KUDA YANG TERJEBAK LUMPUR
Views: 0
Bacaan: Ibrani 10: 24
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Suatu kali sekelompok peternak kuda di Mongolia menemukan ada seekor kuda yang terjebak di dalam sebuah kubangan lumpur. Kuda itu hanya kelihatan punggung, leher dan kepalanya saja karena ¾ badannya sudah terbenam di dalam lumpur. Para peternak menyimpulkan bahwa kuda itu sudah cukup lama terjebak dalam kubangan dan telah berusaha juga untuk keluar. Kuda itu sudah nampak kelelahan dan sinar matanyapun sudah sayu menandakan hilangnya pengharapan dalam dirinya. Para peternak itu melihat bahwa kuda itu sudah benar-benar menyerah dan pasrah untuk mati.
Dengan menggunakan tongkat, para peternak itu mencek juga kepadatan lumpur dari tengah hingga pinggir kubangan itu. Mereka yakin bahwa masih ada kemungkinan untuk mengeluarkan kuda itu dari kubangan. Hanya saja tidak mungkin dengan cara menarik kuda itu, sebab kaki dan badannya sudah benar-benar ‘stuck’. Setelah berdiskusi, para peternak sepakat untuk mencoba sebuah cara berdasarkan karakteristik kuda sebagai binatang yang hidup secara berkelompok. Para peternak itu menggiring semua kuda yang lain dan membawanya berlari mengitari kubangan itu secara terus menerus. Setelah belasan kali mengelilingi kubangan lumpur tadi, kuda ini kemudian kelihatan mulai bergerak lagi dan berusaha keluar dari lumpur. Suara ringkikan dan derap kaki kuda yang lain di sekitar kubangan itu seakan-akan menjadi teriakan penyemangat bagi kuda tadi, sampai akhirnya ia dapat keluar dari kubangan lumpur dan kembali berkumpul dengan kawanannya.
Ketika kuda yang terjebak itu berjuang sendirian, maka ia mudah sekali untuk putus asa dan menyerah dengan keadaan. Akan tetapi ketika semua kawanannya hadir dan memberikan dorongan, maka kuda tadi berhasil keluar dari kubangan lumpur yang hampir membunuhnya itu. Kehadiran kawanannya telah berhasil menyalakan kembali harapan yang padam dan mendorong kekuatan baru agar lepas dari belenggu.
Kadangkala ketika berada di dalam belenggu persoalan kehidupan, kita merasa seperti kuda yang terjebak dalam kubangan lumpur tadi. Kira merasa sendirian, seolah tidak ada yang peduli dan memperhatikan. Sampai akhirnya kita merasa gagal dan putus asa. Dalam keadaan itu, kehadiran para sahabat akan dapat mengobarkan kembali semangat yang padam. Bukankah seorang sahabat sejati akan rela memberikan nyawa bagi sahabatnya? Akan tetapi di sisi yang lain, apabila kita berperan sebagai sahabat, maka seharusnya kita benar-benar menjadi sahabat yang sedia mendengarkan dengan hati dan perasaan, serta menjadi teman seperjalanan yang mendampinginya. Bukannya malah ‘kepo’ dengan banyak bertanya dan akhirnya justru turut menyalahkannya. Masing-masing diri kita mesti menyadari bahwa kita ini bukanlah mahluk individualis egois yang berjalan sendirian, melainkan mahluk sosial yang terhubung dengan sesamanya.
Penulis Surat Ibrani mengingatkan, “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”. Saling memperhatikan, saling mendorong, saling support dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Ya benar, sebagai saudara sepersekutuan sudah seharusnya bila kita saling memperhatikan dan saling support. Dengan demikian, kehangatan pesekutuan benar-benar dapat dirasakan. Mari kita belajar untuk saling memperhatikan dan saling mendorong di dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga
Doa:
Kami mengucap syukur untuk para sahabat yang telah hadir memberikan dukungannya kepada diri kami, ya Tuhan. Kami rindu untuk menjadi sahabat bagi sesama kami. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Terpujilah Nama-Mu, ya Tuhan Yesus, Amin.