Pengharapan Tidak Mengecewakan
Views: 0
Salam sejahtera semoga kita mengalami kasih Allah dalam hati, dan kasih Allah menopang kita dalam menghadapi penderitaan. Kasih Allah meyakinkan kita bahwa pengharapan kita tidak mengecewakan seperti ungkapan dalam Roma 5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Seorang ibu A pergi bersama-sama teman-temannya dalam suatu kegiatan di luar kota 2 hari. Ibu A sudah membayangkan kalau kembali ke rumah, ia merasa menderita di dalam rumah, karena suami, anak, menantu dan cucu, setelah menggunakan semua peralatan rumah tangga, tidak ada yang mencuci, merapikan peralatan tersebut, maka ibu A akan membersihkan sendiri. Padahal sudah berkali-kali dimintai tolong tapi belum juga berubah. Ibu A berharap anggota keluarga bisa membantu membersihkan peralatan yang mereka pakai. Ibu A berharap ada perubahan dalam diri anggota keluarga. Apakah pengharapan ibu A tidak sia-sia, tidak mengecewakan? Mari kita dalami bersama.
Semua orang pasti mengalami penderitaan dalam hidupnya. Penderitaan tersebut bisa disebabkan oleh kesalahan diri sendiri, karena orang lain, karena musuh karena bencana, atau kejadian disekitar kita. Dalam penderitaan orang mengharapkan dirinya lepas dari penderitaan. Kalau penderitaan tidak ada yang membebaskan maka orang bisa menjadi malu, putus asa. Orang mengejek, mengapa tidak menjadi kaya, mengapa pangkat tidak naik?
Ada orang menderita dalam kemiskinan, sakit, kedukaan, maka dirinya atau orang lain berpikir, dia sedang dihukum Tuhan, karena ada kesalahan tertentu. Dalam penderitaan seperti ini, apakah pengharapan itu masih perlu ada? Atau pengharapan itu kosong, mengecewakan? Paulus menjelaskan bahwa pengharapan orang beriman tidak kosong, tidak mengecewakan.
Pengharapan tidak mengecewakan karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati oleh Roh Kudus. Karena kasih Allah maka Allah memilih dan memanggil kita menjadi muridNya. Allah memberi janji keselamatan kepada kita. Kita sering tidak setia kepada Allah dan kehendakNya dan janjiNya. Kita tidak merenungkan siang dan malam tentang sifat, kehendak, janji Allah dan tidak melakukannya. Walau kita tidak setia sepenuhnya pada Tuhan, tapi Tuhan setia pada janjiNya, pertolonganNya, kasihNya terhadap manusia. Allah mengasihi kita bukan karena kita sudah menjadi orang baik, berbuat amal. Kasih Allah telah dinyatakan saat kita masih lemah, dan berdosa.
Kasih Allah di dalam hati, bukan dipikiran. Hati adalah tempat perasaan, tempat emosi, sumber segala keinginan. Kita perlu berdoa agar Tuhan menguatkan dan meneguhkan kita oleh RohNya di dalam hati kita, sehingga oleh iman kita, Kristus diam di dalam hati dan kita berakar di dalam kasih dan memahami betapa lebarnya, panjangnya, tingginya dan dalamnya kasih Kristus (Efesus 3:16-17)
Orang Kristen mengalami kasih Allah, di dalam hati melalui Roh Kudus, khususnya pada masa-masa sulit, menderita. Kasih Allah dicurahkan terus- menerus, tidak pernah berhenti, melalui pekerjaan Roh Kudus, sehingga kita merasakan kasih Allah dalam hati menjadi meluap. Kasih yang meluap itu memampukan kita untuk membagi kasih kepada orang lain, anak, cucu, suami, istri, teman persekutuan, teman kerja bahkan kepada musuh. Pengalaman akan kasih Allah yang senantiasa hadir ini akan menopang kita dalam penderitaan, kita bisa bermegah dalam penderitaan (Roma 5:3)
Bermegah dalam penderitaan berarti kita menghadapi penderitaan dengan terang Tuhan, dengan mengalami kasih Tuhan, dalam persekutuan yang akrab dengan Tuhan. Kita menghadapi penderitaan bukan sendirian, ada kuasa Tuhan, kasih Tuhan beserta kita dalam menghadapi penderitaan. Bersekutu dengan Kristus, berarti kita belajar dari pengalaman Yesus menghadapi penderitaan dikhianati, disangkal murid, dihina, dianiaya, disalib dan mati. Ketika kita menghadapi penderitaan seperti ibu A, menderita karena miskin, sakit, gagal, lemah, dihina, disingkirkan, maka kita bermegah dalam persekutuan dengan Kristus untuk menghadapi penderitaan. Bermegah artinya bersama Yesus kita mampu menghadapi penderitaan, sebab kita tidak sendirian. Penderitaan itu membuat kita makin dekat dengan Yesus, karena kita tidak kuat menghadapi sendiri.
Dalam penderitaan itu kita makin bertekun, berdoa, memuji Tuhan, merenungkan sifat, kehendak, janji, kasih Tuhan, sehingga kuasa Tuhan membuat kita tekun, tabah menjalani penderitaan kedukaan, kegagalan, kesulitan hidup. Ketika kita tekun tabah menghadapi penderitaan, kita tidak bersungut-sungut, menyalahkan Tuhan, seperti pengalaman Ayub ketika anaknya meninggal, hartanya hilang, Ayub tidak menyalahkan Tuhan tapi ia mengimani, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil terpujilah nama Tuhan (Ayub 1:21). Dengan sikapnya seperti itu dalam menghadapi penderitaan maka Ayub tidak berbuat dosa, dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut (Ayub 1:22). Ayub memberi contoh menghadapi penderitaan dengan terang Tuhan. Paulus juga menjelaskan kepada kita agar melihat terang dari pengalaman Kristus. Penderitaan dihadapi bersama Yesus akan menimbulkan ketabahan. Ketabahan yang dari Tuhan, membuat orang setia mencari Tuhan dan kehendakNya dalam derita. Walau ada orang membenci kita, maka kita tetap merenungkan kehendak dan kasih Tuhan, maka kita akan bertahan sampai keselamatan diberikan Tuhan (Markus 13:13), bukan sakit hati dan pembalasan yang kita renungkan.
Mengapa kita bisa tekun dalam penderitaan karena Allah tidak akan meninggalkan kita sendirian. Allah memberi kekuatan untuk bertahan. Ketekunan dari Tuhan membuat kita tahan uji. Hasil dari tahan uji adalah iman yang murni dalam persekutuan dengan Kristus, sikap menaruh percaya dan berserah pada Yesus. Orang yang tahan uji, maka pengharapan pada Yesus tidak sia-sia, tidak kosong, tidak mengecewakan. Pengharapan dalam kasih Allah tidak akan menyesatkan kita, tidak membuat kita jauh dari Tuhan.
Pengharapan yang tidak mengecewakan karena Tuhan perlindungan yang tentram, Tuhan memberi hati yang kuat dan tenang. Tuhan Adalah sumber pengharapan, seperti ungkapan KJ 30a ayat 2 Hanya Tuhan sajalah Perlindungan yang tent’ram. B’rikan daku yang lemah hati kuat dan tenang. Dikau saja yang tetap Sumber pengharapanku: Biar aku Kaudekap di naungan sayapMu.
Berdoa: Ya Tuhan, kiranya kasih Allah ada dalam hati kami, sehingga kasih Allah menopang kami dalam menghadapi penderitaan. Kasih Allah meyakinkan kami bahwa pengharapan kami tidak mengecewakan. kami berdoa dalam nama Tuhan Yesus amin.