan dan komitmen merupakan hal yang sangat mahal di tengah-tengah zaman sekarang ini. Benar apa yang disebutkan oleh penulis Kitab Amsal, demikian: “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” Ibu dari Sindangkarsa telah memberikan contoh tentang memegang teguh komitmen dan mewujudkannya dengan setia, tekun dan konsisten.
Mari kita juga berjuang untuk mewujudkan komitmen iman secara setia dan tekun sehingga mewujud di dalam integritas kita masing-masing. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan contoh kesetiaan dan ketekunan. Kiranya dengan pertolongan Roh Kudus kami dapat pula menyatakan iman yang mewujud dalam integritas di dalam kehidupan kami. Terpujilah nama-Mu, ya Tuhan Yesus. Amin.