DRIVE MY MINDSET
Views: 0
Bacaan : Filipi 4: 4-7
Mengapa seseorang dikuasai oleh kesedihan dan kemarahan yang kelanjutannya dapat mengarah kepada ketidak berdayaan untuk ikut persengkokolan kecurangan dan kejahatan? Ketika seseorang sedang berduka dan bersedih, kepada kita mungkin ia lalu berkata: “engkau sungguh tak memahami dan merasakan dukaku dan putus asaku ” “kau tak bisa memahamiku”, dan akhirnya ia berkata: “kau bukan temanku”. Soal memilih dengan siapa kita berteman, memang sungguh sangat bergantung pada diri kita sendiri. Kita memang bebas dan boleh memilih, siapakah yang kita anggap dapat menjadi teman. Namun dari teman juga, lihatlah berapa besar pengaruh setiap sudut pikiran sedih dan susah mu yang mendorong mu melakukan pelanggaran. Kesedihannya, ketidakberdayaan nya saja sudah membuta kita tak nyaman, lalu mengapa kita mau menyerahkan diri ini pada bujukan dan rayuan di sedalam kepala kita kepada si jahat? Jadi kita juga perlu memperhatikan dan memilih teman yang mendukung agar kita dikuasai Damai Sejahtera Tuhan.
Bagaimana agar kita dapat tetap menemukan kedamaian di tengah berbagai situasi dan tantangan kehidupan kita? Paulus mengajarkan kepada kita agar hati dan pikiran kita, kita serahkan pada Damai sejahtera Allah. Pada waktu itu, Paulus sangat menyadari bahwa sebagai jemaat yang jumlahnya sedikit di Filipi, mereka ini menghadapi tantangan berat: yakni dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya. Para keluarga, teman dan sahabat adalah orang-orang di sekitar jemaat di Filipi saat itu. Jemaat ini kan bukan orang Yahudi, yang memiliki dasar kuat pengenalan kepada Allah; mereka adalah orang-orang hasil penginjilan Paulus, saat pertama kali masuk ke wilayah Eropa. Filipi sendiri adalah wilayah urban yang terdiri dari berbagai kalangan dari berbagai wilayah di sekitar nya. Karena jemaat ini jumlahnya sedikit, maka pastilah mereka berteman dan bersahabat juga dengan mereka yang bukan Kristen. Paulus ingin melindungi umatNya dari pengaruh jahat dan buruk akibat kebiasaan orang-orang di sekitar umatNya itu yang jauh dari kebenaran Tuhan: Orang-orang palsu dan suka berbuat jahat (bdk Filipi 3:2). Mereka ini dapat menarik pikiran umat Tuhan untuk melakukan tipu daya dan kejahatan. Untuk itulah pikiran setiap umat Tuhan mesti dikuasi oleh Damai Sejahtera Tuhan.
Dalam hal membiarkan diri dikuasai oleh damai sejahtera Tuhan, maka setiap kita umat Tuhan diminta memiliki kehendak sungguh dan keyakinan dari dalam dirinya sendiri, bahwa hanya di dalam Tuhanlah, yang berkuasa menentukan dan mengatur segalanya, kita bersandar dan mendapat kekuatan serta kebahagiaan kita. Kesadaran ini menjadi penting, karena jika kita tidak sungguh menyadarinya, maka kita akan lebih dikuasai oleh ketidak sadaran dari dalam diri akibat pengalaman masa lampau yang menghasilkan duka dan ketidakpuasan lalu mewujud di masa kini (secara tak disadari pula) dalam bentuk kecurangan dan kejahatan. kondisi ini dapat didukung oleh hadirnya orang-orang yang “menggiurkan” kita. Oleh karena itulah, pertobatan, dalam perjalanan beriman bagi orang Kristen, adalah sebuah pintu bagi hati dan pikiran kita untuk menyadari kemungkinan dan kecenderungan ketidak puasan, kesedihan, dan kemarahan di masa lampau yang dapat menarik kita untuk dikuasai kecurangan/kepalsuan dan kejahatan. Inilah awal dari penguasaan pikiran.
Selanjutnya, dengan penguasaan pikiran kita sendiri, dalam kerendahan hati karena menyadari kecenderungan dan kelemahan diri ini, kita mengajak, mendorong dan merajut perjalanan kehidupan kini dengan keyakinan bahwa kasih dan kebesaran Tuhan hadir bersama kita kini dan di sini.
Kita memang tak selalu dapat mengendalikan berbagai situasi yang terjadi dalam kehidupan kita. Baik atau buruk, menyenangkan atau tak menyenangkan. Jika itu semua tak menyenangkan, maka kita tentu boleh merasakan duka dan kemarahan kita. Namun jangan terlalu lama ada di “stage” ini. Gunakan pikiran kita: apakah memang “menguntungkan” selalu dikuasai oleh kemarahan dan kesedihan?, apalagi pada saat kita memahami bahwa tak ada yang dapat kita ubah dari masa lampau itu.
Pada saat itulah, kemauan mengendalikan pikiran menjadi demikian penting, karena akan menentukan kemudian suasana hati dan ke mana pikiran ini kita bawa. Jika kita tak mengendalikannya, maka rasa duka dan kemarahan itulah yang akan memanipulasi dan menyetir pikiranmu, untuk bertindak. Bahkan bukan mustahil, tubuhmu juga akan dibawa menjadi tak berdaya. Apa yang kita pikirkan, sangat berhubungan erat dengan kondisi fisik juga. Your life is as good as your mindset. Do keep it as positive as you can ( positive energy. plus) .
Marilah kita meminta pimpinan Tuhan dalam kekuatiran, kesedihan dan kemarahan kita di suatu saat, marilah kita minta pimpinan Tuhan untuk meninggalkannya, dan kemudian marilah kita meminta pimpinanNya untuk memiliki kehendak dan kemampuan untuk menyetir agar Damai Sejahtera Tuhanlah yang menuntun kehidupan kita. Dengan demikianlah kita akan melihat kekuatan, hikmat, sukacita, dan pengharapan yang Tuhan berikan kepada kita. Dengan hikmat dan pengharapan kepada Tuhan, kita dapat memikirkan apa yang membawa damai sejahtera Allah kepada diri dan juga kepada sesama. Dengan hikmat dan pengharapan dari Tuhan Katakan pada diri ini: “Wahai diriku, tetap kendalikan pikiranmu, jangan kuatir, Damai Sejahtera Allah ada bersamamu”. (LiN15-02-2022)