TINGGALLAH BERSAMA AKU
Views: 0
Bacaan: Matius 26: 40 b – 41
Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Sabtu Sunyi kali ini, saya mengajak kita semua untuk merenungkan salah satu lagu Taize yang berjudul “Tinggallah Bersama Aku”. Lagu ini merupakan salah satu lagu terjemahan yang berasal dari Komunitas Para Biarawan Kristen Oukumenis Taize di desa Burgundy Perancis. Judul asli dari lagu ini adalah “Bleibet Hier” yang berarti ‘tinggalah di sini’. Seperti lagu-lagu Taize lainnya, lagu ini bersyair pendek dan dinyanyikan berulang. Syairnya berbunyi “Tinggallah bersama Aku, di dalam doa, di dalam doa”.
Di tengah-tengah berbagai macam pergumulan dan kesibukan ataupun rutinitas kehidupan kita, bisa jadi kita mengalami kebosanan dan akhirnya masuk ke dalam kekeringan spiritual. Kekeringan spiritual itu dapat membawa kita ke dalam kehampaan hidup yang akhirnya membuat kita kehilangan orientasi, pesimis, kuatir berlebihan dll. Kondisi seperti itu kita sebut saja ‘belibet lieur’ plesetan dari “Bleibet Hier”. Belibet merupakan kata dari bahasa Betawi yang berati ‘kusut tidak beraturan’ dan lieur dari bahasa Sunda yang menunjuk pada kondisi bingung. ‘belibet lieur’ berarti “kondisi berbelit-belit, tidak beraturan, dan membuat bingung”.
Setelah makan perjamuan malam terakhir dan sesaat sebelum Tuhan Yesus ditangkap, Tuhan Yesus mengajak murid-murid untuk menemani-Nya berdoa di taman Getsemani. Kitab Injil menyaksikan bahwa saat itu Tuhan Yesus sungguh-sungguh merasa takut menghadapi cawan penderitaan. Injil Lukas melukiskan kegentaran itu dengan gambaran bahwa keringat-Nya seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Perasaan Tuhan Yesus pastilah campur aduk tidak bisa dilukiskan. Mungkin perasaan hati Tuhan Yesus itu merupakan gambaran dari situasi ‘belibet lieur’ yang sesungguhnya. Dan dalam situasi campur aduk yang membingungkan seperti itu, Tuhan Yesus memilih datang kepada Sang Bapa dan mencurahkan segala perasaan-Nya itu di dalam doa. Setelah selesai berdoa, kegentaran itu tidak lagi menguasai diri Tuhan Yesus dan digantikan dengan kesiapan dan keberanian menghadapi penderitaan bahkan menghadapi kematian sekalipun.
Bagaimana dengan para murid? Alih-laih menemani Tuhan Yesus yang sedang berdoa, mereka lebih memilih untuk tidur. Mungkin tubuh mereka memang sungguh-sungguh lelah karena hari itu penuh dengan kegiatan. Dan saat tidur itu, mungkin saja mereka memimpikan diri mereka telah menjadi pemimpin yang duduk di sebelah kanan atau kiri Tuhan Yesus yang menjadi raja. Bahkan ketika beberapa kali Tuhan Yesus membangunkan, mereka tetap saja memilih untuk tidur. Saat membangunkan itulah, Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah”. Melalui perkataan itu sebetulnya Tuhan Yesus sudah mengingatkan para murid agar tetap berjaga dan berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan.
Di hari Sabtu sunyi ini, kita juga diingatkan bahwa situasi ‘belibet lieur’ – karena berbagai macam persoalan – itu juga bisa memerangkap kita, namun ingatlah bahwa Tuhan Yesus mengajak kita semua “Tinggallah bersama Aku, di dalam doa, di dalam doa”. Selamat berjaga dan berdoa! Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami menyadari bahwa berbagai persoalan dapat menggoyahkan iman kami. Oleh karena itu kami memohon pertolongan Roh Kudus agar tetap mampu berjaga dan berdoa supaya tidak jatuh ke dalam pencobaan. Terimakasih, Tuhan Yesus. Amin.