KISAH DI BALIK NASI GORENG
Views: 0
Bacaan: 2 Korintus 6: 1
”Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Siapa tidak kenal dengan nasi goreng? Makanan rakyat yang merupakan kombinasi sempurna antara nasi, telur, daging ayam atau sapi, ditambah dengan bumbu-bumbu khas ini telah menjadi menu favorit yang diminati banyak orang. Nasi goreng dapat dijumpai di mana saja baik di restoran besar maupun pedagang kaki lima. Bahkan di rumah, nasi goreng menjadi “pertolongan pertama” bila perlu menu sarapan yang berbeda.
Meski menjadi makanan semua kalangan, tahukah Anda bahwa sebetulnya nasi goreng ini bukan sajian asli Indonesia? Kisah tentang nasi goreng ini berawal di China, tepatnya dari daerah Yangzhou. Masyarakat Yangzhou telah menyantap nasi goreng sejak tahun 4000 SM. Ada alasan menarik di balik terciptanya menu nasi goreng ini. Pada waktu dahulu, masyarakat Yangzhou tidak suka untuk mengonsumsi nasi yang sudah menginap semalam, akan tetapi mereka juga tidak mau bersikap boros dengan membuang nasi tersebut. Nah, supaya nasi tadi tetap dapat terasa enak, akhirnya mereka mengolahnya dengan cara menggoreng nasi dan juga lauk pauk kemarin malam tersebut. Untuk menambah rasa agar lebih nikmat, maka mereka menambahkan bumbu bawang-bawangan. Upaya ini menghasilkan sebuah sajian nasi goreng yang dikemudian hari menjadi makanan banyak orang di berbagai daerah.
Ya, ternyata nasi goreng lahir dari keinginan untuk tidak menyia-nyiakan makanan yang ada. Bila nasi kita pandang sebagai berkat, maka sesungguhnya sikap tidak membuang nasi dengan sia-sia itu merupakan wujud nyata dari tindakan tidak menyia-nyiakan berkat atau karunia Tuhan.
Bila kita menilik ke dalam kehidupan kita, maka kita akan melihat bahwa Tuhan telah mengaruniakan berkat yang begitu banyak kepada diri kita masing-masing, seperti: pekerjaan, makanan, kesehatan, waktu, kekuatan, usia, keluarga dan sebagainya. Dan lebih dari pada itu semua, berkat keselamatan di dalam Tuhan Yesus juga sudah kita terima dari Allah. Kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengingatkan, ”Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima”.
Kata yang diterjemahkan dengan sia-sia itu bermakna ’kosong, hampa, sia-sia dan bodoh’. Dengan kata lain, Rasul Paulus meminta agar jemaat Korintus tidak berindak seperti orang bodoh yang menganggap bahwa karunia Tuhan itu tidak berarti atau kosong. Tindakan kebodohan ini akan terjadi apabila jemaat tidak sungguh-sungguh berada di dalam Kristus. Sampai di sini, kita dapat melihat hubungan yang erat antara ‘hidup di dalam Tuhan Yesus’ dengan ‘sikap tidak menyia-nyiakan karunia atau berkat’, yaitu bahwa hanya orang-orang yang hidup dengan sungguh-sungguh di dalam Kristuslah yang akan dapat selalu bersyukur dan tidak akan menyia-nyiakan karunia dan berkat dari Tuhan apapun bentuknya.
Hari ini kita belajar dari sejarah nasi goreng yang menasihati agar kita tidak menyia-nyiakan berkat dan karunia dari Tuhan. Dengan tidak menyia-nyiakan berkat dan karunia Tuhan, maka kita dapat menjalani hari-hari kita bersama dan di dalam Kristus dengan penuh syukur serta tidak bersikap bodoh di sepanjang kehidupan kita. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakaih, ya Tuhan, untuk segala karunia dan berkat yang telah dan akan Engkau limpahkan kepada kami. Kami rindu belajar untuk tidak menyia-nyiakan berkat-Mu itu. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk mewujudkannya. Terpujilah Nama-Mu, ya Tuhan Yesus. Amin.