TEMPE MENDHOAN
Views: 0
Bacaan: Filipi 4:12
”Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Dalam konven pendeta beberapa tahun yang lalu ada sebuah lagu ‘ice breaking’ yang dinyanyikan oleh teman-teman pendeta dan capen dari GKI Klasis Purwokerto. Syairnya mengatakan demikian, ”mendhoan, mendhoan, témpé penyét, ayam geprék, mendhoan…. Nopia, nopia, témpé penyét, ayam geprék, mendhoan”. Kata mendhoan tadi jelas merujuk pada tempe mendhoan. Tempe mendhoan dikenal sebagai salah satu kuliner khas banyumasan. Tempe mendhoan berarti tempe yang dibalur tepung dan digoreng dalam keadaan setengah matang. Oh ya, tempe mendhoan telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia dalam Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021 yang digelar Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi di Jakarta, pada tanggal 26-30 Oktober 2021 yang lalu.
Selain rasanya yang unik, tempe mendhoan memiliki filosofi yang menarik. Kata ‘mendhoan’ secara umum dipahami sebagai setengah matang. Kata ini memiliki ater-ater (kata dasar) “mendho” yang mengandung makna ‘di antara mendhak (= ke bawah) dan mendhuwur (= ke atas)’. Dengan kata lain ‘mendhoan’ berarti ‘tanggung’ – tidak ke atas dan tidak ke bawah. Tempe mendhoan memang mesti tanggung, sebab kalau terlalu kering akan menjadi tempe keripik. Dan jika telalu basah menjadi oncom.
Apa yang dapat dipelajari dari tempe mendhoan ini? Pertama, berani menata diri dan hati-hati. Jangan sampai terlalu ke atas dan jangan terlalu ke bawah; yang pas-pas saja. Maksudnya, kita mesti selalu mawas diri agar tidak terjatuh ataupun terlena di dalam kehidupan duniawi. Apabila sedang berada di bawah, maka tidak putus asa dan terus berusaha untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Demikian sebaliknya, bila sudah di atas, jangan lupa untuk melihat ke bawah agar tidak lupa diri. Kedua, terkandung makna ‘selalu berjiwa muda’. Setengah matang berarti telah siap untuk menjadi matang. Hal ini menunjukkan pentingnya selalu bersemangat dan optimis dalam melakukan apapun sehingga dapat menjadi berkat. Ketiga, timing yang tepat baik saat mengolahnya, maupun saat menyantapnya. Bila dimasak terlalu lama akan jadi keripik, bukan? Dan untuk menyantapnya, perlu waktu yang pas. Tidak boleh langsung disantap karena panasnya akan membuat mulut melepuh, mesti ditunggu sejenak. Akan tetapi, jangan juga sampai dingin karena akan hilang kenikmatannya.
Pada intinya, tempe mendhoan mengajarkan tentang ‘penyesuaian diri’. Bukankah itu juga yang dinasihatkan oleh Paulus? Dalam keadaannya, Paulus telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Ia sering dibelenggu, dipenjara dan mengalami kekurangan. Tetapi ia belajar menyesuaikan pikirannya dengan kondisi hidupnya itu, sehingga mampu berpikir tenang dalam melewati segala macam keadaan. Paulus menyebutkan, ”Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan”. Dengan pertolongan Roh Kudus, Paulus mampu menyesuaikan diri dengan kesengsaraannya, sehingga tidak lupa akan penghiburan dan pemeliharaan Tuhan. Di tengah keterbatasnnya, ia tidak mencari jalan pintas demi mendapatkan kepuasan diri. Paulus juga mampu menyesuaikan diri dengan kesejahteraan, sehingga di tengah kelimpahan ia tidak menjadi sombong dan lupa diri. Paulus mampu melakukan itu semua karena sumber kekuatannya adalah Kristus sendiri.
Dengan tutunan Roh Kudus, mari kita terus belajar untuk menyesuaikan diri di dalam segala keadaan kehidupan kita. Sehingga tidak mengeluh saat mengalami keterbatasan dan tidak menjadi sombong atau lupa diri saat mengalami kesejahteraan. Seperti menikmati tempe mendhoan tadi, pas nikmatnya. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Kami bersyukur karena Tuhan telah mengaruniakan hikmat agar kami dapat terus menyesuaikan diri baik saat kekuarangan atau berkecukupan. Kiranya Roh Kudus memampukan kami untuk senantiasa bersikap demikian. Di dalam Nama Tuhan Yesus, kami sudah bersyukur dan berdoa. Amin.