Solider atau Soliter?
Views: 0
Bacaan : Kejadian 29:13
”Segera sesudah Laban mendengar kabar tentang Yakub, anak saudaranya itu, berlarilah ia menyongsong dia, lalu mendekap dan mencium dia, kemudian membawanya ke rumahnya.”
Syalom jemaat yang terkasih didalam Tuhan.. Semoga bapak/ibu/saudara-saudari dalam keadaan baik..
Jemaat yang terkasih.. Manusia sebagai makhluk sosial telah diciptakan Allah dengan pelbagai kemampuan untuk dapat membangun relasi atau hubungan dengan sesamanya. Salah satu kemampuan tersebut adalah rasa empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, atau melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, serta membayangkan diri sendiri berada di posisi orang tersebut. Dengan mengandaikan diri sendiri dalam posisi orang lain yang sedang menderita, maka akan membuat diri sendiri mengupayakan bantuan terbaik bagi mereka yang menderita.
Oleh karena itu, rasa empati memiliki peran penting di dalam membangun relasi atau hubungan dengan orang lain.
Rasa empati ini juga dimiliki oleh Rahel dan Laban. Ketika Yakub berjumpa dengan Rahel anak Laban saudara ibunya yang sedang menggembalakan kambing domba, mendekatlah Yakub, kemudian mencium dan menangis dengan suara keras. Yakub menceritakan bahwa ia adalah saudara Rahel. Perjumpaan ini kemudian diteruskan oleh Rahel kepada ayahnya, Laban. Mendengar berita itu, Laban bergegas untuk menjumpai Yakub, mendekap, dan mencium Yakub yang adalah keponakannya. Dengan rasa empati yang tinggi, Laban membawa Yakub pulang ke rumahnya dan memberinya pekerjaan. Rahel dan Laban mengetahui bahwa Yakub adalah saudara mereka yang sedang membutuhkan bantuan, maka mereka pun tidak segan untuk membantu.
Rasa empati Rahel dan Laban kepada Yakub memang terjalin atas dasar hubungan kekerabatan atau saudara. Akan tetapi, ketika kita mampu memelihara dan menyatakan rasa empati kepada setiap orang di sekitar kita, maka itu akan membuat kita menjadi orang yang solider (bersatu atau senasib dalam sebuah kelompok), bukan menjadi orang yang soliter (menyendiri). Dan ketika kita memiliki rasa empati, maka kita tidak hanya berbela rasa saja, tetapi juga dapat memberikan bantuan sebagai bentuk tindakan nyata atas rasa empati tersebut. Maka mari dalam masa-masa Pra paskah ini, kita terus mengasah dan mewujudkan rasa empati dalam diri kita agar kita pun dapat merasakan dan melakukan sesuatu yang nyata bagi orang-orang di sekitar kita. Amin.