SAATNYA BACEM
Views: 0
Bacaan: Filipi 4:5
“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!”
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Mendegar kata bacem, rasanya pikiran kita langsung mengasosiasikan dengan tempe atau tahu bacem. Ya betul! Jenis makanan dari Jawa Tengah dan Yogyakarta ini terkenal dengan rasa manis dan gurihnya. Sebetulnya bacem itu sendiri merupakan cara pengolahan makanan dengan cara di rendam dan direbus dalam air gula dan garam. Kata bacem sendiri bermakna rendam, jadi dibacem berarti direndam. Pada awalnya proses membacem ini dimaksudkan untuk membuat makanan bisa lebih awet dalam waktu tertentu. Oh ya, selain tahu dan tempe, bahan makanan lain yang sering dibacem adalah telur, daging ayam dan jerohan sapi.
Selain gula dan garam, agar citarasa pada bacem ini semakin nikmat, maka ditambahkanlah bumbu-bumbu lain seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, kemiri, daun salam, dan lengkuas yang dimemerakan. Konon sejarah bacem ini dimulai pada saat Belanda menerapkan kebijakan tanam paksa (cultuurstelsel) di zaman penjajahan dahulu. Tanam paksa tebu itu memang menjadikan pasokan gula menjadi berlimpah, namun pada sisi lain terjadi krisis asupan gizi masyarakat. Berlimpahnya gula di Jawa ini mendorong orang untuk memanfaatkannya dengan membuat olahan makanan dengan cara dibacem ini. Sedangkan tahu dan tempe dipilih sebagai bahan pokok yang diolah dengan cara bacem ini. Oleh karena itu, bacem ini menjadi jawaban atas dua masalah yang sebertulnya kontradiktif, yaitu kelebihan pasokan gula dan krisis kekurangan gizi. Bacem menjadi simbol kearifan lokal dalam menyikapi situasi yang ada di mana manfaat kabaikannya dapat dirasakan oleh banyak orang.
Di dalam nasihatnya kepada Jemaat Filipi, Rasul Paulus mengatakan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” Nasihat ini tentu tidak bermaksud agar orang-orang Kristen bersikap ‘flexing’ – alias pamer kabaikan. Kata yang diterjemahkan dengan ‘kebaikan hati’ itu bermakna tidak mudah marah / tersinggung karena ada orang yang merugikan kita, mau mengalah, tidak menuntut hak. NIV (New English Version) menerjemahkan dengan kata gentleness’ (kelemahlembutan). Rasul Paulus menasihati agar karakter yang seharusnya diwujudnyatakan dalam hidup kita adalah karakter tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, mau mengalah, tidak menuntut hak dan kelemahlembutan. Sedangkan kalimat “Tuhan sudah dekat” memiliki makna bahwa, pertama: Tuhan itu selalu dekat dengan kita dan kedua menunjuk pada kedatangan Tuhan kembali. Oleh sebab itu, kita harus menunjukkan kualitas karakter yang disebut sebagai ‘kebaikan hati’ itu kepada semua orang karena Tuhan Yesus ada bersama dengan kita dan sekaligus sebagai bentuk persiapan kita dalam menyongsong kedatangan Tuhan kembali.
Karakter ‘kebaikan hati’ ini merupakan karakter yang tahu menempatkan diri sesuai dengan keadaan atau situasi yang terjadi. Ketika berada di tengah-tengah tantangan dan persoalan, maka karakter ini mendorong kita untuk tidak mudah menyerah, mampu berkreasi dan akhirnya dapat menjadi berkat. Seperti halnya bacem tadi yang hadir di tengah-tengah pergumulan zaman taman paksa tadi. Krisis boleh saja terjadi, akan tetapi anak-anak Tuhan yang merasakan kehadiran-Nya akan menyikapi krisis itu sebagai peluang untuk berkreasi dan akhirnya dapat menjadi alat untuk memberikan pertolongan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk tetap menjadi berkat di manapu dan kapanpun, bahkan ketika kami sendiri berada di tengah-tengah persoalan. Kiranya Roh Kudus memampukan kami. Di dalam Nama Tuhan Yesus kami sudah berdoa. Amin.