NAIK KELAS
Views: 0
Bahan: II Samuel 12 : 9, 13a.
Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang, isterinya kau ambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. … Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan” …
Bahan renungan kita hari ini suatu pelajaran hidup yang telah dijalani oleh raja Daud. Daud tergoda oleh kemolekan tubuh seorang perempuan, yaitu Batsyeba, istri Uria seorang pejuang pasukan Israel. Daud sebagai raja merangkai siasat dengan tujuan seolah-olah menyelamatkan Batsyeba yang sudah hamil atas perbuatan gelap Daud. Satu-satunya jalan untuk itu Uria harus mati, dan kematiannya direkayasa sebagai kematian pejuang atau pahlawan di medan perang. Akhirnya Uria tewas di medan perang, maka Daud seolah-olah penuh belas kasihan mengambil Batsyeba menjadi istrinya. Di atas semua itu Tuhan tahu dan melihat apa yang dilakukan Daud sampai ke hatinya sedalam-dalamnya. Tuhan menegor, menghukum Daud melalui perantaraan nabi Natan. Tibalah saatnya Daud mengambil sikap, bagaimana dia menyikapi tegoran dan hukuman itu, dia sebagai raja, penguasa.
Tema kita berbunyi NAIK KELAS, dari tegoran dan hukuman yang disampaikan nabi Natan, dia mengaku, menyesal dan harus keluar dari masalah itu. Pengakuan dan penyesalan Daud dituangkannya dalam gubahan satu bait mazmur yaitu Mazmur 51. Raja lain (setelah Daud) ada juga yang ditegor oleh nabi, yaitu raja Ahab yang ditegor oleh nabi Elia, namun raja Ahab tidak naik kelas, justru TINGGAL KELAS, tidak ada penyesalan dan pengakuan dan pertobatan setelah membunuh Nabot untuk merebut kebun anggurnya. Yudas Iskariot setelah mengkhiati Yesus, dia tinggal kelas, tidak ada penyesalan untuk bertobat. Petrus menyangkal Yesus, dia naik kelas karena penyesalan dan pertobatannya. Mereka yang naik kelas ini dalam kesalahan dan dosa yang telah membelit dia, mereka tidak melarikan diri dari hadapan Tuhan, sebaliknya mereka tertunduk di kaki Kristus, mohon ampun dan giat dalam pekerjaan Tuhan. Tema kita berbunyi NAIK KELAS bukanlah tempat kita bersembunyi atas dosa yang kita lakukan, tetapi memacu kita dengan pertobatan, karena pertobatan itu tidak cukup sekali untuk seterusnya, tetapi pertobatan itu terus terjadi yang menarik kita makin dekat kepada Tuhan dan makin giat bekerja untuk Tuhan. Dalam tata ibadah Minggu, di situ ada pengakuan dosa, diharapkan agar setiap liturgi ibadah Minggu, kita harus naik kelas dengan penyesalan, pengakuan dan pertobatan.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Daud menggubah satu mazmur (Maz 51) sebagai pengakuan, penyesalan dan pertobatan atas dosa yang dilakukannya. Bagaimana dengan Anda?
- Apakah anda ikut “naik kelas,” setiap hari, atau seminggu sekali atau setahun sekali?
- Sebagai bahan evaluasi (bukan menghakimi), apakah ada teman yang “tinggal kelas,” yaitu karena perbuatan dosa semakin menjauhi Tuhan.
Mari Berdoa:
Bapa kami di dalam sorga, dengan menundukkan kepala, dan hati yang hancur, kami mengaku, kami sungguh orang berdosa, kami sudah berbuat berdosa. Namun hingga saat ini Tuhan masih memberi kesempatan hidup untuk mengakui, menyesali dosa kami dan oleh pertolongan Roh Kudus, membawa pertobatan yang kami nyatakan semakin dekat dengan Tuhan, mencari apa yang berkenan bagi Tuhan melalui aktivitas, pekerjaan, perkataan dan pikiran kami. Terima kasih Tuhan Yesus yang telah menebus kami dari dosa kami. Amin. [AS110722]