KETIKA SUAMI NURUT ISTERI (part 2)
Views: 0
Bahan: Kejadian 16 : 1 – 4,
Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. … …
Sebelum Tuhan memanggil Abram untuk mengikat janji, sudah jelas Sarai itu mandul dan justru keadaan mandul itulah Allah menjanjikan keturunan mereka akan menjadi bangsa yang besar, beranak cucu seperti bintang di langit. Abram percaya akan janji itu dengan menuruti apa yang Tuhan perintahkan. Tetapi sesudah menunggu sepuluh tahun, janji itu tidak kunjung datang, dan Sarai memang tahu, dia mandul. Dalam situasi inilah Sarai mengambil inisiatif, sesuai dengan adat tradisi bangsa Kanaan, maka dia berkata kepada Abram: “…Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.” (ay.2). Kita coba percakapkan ayat ini dengan tema yang berbunyi: KETIKA SUAMI NURUT ISTERI, apakah Abram harus nurut saran isterinya Sarai. Kalau ditinjau dari segi kemolekan, telah terbukti Sarai itu sangat cantik. Ketika mereka pergi sebagai penumpang ke negeri Mesir, semua rakyat, pejabat sampai Firaun memuji kemolekan Sarai. Tentu dari kemolekan dia jauh lebih tinggi dari hambanya Hagar. Tetapi Abram menurut apa yang disarankan oleh Sarai, mengambil Hagar menjadi isterinya, tanpa banyak pertimbangan, dan membawa masalah yang tidak kecil bagi keluarga Abram. Setelah Hagar mengandung, maka dia merasa rendah Sarai majikannya. Akhirnya Sarai menyuruh Abram mengusir Hagar dan Ismael anaknya, sedangkan Ismael itu adalah anak Abram dan Hagar isterinya.
Sebuah keluarga dari suku Batak, mereka tidak mempunyai anak, setelah melalui rembukan yang panjang yang dicampuri oleh orang tua suami, maka disepakatilah suami ini berpoligami. Maka dicarikan istri yang kedua, dari suku lain, dengan keadaan ekonominya yang cukup sederhana (miskin), dengan pikiran nanti isteri kedua ini tidak “macam-macam.” Setelah mereka menikah, istri kedua ini mempunyai 6 orang anak, 3 laki dan 3 perempuan yang menyita seluruh perhatian keluarga kepada mereka, sehingga istri pertama merasa ditinggal, dan akhirnya minta cerai. Pada dasarnya si suami sangat mencintai istri pertama, namun tiba saatnya dia tidak berdaya lagi karena beban keluarga, biaya dan mengurus anak-anaknya menyita semua tenaga dan perhatiannya kepada istri kedua. Kita coba renungkan dari gambaran keluarga Abram, dan dari contoh keluarga di atas. Kita bercermin, mengenal diri dan keluarga kita, adakah persoalan di keluarga kita seperti keluarga di atas? Adakah jalan keluarga agar keluarga Abram dan keluarga dari contoh di atas tidak menemukan masalah yang besar?
Mari kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
1. Setujukah Anda mengadobsi anak, karena keluarga itu tidak mempunyai anak? Mengapa?
- Atas desakan Sarai, Abraham mengusir Hagar yang sudah diperisterinya dan juga Ismael. Menurut Anda bagaiman sebaiknya sikap Abraham dalam suasana ini?
- Di keluarga Anda, apakah suami nurut isteri?
Mari berdoa:
Bapa kami dalam sorga, firman Tuhan lengkap dan sempurna bagi suami dan isteri dan anak-anak dalam keluarga. Roh Kudus beri hikmat agar keluarga kami selalu mendasari dengan firman Tuhan menghadapi suka duka keluarga. Karuniakan kerendahan hati seperti Kristus agar kami menjadi pelayan yang baik dalam keluarga kami. Berkat dan damai sejahtera Tuhan memenuhi keluarga kami. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. [AS250722]