KAMU BISA KARENA BERSAMA TUHAN
Views: 0
Bacaan: 1 Korintus 10: 12, 13
Seringkali, ketika persiapan datang, kita menjadi hancur bukan karena persoalan itu sendiri, namun lebih disebabkan oleh kita yang mengatakan pada diri bahwa ini terlalu berat, tak sanggup menghadapinya. Jangankan merencanakan, membayangkan saja, mungkin kita tak pernah melakukannya. Dalam keadaan ini apakah emosi yg kita alami? Menangis? Kecewa? Marah?
Saudaraku, tak apa-apa jika semua emosi itu muncul. Terima dan sadarilah bahwa semua perasaan itu ada. Dengan menerima, kita dapat dengan jujur melihat segala kondisi diri kita. Ini membuat kita menarik sebuah keadaan kita yang tadinya hanya ada di alam bawah sadar, menjadi kesadaran; bahwa kita bersedih karena… Dalam keadaan ini, jika kita masih dikuasai oleh kesedihan, berbicara dengan keluarga, sahabat, atau pendeta, atau orang-orang yang kita percayai bahwa mereka akan mendengar dan mendukung juga selalu berdoa buat kita, itu menjadi baik. Utamanya menemukan orang-orang baik tang akan menolong kita untuk pemulihan dan penerimaan diri.
Pemulihan dan penerimaan diri, menghindari kita dari ikut-ikutan pada kebusukan dan kejahatan sekitar kita. Banyak orang yang melakukan pelanggaran dan kejahatan lalu berkata “aku tak menyadarinya” atau “aku khilaf” dll. Sebagian besar jemaat di Korintus dalam bacaan kita, adalah jemaat yang tidak sungguh menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka hidup memilih yang jahat ( 1 Kor 10:6), padahal mereka telah mendapat Kasih Karunia Allah. Ketidak sadaran akan kehadiran dan penyertaan Tuhan membuat seorang dikuasai arogansi, keserakahan dan kejahatan.
Kesadaran pada keadaan diri dan kehadiran Tuhan, membuat kita menjadi eling . Menyadari bahwa segala tantangan ini dengan seksama dan kemudian berhati-hati, sehingga menjauhkan diri jatuh dalam dosa. Kerendahan hati seperti ini muncul karena menyadari bahwa, betapa kita ini manusia yang lemah, yang mungkin dapat berbuat salah dan dosa. Kita tak menyalahkan tantangan-tantangan itu, karena kita menyadari bahwa Tuhan Yesus saja pun berhadapan dengan tantangan yang sangat berat itu sampai Ia mati di atas kayu salib, apalagi kita. Dan ketika kita menghadapi tantangan-tantangan kita, kita akan memandang kepada Kristus yang telah memikul segala penderitaan kita di atas kayu salib. Saya tak ragu mengutip kata Shella Marcia : Lebih baik berjalan bersama Tuhan. Jika tidak, tantangan hidup akan membuat kita hancur. Namun ketika kita berjalan bersama Tuhan, mungkin saya akan menangis juga, namun ada Damai sejahtera Tuhan bersama kita”. Atau terlebih seperti yang Mother Theresa yang meneladani Kristus, agar kita terus memandang kepada Kristus di tengah tantangan, itulah yang menguatkan kita. Mother Theresa berkata:
“People are often unreasonable and self centered. Forgive them anyway. If You’re kind, people may accuse you of ulterior motives. Be kind anyway. If you’re honest, people may cheat you. Be Honest anyway. The good you to do today may be forgotten tomorrow. Do good anyway. Give the world the best you have and it may never enough. Give your best anyway”.
Dalam kesadaran menghadapi tantangan kehidupan ini, dan dalam penyerahan diri kepada Tuhan, kita dapat berkata seperti makna yang dikatakan Firman Tuhan di ayat 13 bahwa Keyakinan Allah bersama dengan kita membuat kita menyadari bahwa kita dikuatkan oleh Kristus dalam menghadapi segala tantangan itu. Jadi selain kita menyadari dan menerima bahwa tantangan itu ada, kita juga sungguh menyadari kehadiran Kristus yang menolong menguatkan dan memulihkan bahkan melepaskan dari segala derita. Kini selain menerima tantangan, kita juga selalu bersandar dan bergantung pada Bapa, Kristus dan Roh Kudus yang adalah sumber kekuatan dan kehidupan kita. Bersama Tuhan kita kuat. Bersama Tuhan kita pulih, bersama Tuhan kita sembuh. Bersama Tuhan kita kuat. (LN17-05-2022)