KETEKUNAN AYUB
Views: 0
Bacaan: Yakobus 5 : 7-11
Salam sejahtera semoga kita makin tekun, berbahagia menanti kedatangan Yesus, seperti ketekunan Ayub. Jika kita bertekun, maka kita menerima berkat Tuhan yang penuh belas kasih, seperti ungkapan dalam Yakobus 5:11 Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
Ketekunan dalam kamus bahasa Indonesia, berarti orang yang rajin, keras hati, bersungguh-sungguh, berpegang teguh dengan perjuangannya, memusatkan segenap pikiran dan tenaga dalam memperjuangkan sesuatu. Sabar artinya orang yang tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati; tabah menghadapi penderitaan, pencobaan hidup; bersikap tenang ketika menghadapi cobaan hidup. Tidak tergesa-gesa membuat keputusan yang penting. Orang sabar biasanya tidak cepat marah karena persoalan kecil.
Dalam menanti kedatangan Yesus kembali, kita perlu sabar dan tekun dalam pengharapan masuk ke dalam sorga. Bersabar itu digambarkan seperti seorang petani berharap, menantikan hasil panen yang berharga. Ia bersabar menghadapi kesukaran ketika merawat tanaman. Orang beriman belajar dari sikap sabar petani, dalam menanti kedatangan Yesus dan menanti pintu sorga dibukkan bagi kita, agar kita masuk ke tempat yang berharga, bahagia, damai, indah, penuh kasih, tidak ada penderitaan. Sikap sabar dalam arti bersukacita, tidak takut, malah ingin segera berjumpa dengan Tuhan Yesus dan masuk sorga (2 Petrus 3:1)
Bersabar berarti selama hidup di dunia, kita terus mengasihi dan melayani Tuhan, mengasihi dan melayani sesama, memberitakan kabar keselamatan, bersekutu bersama-sama, tidak sendirian, bukan diam, tidak berbuat kebaikan dan tidak berjuang untuk kebenaran, keadilan, kedamaian. Dalam melakukan pekerjaan demi nama Tuhan, berjuang untuk kebaikan, kebenaran, keadilan, kedamaian, kita dengan sabar menghadapi kesukaran, penderitaan. Kita tidak cepat marah, tidak cepat putus asa dan patah hati menghadapi sakit penyakit, kesulitan uang, penghinaan, kedukaan. Ketika menghadapi kesukaran, penderitaan, kita tidak mengerutu, bersungut-sungut, tapi kita menghadapi dengan tenang. Kita minta kekuatan dari Tuhan untuk sabar menghadapi semuanya. Kalau ada yang berbuat jahat, kita minta keadilan Tuhan. Dalam menghadapi kesukaran, penderitaan ada orang yang tidak sabar, malah menyalahkan Tuhan atau orang lain, dan menghakimi.
Menanti kedatangan Yesus tidak membuat kita lalai, putus asa, tapi siap menyambut Yesus datang. Bersabar dalam berjaga-jaga, sama seperti pekerja yang menunggu tuan datang ke rumah, ia bersabar menanti tuannya dan siap menyambutnya, jangan sampai ia tertidur saat tuan datang. Pekerja ini melakukan kegiatan yang membuat selalu siap, tidak tertidur, dan tidak lalai. Orang beriman menggunakan waktu dengan sabar dan tekun dalam menanti kedatangan Yesus sampai akhir hidup, dengan melakukan kegiatan yang menyebabkan iman tidak tidur. Iman yang tidur berarti tidak sanggup menyambut Tuhan Yesus datang, seperti lima gadis yang bodoh.
