KEEP GOING
Views: 0
Mazmur 121: 1-5
Mari kita membayangkan menjadi pendaki gunung pemula. Kita harus mengetahui tujuan yang akan kita capai, yakni Puncak. Seorang pendaki gunung yang baik, tidak hanya mengetahui tujuannya, namun ia juga memiliki kehendak besar untuk mencapai puncaknya itu.
Jadi mengetahui dan kehendak besar menjadi modal awal yang penting. Meski ia tahu bahwa akan ada banyak rintangan yang akan menghalaunya.
Rintangan tidak boleh dijadikan fokus, karena rintangan itu jika menguasai, ia akan merasuknya dan memanipulasi diri sendiri, seolah hidup hancur dan tak berharga. Padahal sesungguhnya rintangan hanyalah bagian dari perjalanan menuju puncak. Rintangan akan diterima namun tak boleh menghambat dan menghancurkan perjalanan pendakian.
Tentu saja kemudian seorang pendaki akan mempelajari berbagai teknik dalam pendakian gunung. Selain itu, ia pun akan memperlengkapi dengan berbagai alat. Semua ini dibutuhkan sebagai bentuk pertanggungan jawab atas dirinya yang mau menjalani pilihannya.
Hidup kita yang mau kita jalani bersama Tuhan , seperti seorang pendaki gunung di atas. Kita telah memilih tujuan hidup kita, yakni perjalanan yang Tuhan Yesus tuntun menuju negri kekal. Apakah saudara dan saya sungguh mengimani tujuan yang kita miliki ini?. Saudara mesti yakin bahkan juga memiliki kehendak besar untuk mencapainya. Tanpa itu, hidup akan terombang-ambing dan mudah dibelokkan. Berbagai rintangan yang di sekitar seringkali menarik perhatian dan menggiurkan sehingga dapat membelokkan dari tujuan utamanya. Semak duri, jalan yang terjal atau yang menggiurkan yakni jalan mulus dan lurus namun berbelok dari pencak dapat menjadi rintangan bagi kita.
Jika dalam hidup, kita menemui tawaran menggiurkan menguntungkan dan memudahkan kehidupan sesaat, namun untuk itu kita harus melakukan pelanggaran, penyelewengan, kecurangan bahkan kejahatan, apakah kita akan mengikutinya? Ini dapat menjadi godaan untuk membelokkan ke bawah “level” kehidupan kita. Ini Bukannya membuat kehidupan menanjak ke “puncak”, melainkan menukik ke “bawah”.
Jika kita berhadapan dengan rintangan kesulitan, akibat keadaan atau ada orang-orang di sekitar yang terlalu merampas perhatian, dan membuat kita menderita, maka berhati-hatilah. Jika kita menderita sedemikian, lalu hancur, kita yang rugi. Seseorang tanpa nama mengatakan:
“Ruining your day becouse some one give you bad moment is like setting your house with on fire becouse you angry with your neighbor”,
saya menerjemahkan:
“Menghancurkan harimu/hidupmu dengan alasan seseorang atau situasi memberikan mu saat yang buruk sama seperti engkau membakar rumahmu sendiri dengan api, dengan alasan engkau marah terhadap tetanggamu”, bukankah itu hal yang bodoh? Maaf saya tidak bermaksud menyinggung anda, sayapun pernah ada di situasi ini. Oleh karena itu, rintangan jangan menghancurkan hidupmu. Bangun, berjuanglah dan teruslah berjalan.
Agar kita tetap semangat dan terus berjalan dalam kehidupan ini menuju puncak, kita perlu mencontoh Pemazmur. Dalam peziarahannya “menuju puncak” Pemazmur melihat rintangan-rintangan besar di hadapannya, bak gunung-gunung di sekitarnya. Dari mana Pemazmur memperoleh kekuatan dan semangatnya? Ia memiliki semangat dan kehendak besar dari dalam dirinya karena ia meyakini bahwa ia tak pernah sendirian; ada Tuhan Allah maha besar, Sang penolong, Penjaga berserta nya setiap waktu, dekat di sisinya. Itulah yang membuat kita tak perlu fokus pada tantangan atau gunungnya atau persoalan kehidupan itu. Dengan keyakinan iman bahwa Tuhan selalu berada di sisi kita, kita memandang betapa diri kita berharga karena Allah itu, mau menemani kita. Kita menjadi tak perlu menyalakan seseorang atau situasi yang tak menyenangkan atau menyedihkan yang sedang dihadapi.
Kita hanya perlu tetap berjalan ke depan. Lambat tak masalah, utamanya tetap berjuang dan terus berjalan. Dengan keyakinan ada pertolongan dan pimpinan Tuhan Allah, kita yakin dapat menghadapi nya, dan suatu hari akan melewatinya.
Tantangan dan rintangan akan kita pelajari, jika perlu menggunakan kemampuan/pengetahuan yang telah diperoleh, gunakanlah. Jika tantangan dan rintangan itu adalah hal baru, maka pelajarilah. Mungkin di waktu ke depan kita dapat menggunakan hasil dari pemahaman masa kini. Atau memang tantangan dan rintangan itu hanya harus disadari dan diterima saja. Kita tahu kita akan sanggup menghadapi dan nanti melewati nya. Dalam keadaan itu, kita juga yakin, kita tak sendirian. Semua ini: pengetahuan, kehendak belajar dan iman akan penyertaan Tuhan selalu, menjadi bekal perlengkapan kehidupan kita. Dengan ini semua kita akan mencapai level up
Keep going , tetaplah berjalan, yakinilah selalu bahwa Tuhan Allah mengasihimu. Ia bersamamu selalu. Amin 🙏🙏 (LiN09022022)