Mari Bertekun
Views: 0
Yakobus 5 : 11a
“Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun,”
Syalom jemaat yang terkasih didalam Tuhan.. Semoga bapak/ibu/saudara-saudari dalam keadaan baik..
Jemaat yang terkasih..Marilah kita mencoba menghitung, dalam satu hari ini sudah berapa kali kita mengeluh? Kita memang jarang menghitungnya, namun keluhan sering kita ucapkan. Kita mengeluh ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, kita mengeluh ketika menghadapi rintangan dan kesulitan. Dan dalam situasi mengeluh tersebut, tidak jarang kita kemudian menjadi putus asa dan tidak bertekun dalam doa ketika menghadapi kesulitan.
Surat Yakobus ditulis untuk orang Kristen yang hidup pada abad pertama. Mereka adalah orang Kristen yang berasal dari kalangan Yahudi yang hidup di luar Palestina (1:1). Tantangan khas yang dihadapi oleh jemaat perdana adalah adanya penderitaan dari kalangan di luar Kekristenan yang mencoba menghambat pertumbuhan gereja. Dalam situasi yang demikian, tidak sedikit jemaat yang menginginkan kedatangan Tuhan ke dunia segera terjadi. Namun Yakobus mengingatkan jemaat bahwa waktu kedatangan Tuhan ada waktunya tersendiri.
Setiap kita dipanggil untuk bertekun, seperti halnya seorang petani yang bersabar menunggu hasil dari tanahnya, dan ia bersabar sampai hujan musim gugur dan hujan musim semi. Petani membutuhkan kesabaran menanti sampai alam menunaikan kerjanya, demikian pula kita harus bertekun menanti kedatangan Tuhan.
Yakobus menyinggung pula mengenai jemaat yang mengeluh oleh karena penderitaan yang mereka alami. Dan untuk menguatkan mereka, Yakobus membawa jemaat pada kenangan penderitaan yang dialami oleh Ayub. Kisah Ayub tentu bukan kisah yang asing bagi orang Yahudi.
Yakobus menyebut bahwa ketekunan Ayub terhadap penderitaan membawa kepada kebahagiaan. Demikian pula apabila jemaat bertekun di tengah penderitaan, maka mereka akan disebut berbahagia. Apakah yang dimaksud dengan bertekun di tengah penderitaan? Apakah itu berarti kita diam saja saat menderita?
Tidaklah demikian. Kata yang dipakai untuk bertekun adalah hupomone, yang menggambarkan suatu kesabaran yang aktif, suatu semangat yang tidak pernah lelah. Sebagai pengikut Kristus, kita tidak lepas dari pada rintangan dan kesulitan, namun marilah kita bersama dengan keluarga, kita tetap bertekun di tengah beragam tantangan dan kesulitan untuk tetap setia kepada Tuhan. Kiranya Allah memampukan kita. Amin.