SAMBAL
Views: 0
Bacaan: Yakobus 1:2-4
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Sambal adalah salah satu kosa kata dalam perkulineran Indonesia yang menunjuk pada sejenis saus dengan rasa pedas. Bahan utama sambal adalah cabai yang dilumatkan sehingga keluar kandungan sari cabai dan ditambah dengan bahan-bahan lain.
Sudah menjadi rahasia umum jika banyak orang Indonesia yang tidak bisa lepas dari sambal. Bagi para pecinta sambal, maka makan tanpa sambal terasa ada yang kurang. Meski bukan menu utama, sambal merupakan pendamping dari menu utama tersebut. Bahkan, konon katanya, sambal ini dapat menambah nafsu makan.
Pertanyaannya adalah: “apakah sambal ini hanyalah pandamping menu utama saja?” Tentu tidak! Dalam sambal ini terkandung filosofi yang cukup dalam. Apa sajakah itu?
Pertama, sambal melambangkan kedewasaan. Ingatkah ketika kita kecil dahulu? Para orang tua seringkali berkata “kalau sudah berani makan sambal berarti sudah besar / dewasa”. Kedua, terkait erat dengan kedewasaan ini, maka sambal sekaligus juga melambangkan keberanian. Bukankah hanya orang-orang pemberani yang mau ‘menyiksa’ mulut dan lidahnya dengan rasa pedas? Ketiga, sambal melambangkan kehidupan yang beragam. Sambal tidak hanya terdiri dari cabai saja, melainkan ada bumbu yang lain seperti garam, bawang, tomat dll. Dengan penambahan bumbu-bumbu itu, maka rasa sambel semakin nikmat. Demikian juga dengan kehidupan, ia akan indah dan nikmat jika ada beragam hal yang terjadi dan membentuknya. Keempat, sambal melambangkan kesediaan untuk menghadirkan semarak, tidak egois dan mendorong yang lain untuk maju bahkan terkenal. Bukankah gurame goreng akan menjadi lebih semarak dan terkenal bila disajikan menjadi ‘gurame goreng sambal ijo’, bukan? Atau ayam goreng menjadi semakin lezat dan terkenal bila disajikan menjadi ‘ayam geprek sambal matah’? Dan sebagainya.
Kadang kala kita merasa gentar dan kuatir bahwa persoalan yang menghadang akan menghancurkan kita. Memang kita harus menyadari bahwa tidak ada seorangpun yang tidak punya masalah. Setiap orang pasti memiliki persoalan. Hanya saja bagaimana cara pandang kita terhadap masalah itu akan mempengaruhi sikap kita terhadapnya. Yakobus mengingatkan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun”.
Kita mesti yakin bahwa persoalan itu bukan untuk menghancurkan diri kita, melainkan membentuk iman yang kuat serta pribadi yang semakin tekun. Sehingga pada akhirnya hidup kita dapat menghasilkan buah. Persoalan itu ibarat sambal, yang menantang keberanian dan kedewasaan kita sekaligus membuat kita semakin bersemangat menikmati indahnya kehidupan yang berwarna. Sehingga dengan berbagai persoalan itu, kita akan menjadi berkat bagi orang-orang lain. Oh ya, mungkin Anda bertanya “Kok Pak Guruh tahu juga tentang sambal?” Jangan heran, karena saya juga belajar di FISIP – “Fakultas Ilmu Sambal dan Ilmu Pedas”.😁😁😊
Mari kita melanjutkan kehidupan bersama dengan Tuhan. Ingat Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjalan sendirian. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Tuhan, tolonglah agar di dalam kedewasaan iman kami berani menghadapi tantangan kehidupan. Kami percaya Roh Kudus akan memampukan diri kami. Di dalam Nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.