GETHUK
Views: 0
Bacaan: Mazmur 9:1-2
“Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mut-Laben. Mazmur Daud. Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib…”
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Rasanya hampir setiap kita mengenal gethuk dengan berbagai varian-nya. Ya, gethuk adalah makanan ringan yang terbuat dari singkong atau ketela pohon. Gethuk yang pada umumnya memiliki rasa manis dan gurih ini merupakan makanan khas dari kota Magelang, Jawa Tengah. Nah, seiring perkembangan waktu, makanan ini bisa dijumpai di hampir semua daerah di pulau jawa ini.
Menurut laman sejarahunik.com, sejarah gethuk ini bermula pada masa penjajahan Jepang dahulu. Pada waktu itu beras sangat langka. Oleh karena itu masyarakat Magelang memanfaatkan singkong atau ketela pohon – yang sangat murah dan mudah didapatkan – serta mengolahnya sebagai bahan pengganti beras. Cara mengolah gethuk juga terbilang cukup mudah. Pada mulanya singkong atau ketela pohon ini dikukus. Setelah matang, singkong dicampur dengan gula jawa dan ditumbuk hingga halus pada sebuah lesung. Setelah adonan menjadi empuk dan gula tercampur rata, maka gethuk pun sudah jadi dan siap untuk dinikmati.
Dari sejarah gethuk ini, kita dapat memetik beberapa pelajaran indah yang penuh makna, yaitu: Pertama, Gethuk mengajarkan tentang kesederhanaan. Hidup ini tidak perlu neko-neko atau spektakuler, cukup apa adanya saja. Dengan dan di dalam kesederhanaan inilah kita justru dapat senantiasa mensyukuri semua berkat Tuhan kepada kita. Kedua, gethuk ini merupakan sebuah kérata basa (akronim) dari kalimat ‘digêgêt karo manthuk-manthuk’ – yang artinya: menggigitnya sembari mengangguk-anggukan kepala. Hal itu menunjukan sikap di mana seseorang dapat menikmati sekaligus mensyukuri setiap gigitan gethuk yang masuk ke dalam mulut sebagai wujud berkat dan pemeliharaan Tuhan. Ketiga, gethuk ini juga mengajarkan kita semua untuk tetap semangat dan tidak berhenti melakukan inovasi terhadap berbagai hal sederhana yang ada di sekitar kita dan menjadikannya sesuatu yang lebih bermanfaat, menarik dan disukai. Dari gethuk inilah kita belajar tentang hidup yang mengucap syukur apapun keadaannya.
Dalam kitab Mazmur, kita dapat menjumpai kesaksian tentang Daud saat berhadapan dengan persoalan yang besar. Daud tidak mengeluh atas keadaannya melainkan tetap bersyukur dan memuji karya Tuhan yang besar. Dalam Mazmur 9:1 disebutkan bahwa mazmur yang dinyanyikan Daud ini merupakan ’lagu: Mut-Laben’ yang berarti lagu tentang kematian anak. Ketika Daud bermazmur, sesungguhnya situasi hatinya sedang berada dalam duka cita mendalam karena kematian anaknya. Akan tetapi, alih-alih ia mengeluh atau bersedih, Daud justru mengungkapkan syukur kepada Tuhan. Ia mengatakan, “Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib…”. Yang dimaksud dengan ‘Perbuatan Tuhan yang ajaib’ adalah datangnya pertolongan Tuhan pada saat kita tidak bisa menolong diri kita sendiri. Daud meluapkan syukurnya melalui mazmur agar orang lain tahu betapa besar dan ajaibnya karya Tuhan.
Melalui gethuk kita pun diingatkan untuk selalu bersyukur. Tidak perlu menantikan berkat yang spektakuler – yang wow, melainkan belajar bersyukur melalui hal-hal sederhana yang biasa saja, seperti nafas, air minum, makanan, pakaian dan sebagainya. Yakinlah bahwa ucapan syukur yang sejati akan melahirkan sukacita. Dan sukacita ini tentu akan menjadi alat saksi tentang pertolongan Tuhan yang ajaib itu.
Selamat bersyukur dan bersaksi. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan Keluarga.
Doa:
Ada banyak hal yang ajaib yang kami terima dari-MU, ya Tuhan. Oleh karena itu, kami rindu untuk selalu belajar mengucapkan syukur melalui pikiran, perkataan dan tindakan. Dengan demikian, maka kami akan dapat menjadi saksi-Mu. Kiranya Roh Kudus menolong kami. Terpujilah Nama-Mu, ya Kristus. Amin.