Berikan Yang Terbaik
Views: 0
Bacaan: 1 Korintus 3:4-9
Di dunia sekarang, apakah masih layak hidup mengutamakan kompetisi? Jika itu adalah sebuah perlombaan: lomba _motor GP_atau lomba Bulu Tangkis atau berbagai lomba lainnya, lainnya, mungkin kita memang disiapkan untuk mengalahkan yang lain. Bahagia kalau yang lain kalah. Tapi jika itu adalah kehidupan, maka apakah memang dalam hidup kita selalu harus mengalahkan saudara kita yang lain?. Saya ingin memberi contoh: ada seorang anak anak tumbuh dalam mentalitas bersaing. Sejak mulai sekolah, orang tuanya menghendaki ia selalu menjadi juara…dan berhasil…sejak kecil sampai SMA, ia menjadi juara di sekolah, mengalahkan nilai sekolah teman2nya. Namun hal yang mengejutkan terjadi: Ketika memasuki dunia Perguruan Tinggi, ketika banyak sistem belajar bergantung pada kerja kelompok dan kehidupan bersama kelompok, anak yang sudah memasuki dunia dewasa ini justru tak bisa menghadapi cara kerja kehidupan yang demikian. Bahkan yang lebih menyedihkan adalah bahwa, ia tak mengetahui dan meyakini pilihan jurusan yang diambilnya. Selama ini, ia hanya fokus pada bagaimana mengalahkan rekan sekelasnya, sekarang malah ia harus bekerja sama dengan rekan-rekan yang lain. Belum lagi, ternyata karena selama ini ia fokus pada mengejar angka tertinggi, ia kini tak memiliki kenyaman dengan jurusan yang dimasukinya di dunia perkuliahan, sampai ia tak sagguplagi, lalu ia pindah jurusan. Saya tak mengatkan bahwa ini buruk. Bersyukur karena ia masih diberi kesempatan pindah jurusan kuliahnya. Namun yang saya mau tekankan adalah, mentalitas bersaing ternyata lebih tak memberi pengaruh baik pada seseorang dalam menjalani kehidupan. Semoga dunia pendidikan masa kini dan kita para orang tua, tak lagi dikuasai oleh mentalitas persaingan ya.
Dalam bacaan kita di atas, kita melihat bahwa mentalitas persaingan juga terjadi di dunia pelayanan Kristen pada jemaat mula-mula. Jemaat pada waktu itu, belum sungguh menghayati bahwa mereka tak perlu iri pada keberadaan dan palayanan saudaranya. Iri hati hanya akan membuat mereka hanya menemukan kekurangan dari saudaranya yang lain dalam pelayanan bersama. Ini seperti anak-anak yang selalu ingin “dinomer satukan”. Hal-hal tersebutlah yang membuat mereka jadi dipandang salah.
Dalam kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan adalah sebuah pelayanan kepada Allah. Eh karena itu persaingan mestilah dijauhkan. Sebagai umat yang memandang bahwa, bersama, kita sedang melakukan pelayanan syukur atas kasih dan anugerah Tuhan, kita akan hanya fokus pada apa yang terbaik yang kita lakukan, bukan untuk mencari kelemahan orang lain, untuk supaya kita menjadi nomor satu, apalagi menjatuhkan mereka. Inilah pelayanan yang orang “dewasa” secara iman; mereka mencari kebaikan dalam diri setiap orang dan menunjukkan kebaikan itu bersama sama untuk kemuliaan Tuhan. Mereka yang dewasa secara iman, tahu betul bahwa Allah Bapa tak membeda-bedakan setiap orang berdasarkan karunia atau kelompok yang berbeda melainkan menerima dan berbahagia atas semua orang yang mau memberikan kebaikan yang terbaik dari diri mereka.
Marilah kita, memandang diri lalu bersyukur atas segala kelebihan/talenta yang kita miliki, marilah kita mengembangkan dan memberikannya untuk kemuliaan Tuhan. Juga,
dalam kehidupan bersama di dalam persekutuan di gereja, di masyarakat dan di dalam keluarga, marilah kita bersyukur atas setiap karunia dan kelebihan yang dimiliki oleh setiap orang. Itu adalah wujud penghargaan kita kepada kasih karunia Tuhan kepada kita dan mereka juga. Berikanlah yang terbaik untuk kebesaran dan kemuliaan Tuhan, di manapun kita berada. Karena semua itu dapat ada dan kita lakukan karena Tuhan juga. Selamat memberikan yang terbaik. (LiN08-06-2022)