SATE TAICHAN
Views: 0
Bacaan: 1 Korintus 13:11
”Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Kira-kira pertengahan tahun 2016, dunia kuliner Indonesia diramaikan dengan munculnya kedai-kedai sate yang mengusung brand sate taichan. Kemunculan sate taichan ini tentu semakin memperlengkapi varian sate yang sudah ada. Pada awalnya, saya mengira bahwa nama ‘taichan’ itu merupakan kata dari bahasa Jepang, Mandarin atau Korea. Namun nyatanya kata ‘taichan’ ini belum diketahui artinya.
Sate taichan adalah satu varian sate ayam yang dibakar tanpa baluran bumbu kacang atau kecap seperti sate pada umumnya. Sate ayam ini hanya menggunakan garam dan jeruk nipis saja sebagai bumbu. Ketika sudah matang, maka sate ini dihidangkan dengan sambal rawit dan perasan jeruk nipis dengan tampilan daging ayam berwarna putih polos.
Dari berbagai sumber, asal-usul sate taichan ini secara tidak langsung diciptakan oleh seseorang turis dari Jepang saat hendak membeli sate di bilangan Senayan, Jakarta. Pada tahun 2014, ada seorang turis dari Jepang yang hendak memesan sate di salah satu warung sate di sana. Pembeli itu pun mengaku tidak menyukai sate ayam dengan bumbu kacang dan kecap. Dia meminta kepada pedagang sate supaya hanya membakar daging ayamnya saja, dengan ditambahkan taburan garam dan sedikit kucuran air jeruk nipis. Karena tidak suka pedas, turis ini juga meminta pedagang sate untuk menaruh sambal rawit yang ada sebagai pelengkap dalam menyantap sate tersebut. Nah, ketika pedagang itu bertanya kepada sang turis tentang nama jenis sate ini, maka ia menjawab “taichan”. Sejak saat itulah varian sate taichan ini hadir di Indonesia. Sate Taichan ini mulai dikenal secara luas kira-kira mulai tahun 2016.
Memperhatikan asal-usulnya, maka sate taichan ini menunjukkan adanya kesediaan untuk berakselerasi dengan kebutuhan. Meskipun si penjual sate sudah mengusung satu brand sate tertentu, namun ia bersedia ‘keluar dari kebiasaan’ dan melayani sesuai dengan kebutuhan pembeli. Dan justru dengan kesediaannya melayani pembeli itu, maka lahirlah varian sate ayam yang baru.
Saudaraku, hidup itu memang mesti berubah dan berakselerasi. Kita tidak bisa keukeuh dengan kedirian kita. Hukum alam sudah mengatur bahwa siapa yang tidak mampu berakselerasi tentu akan tertinggal dan punah.
Iman kristen juga mesti berakselerasi karena iman memang harus bertumbuh. Semakin banyak pengalaman kehidupan yang dihadapi, maka iman juga mesti semakin teguh dan kuat. Rasul Paulus mengingatkan Jemaat di Korintus untuk juga bertumbuh di dalam iman. Rasul Paulus mengingatkan agar Jemaat tidak lagi memiliki pola pikir seperti kanak-kanak. Sama seperti manusia yang bertumbuh dari bayi hingga menjadi dewasa, demikian pula orang percaya harus bertumbuh secara rohani di dalam iman. Rasul Paulus menulis, ”Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu”. Kehidupan identik dengan pertumbuhan, dan pertumbuhan selalu membawa perubahan. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, maka iman kita juga mesti bertumbuh dan mampu berakeselerasi dengan baik agar mampu bertahan di tengah berbagai persoalan kehidupan.
Kiranya kisah tentang asal-usul sate taichan ini menginspirasi kita untuk selalu sedia bertumbuh di dalam iman di tengah-tengah berbagai persoalan kehidupan dan tuntutan perubahan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga
Doa:
Ya Tuhan, kami menyadari bahwa tantangan kehidupan senantiasa hadir, namun kami rindu untuk terus bertumbuh di dalam iman. Mampukanlan kami agar dapat berakselerasi dengan baik. Kiranya Roh Kudus menlong kami. Terimakasih, Tuhan Yesus. Amin.