BAKMI JAWA
Views: 0
Bacaan: Galatia 6: 2, 10
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah, kamu memenuhi hukum Kristus… Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Salah satu pemandangan khas kota Yogayakarta di waktu malam adalah banyaknya penjual bakmi jawa yang tersebar di seantero kota. Ciri khas yang dapat langsung tampak adalah: hampir semua penjualnya menggunakan anglo (yaitu sejenis tungku dari tanah liat) dan wajan baja sebagai alat masaknya serta arang sebagai bahan bakarnya.
Salah satu pembeda yang cukup mencolok antara bakmi jawa dengan bakmi dari restoran chinesse food adalah digunakannya kemiri sebagai salah satu bumbunya selain bawang putih dan aneka rempah aromatik lainnya. Penggunaan kemiri ini bertujuan untuk memberikan rasa gurih pada masakannya. Agar rasa gurih bisa optimal, maka kemiri ini akan digoreng terlebih dahulu. Selain pada bumbunya, wujud olahan bakmi jawa ini adalah disajikan dengan kuah beserta pelengkapnya yang biasanya terdiri dari telur bebek atau telur ayam, daging ayam kampung yang disuwir, kol / kubis, daun bawang, daun seledri, tomat, taburan bawang goreng dan bagi yang senang pedas akan ditambahkan cabe rawit. Istilah lain untuk menyebut bakmi jawa adalah bakmi godhok / rebus.
Bagi masyarakat jawa, bakmi tidak sekadar disajikan sebagai makanan, melainkan sebagai salah satu budaya yang melekat dalam adat istiadat Jawa yang sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu dahulu. Hal ini terbukti bahwa bakmi menjadi salah satu suguhan wajib untuk acara selamatan atau upacara adat lainnya. Sebagai contoh: misalnya saat upacara kematian, bakmi jawa disuguhkan bagi para tamu yang hadir setelah prosesi pemakaman. Sedangkan bakmi jawa dengan variasi mengolah tanpa kuah (alias bakmi goreng) biasanya dibawakan sebagai bingkisan sebagai wujud ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu mengurus jenazah. Dengan kata lain, bakmi jawa bukan hanya sekedar makanan melainkan simbol ‘semangat saling tolong menolong dan gotong royong’.
Seporsi bakmi jawa, mengingatkan kita akan nasihat Rasul Paulus kepada Jemaat Galatia. Saat itu, Jemaat yang sedang bertumbuh itu sedang berjuang untuk meninggalkan pemahaman dan perilaku manusia lama mereka. Dalam keadaan seperti ini, maka tentu ada juga anggota jemaat yang masih butuh bimbingan. Kepada yang masih membutuhkan bimbingan ini, maka anggota jemaat yang sudah matang secara iman tidak boleh menghakimi melainkan mesti merangkul dan membimbing mereka yang masih lemah itu. Paulus menasihati, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”. Maksud Paulus adalah bahwa sebagai tubuh Kristus maka setiap anggota mesti saling bertolongan agar dapat bertumbuh bersama ke arah Kristus. Pertumbuhan bersama ini mesti diupayakan terus menerus. Paulus melanjutkan nasihatnya, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”. Jemaat Tuhan memang mesti bertumbuh ke arah Kristus dalam kedewasaan iman, dan ini merupakan upaya bersama dalam semangat bertolong-tolongan yang dilakukan selama hayat masih dikandung badan.
Kiranya, seporsi bakmi jawa dapat menggugah ingatan kita akan semangat bertolong-tolongan dalam membangun iman dan bertumbuh ke arah Kristus. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih, ya Tuhan Yesus, karena Engkau sudah mengingatkan kami agar saling menopang dan menolong sebagai saudara sepersekutuan. Oleh karena itu, kami rindu untuk mewujukan kerjasama yang baik di antara kami para anggota tubuh-Mu. Kiranya Roh Kudus menolong kami. Terpujilah nama-Mu, ya Kristus. Amin.