Dalam menanti kedatangan Yesus, dibutukan ketekunan, kita perlu mencontoh ketekunan Ayub. Ia mendidikan anak-anaknya beribadah dengan Tuhan, dan melakukan kegiatan agama dengan tekun, rajin dan berhasil memelihara ternak, dan sangat baik bagi Tuhan dan sesama. Tapi penderitaan yang dialaminya. Ternaknya dirampas orang, penjaga dibunuh, anak-anaknya meninggal karena tertimpa rumah roboh. Ayub menderita sakit berat. Dalam penderitaan Ayub tetap percaya pada Tuhan, ia percaya semua ternak dan anak-anak adalah pemberian Tuhan, kalau Tuhan mengambilnya, Ayub tetap sujud menyembah Tuhan, memuji Tuhan. Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Ayub menentang pemikiran teman-temannya dan istrinya yang mengatakan Allah telah meninggalkan dia. Sekalipun penderitaan bertubi-tubi, tapi Ayub tidak kehilangan iman, Ayub tidak tidur imannya. Ayub bergumul dalam penderitaan tapi imannya tidak pernah padam, menyala terus. Ayub memberi contoh kepada kita tentang kesabaran yang aktif, semangat yang gagah perkasa. Bencana, kedukaan berat, sakit berat dihadapi dengan iman yang menyala, tidak pernah kendur, imanya teguh. Iman yang teguh, bisa ditampakan dengan berdiam, tapi Ayub iman yang teguh ditampakan dengan banyak pertanyaan, tapi Ayub tidak pernah kehilangan imannya, tidak pernah kendur. Tuhan memberi kemenangan pada Ayub dan memberkati Ayub dalam kehidupan selanjutnya lebih dari pada hidup yang dahulu (Ayub 42:12) Kita bisa juga mengalami penderitaan dan bertanya-tanya mengapa menderita, tapi pertanyaan itu bukan membuat iman kita lemah, atau padam, sebaliknya iman kita terus menyala sampai akhir hidup kita, sampai Tuhan Yesus datang, seperti nyala obor dari lima gadis yang bijaksana sampai masuk dalam perjamuan kawin.
Ayub orang yang sangat dihargai dan diperkenan Allah, tapi diizinkan Tuhan mengalami penderitaan paling berat. Saat kita merenungkan bahwa orang-orang terbaiklah yang paling mengalami kesukaran di dunia ini, maka sudah sepatutnya kita berdamai dengan penderitaan.
Ketekunan itu dalam rangka mengasihi Tuhan, kita nyatakan dalam tekun berdoa, tekun menyembah Tuhan, tekun melakukan segala perintah Tuhan. Tekun mencari Tuhan. Orang yang tekun mencari Tuhan adalah orang yang dikasihi Tuhan. Orang yang hatinya jahat, dikuasai kegelapan, tidak tekun mencari Tuhan (2 Tawarikh 12:14). Ketekunan bisa dilakukan jika kita mendengar firman Tuhan, kehendak Tuhan, bukan kehendak sendiri, kemudian merenungkan dan menyimpan firman Tuhan dalam hati, dan mengeluarkan buah dalam ketekunan (Lukas 8:15). Bertekun juga dilakukan dalam sehati sepikir berdoa bersama-sama. Orang yang tekun berbuat baik, mencari kemulian dan kehormatan dari Tuhan, bukan mencari kemulian dan kehormatan dunia, maka ia akan mendapat hidup kekal (Roma 2:7).
Dalam menanti kedatangan Yesus, kita terus menghadapi kemelut hidup, kita memohon Tuhan mengalihkan segala kemelut, mengajarkan kita berjuang dalam ketekunan untuk menghadapi kemelut. Tuhan setia menjaga dan membimbing kita dalam menghadapi kemelut seperti ungkapan dalam KJ. 417 ayat 8 Alihkanlah, ya Tuhan, segala kemelut dan ajar kami pula berjuang bertekun.Setia Kau menjaga, membimbing umatMu Di dalam perjalanan menuju sorgaMu.
Berdoa:
Ya Tuhan dalam menantikan kedatangan Yesus, berikan kami hati yang sabar dan tekun menghadapi penderitaan, kesukaran, kemelut hidup, agar kami bersukacita menyambut kedatangan Yesus, iman kami terus menyala, dalam nama Yesus kami berdoa amin.