DERITA, DARAH DAN KEMATIAN
Views: 0
Bahan: Yesaya 53 : 5
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Tema yang kita renungkan terlihat tidak bersahabat, bahkan mungkin membuat kita mual mendengarnya. Namun itulah yang disampaikan oleh nabi Yesaya tentang tanggungan seorang hamba yang diutus oleh Allah. Hamba yang akan menelusuri jejak manusia yang menuju maut, manusia yang telah dimangsa oleh Iblis yang termakan oleh godaannya. Bermula dari taman Eden, Adam dan Hawa telah melanggar firman Tuhan, meragukan bahkan melecehkan firman Tuhan dan menuruti saran Iblis, “memakan buah yang Tuhan larang mereka makan.” DERITA yang tak berujung telah melilit mereka dan Tuhan mengusir Adam dan Hawa dari hadapan-Nya, untuk hidup dalam penderitaan. Kematian itulah ujung kehidupan di dunia ini, tetapi masih ada waktu diberikan Tuhan untuk melepas derita ini, tentu dengan pertobatan. Kelanjutan hidup Adam dan Hawa dikaruniai anak Kain dan Habel, namun derita manusia itu berlanjut karena Kain menumpahkan DARAH Habel adiknya dengan alasan yang tidak terterima akal. Cemburu, marah, kejahatan membuahkan pembunuhan, dan yang dibunuh itu adalah saudara sendiri, sesama manusia. KEMATIAN anak mendahului kematian orang tuanya, demikianlah akhir hidup Habel.
Dunia kita tidak mampu lagi melepaskan diri dari DERITA, DARAH dan KEMATIAN hingga akhir zaman. Saat ini dunia sedang dibebani dengan kata “perang”, bahkan disebut-sebut “akan terjadikan Perang Dunia III”. Saya tidak mempunyai kapasitas untuk membicarakan perang dunia, tetapi telah tercecer di semua bidang kehidupan, percikan-percikan Derita, Darah dan Kematian itu, yang wujud kecilnya dapat kita lihat dalam sebaran kebencian, merendahkan pihak lain, kesombong yang melahirkan arogansi dan pelecehan orang lain. Perpecahan dan adu domba dengan bermodalkan rasa mayoritas. Kejatuhan manusia di taman Eden yang disebut juga sebagai pemberontakan manusia terhadap firman Tuhan, berwujud di tengah kehidupan bangsa-bangsa yang disebut seperti teroris, yang mengorbankan nyawa sesama dalam Derita, Darah dan Kematian.
Tanggal 15 mendatang kita merayakan Jumat Agung, yang dilandasi dari nubuat nabi Yesaya yang menjadi bahan renungan ini. Tuhan mengutus Yesus Anak Tunggal Allah, yang memakai status sebagai hamba; oleh rasul Paulus mengatakan: “dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil 2:7). Nabi Yesaya menjelaskan Yesus sebagai Hamba Allah menelusuri jejak manusia yang telah memberontak itu, jejak dalam Derita, Darah dan Kematian. Itulah perjalan manusia yang harus ditelusuri oleh Yesus, membawa Dia menapaki via dolorosa dengan salib dipikul-Nya, darah-Nya yang tercurah, sampai mati di kayu salib. Sebagai pengganti kata Derita, Darah dan Kematian, kita lebih mengenal dengan kata korban, mengorbankan diri, itulah yang ditanggung oleh Yesus Juruselamat. Namun nabi Yesaya memberi makna bagi kita sebagai kemenangan dan keselamatan yang dia katakan: penyakit kitalah yang ditanggungnya; dia tertikan oleh karena pemberontakan kita; oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Dengan demikian kita boleh menarik nafas panjang, karena Derita, Darah dan Kematian yang ditanggung oleh Hamba Allah itu justru membawa kesembuhan, kehidupan dan keselamatan bagi manusia. Hamba itu sendiri tidak sia-sia, dengan keberhasilan-Nya menjalani jalan Derita, Darah dan Kematian untuk mengalahkan kuasa Iblis, maka Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,..” Dengan Derita, Darah dan Kematian Kristus, Allah berdamai kembali dengan manusia, maka Jumat Agung menjadi perayaan keselamatan.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok-pokok berikut:
- Coba kita renungkan: apa yang Anda korbankan sebagai tanda ikut jalan yang ditempuh oleh Yesus.
- Ada pengalaman Anda menjadi korban karena pengikut Yesus?
- Perdamaian dan kedamaian menjadi isi kehidupan kita, adakah pengalaman Anda mengemban tugas perdamaian dan hidup damai dengan sesama?
Mari berdoa:
Bapa Tuhan Yesus Kristus, Minggu Prapaskah sudah kami jalani, menapak-tilas jalan yang ditempuh oleh Tuhan Yesus, semoga jalan Kristus menjadi jalan hidup kami. Kami berada di dunia yang selalu diwarnai oleh Derita, Darah dan Kematian, dan saat ini kami mendengar berita perang yang menghancurkan rumah, dan melukai bahkan membawa kematian, kami mohon kuasa damai Tuhan menghentikan perselisihan dan peperangan ini. Demikian juga di negeri kami supaya kebencian, kesombongan, perpecahan diganti dengan toleransi dan damai untuk kemajuan bangsa kami. Inilah doa kami dalam nama Tuhan Yesus. Amin [AS110422]