ALON-ALON, OJO KESUSU!
Views: 0
Bacaan: 1 Korintus 15: 28
”Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ketika kecil dahulu, orang tua saya sering mengatakan kalimat berikut ini setiap kali saya makan, demikian “alon-alon, ojo kesusu” (bhs. Jawa, yang artinya: pelan-pelan, jangan tergesa-gesa!). Orang tua saya mengatakan itu karena mereka melihat saya ingin secepat mungkin menghabiskan makanan supaya bisa segera kembali bermain. Namun lambat laun, saya akhirnya memahami bahwa ternyata makan secara perlahan sangat baik bagi kesehatan pencernaan dan membina spiritualitas iman.
Dari sisi kesehatan, mengunyah makanan secara perlahan ternyata sangat menguntungkan. Menurut laman lifestyle.kompas.com mengunyah makanan secara perlahan mempunyai keuntungan, yaitu: pertama, akan merasa kenyang lebih lama. Ketika kita makan dengan perlahan, otak akan lebih mudah mengirimkan sinyal yang membuat kita merasa lebih kenyang. Kedua, menyehatkan organ pencernaan kita. Gerakan organ mulut saat mengunyah makanan akan membuat mulut mengeluarkan air liur lebih banyak. Air liur memiliki kandungan zat yang bisa membunuh kuman-kuman yang mengganggu pencernaan atau memicu bau mulut dan penyakit mulut. Maka semakin lama kita mengunyah, air liur pun semakin banyak dan kemampuan membunuh bakterinya lebih tinggi. Ketiga, membantu penyerapan makanan. Enzim amilase dan lipase dalam air liur akan melembutkan makanan serta memecah karbohidrat dan lemak dari makanan sehingga nutrisi bisa terserap secara optimal.
Dan dari sisi spiritualitas, mengunyah makanan secara perlahan akan menolong kita untuk merasakan Tuhan di dalam kehidupan kita. Dengan mengunyah secara perlahan kita belajar menghayati proses hadirnya makanan tersebut sampai bisa kita santap. Seperti misal: dari mana asal-usulnya, bagaimana mengolahnya, berapa banyak orang yang terlibat di dalamnya, dsb. Sampai akhirnya kita dapat menghayati campur tangan Tuhan melalui keseluruhan proses makanan tersebut. Dengan demikian, mau tidak mau kita akan mengucap syukur kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Dampaknya, kita berupaya untuk tidak menyia-nyiakan makanan yang ada di hadapan kita. Kita pun akan belajar untuk mencukupkan diri dalam hal makanan. Maksudnya, kita tidak akan berlebih-lebihan ketika mengambil atau memesan menu makanan. Secukupnya saja. Dengan begitu, tanpa terasa kita telah ikut serta membantu terciptanya keadilan bagi sesama dan juga menjaga kelestarian bumi, sebab tidak ada makanan yang terbuang percuma.
Tentu penghayatan ini bukannya tanpa alasan, karena sesungguhnya ‘Allah telah menjadi semua di dalam semua melalui pengurbanan Kristus’. Artinya kita akan dapat menghayati kehadiran Tuhan melalui semua hal di muka bumi ini termasuk makanan ataupun bahan makanan. Paulus mengingatkan, ”Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua”. Melalui ayat ini, kita dapat meyakini bahwa keberadaan Allah mencakup dan merasuki seluruh semesta sehingga setiap bagian darinya hadir di dalam Dia, namun keberadaan-Nya lebih dari, dan tidak terhapuskan oleh semesta. Dengan demikian, ada dua dimensi dari relasi antara Allah dan semesta, yaitu bahwa Allah mencakup dan merasuki ciptaan.
Ungkapan “alon-alon, ojo kesusu” khususnya dalam hal makan, akhirnya akan membentuk kesehatan jasmani dan rohani, di mana kita dapat merasakan dan menghayati kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Dan kitapun akan selalu dapat bersyukur kepada Tuhan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih, ya Tuhan, karena kami telah diingatkan untuk dapat menghayati kehadiran dan campur tangan-MU di dalam kehidupan kami. Kami bersyukur atas pemeliharaan dan berkat-berkat-Mu. Di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kami sudah berdoa. Amin.