Stop Menghakimi!
Views: 0
1 Korintus 4:5
”Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”
Stop Menghakimi!
Syalom jemaat yang terkasih didalam Tuhan.. Semoga bapak/ibu/saudara-saudari dalam keadaan baik..
Jemaat yang terkasih.. Beberapa saat lalu kita dihebohkan dengan seorang ibu yang tega membuang bayinya kedalam sumur. Ia tak tahan dengan perundungan yang dilakukan oleh para tetangga karena ia tidak bisa memberi ASI (Air Susu Ibu) kepada anaknya, ia dianggap ibu yang tidak sempurna sebab memberi anak susu formula.
Salah satu sumber ketidakbahagiaan manusia adalah penilaian yang diberikan oleh orang lain. Banyak orang menjadi sedih, penat, digerogoti kekecewaan, bahkan terpuruk akibat terngiang-ngiang memikirkan penghakiman, kritik tajam, olok-olok, dan penghinaan orang lain bahkan depresi seperti si ibu yang membuang anaknya kesumur akibat penghakiman/ perundungan.
Rasul Paulus, hamba Kristus yang kenyang cemooh, penghinaan, fitnahan, dan ucapan penghakiman yang kasar dan menusuk hati. Korespondensi dengan jemaat Korintus mencerminkan kenyataan ini. Namun ia tangguh, sebab dirinya selalu berdiri di atas landasan kasih karunia Allah. Baginya, kalau Allah Sang Hakim Sejati berkarunia kepada kita, mengapa kita begitu “sibuk” memedulikan penilaian manusia, termasuk dari diri sendiri. Dengan mantap Paulus berpijak di atas fondasi kasih karunia Allah dan memusatkan perhatian pada pelayanan yang dipercayakan kepadanya.
Pendapat dan penilaian orang lain bukan tidak penting. Tetapi, lihatlah dulu siapakah mereka sehingga sedemikian berkuasa menentukan kebahagiaan dan ketenangan sesamanya? Mereka mungkin tahu hanya secuil tentang kita.
Komentarnya mungkin terlontar serampangan dan sesudah itu tak melekat di benaknya lagi karena ia sudah repot dengan urusannya sendiri. Sebagian orang mungkin juga hanya sekedar usil mengomentari yang tak pernah sungguh-sungguh memikirkan kita. Jadi, jngan sampai fokus dan tujuan hidup kita dikacaukannya. Bukankah lebih baik memikirkan hal-hal yang positif dan berguna ketimbang berfokus menghakimi sesama?
Marilah kita pakai masa-masa prapaskah ini untuk lebih bijak dalam bertutur kata, sehingga bukan penghakiman yang kita lontarkan tetapi buah-buah kasih yang kita bagikan. Selamat berproses untuk terus memperbaiki diri, Tuhan memberkati kita. Amin.
Doa
Mari kita berdoa, Allah sang sumber damai ampuni kami yang dalam keseharian kami masih belum bisa mengendalikan perkataan kami. Kami yang mungkin menghakimi sesame kami hingga membuat hatinya terluka. Bimbing kami ya Tuhan untuk terus memperbaiki diri, hingga orang lain mampu melihat wajah-Mu dalam tiap-tiap kami. Inilah kami ya Tuhan anak-anak-Mu, dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.