ACAR
Views: 0
Bacaan: Matius 5:13
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Mungkin ada banyak orang yang menganggap acar hanya sebagai sajian pelengkap makanan, seperti misalnya sate, gule, nasi goreng, cap jay, mie pangsit, dan lain-lainnya. Menurut Wikipedia dijelaskan bahwa acar (pickle) adalah cara mengawetkan makanan dengan menggunakan cuka dan / atau brine. Biasanya yang dibuat adalah timun, tapi juga cabai, bawang, tomat, dan sebagainya. Acar disajikan sebagai hidangan sampingan, dimakan bersama dengan hidangan utama. Berbagai daerah di dunia memiliki jenis acar tersendiri.
Tahukah Anda bahwa sesunguhnya perjalanan acar untuk menjadi pelengkap makanan utama sudah dimulai sejak kurang lebih 4.000 tahun yang lalu. Baik, meski sering hanya dianggap sebagai pelengkap menu utama makanan, sesungguhnya acara memiliki banyak manfaat, yaitu: pertama, Mengurangi risiko penyakit jantung. Acar, khususnya acar timun, merupakan sumber beta karoten yang sangat baik bagi tubuh. Mengonsumsi makanan yang kaya akan karotenoid, seperti beta karoten, dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung. Kedua, Membantu pencernaan. Acar yang dibuat melalui proses fermentasi mengandung bakteri baik yang disebut dengan probiotik. Bakteri ini dapat membantu menyehatkan saluran pencernaan. Ketiga, Sumber antioksidan. Acar merupakan salah satu sumber antioksidan yang baik untuk tubuh. Keempat, meningkatkan sensitivitas insulin. Berdasarkan American Diabetic Association, asam asetat pada cuka dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin pada orang yang mengalami resistensi insulin atau penderita diabetes tipe 2.
Berbicara tentang acar yang memiliki banyak manfaatnya dan berdampak baik ini, maka kita ingat salah satu pengajaran Tuhan Yesus tentang garam dunia. Tuhan Yesus bersabda, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”. Tuhan Yesus menggunakan garam sebagai metafora bahwa para pengikut-Nya harus memiliki manfaat dan dampak yang baik atau memberi ‘rasa dan membuat rasa’ di mana pun berada. Garam (Yun, halas) adalah garam alami yang memurnikan, membersihkan, menjaga dari kerusakan.
Bagaimana dengan garam yang dibuang? Begini penjelasannya. Di Palestina, kompor biasa berada di luar pintu dan dibangun dari batu di atas dasar ubin. Kemudian “untuk menahan panas” lapisan garam yang tebal diletakkan di bawah lantai keramik. Setelah jangka waktu tertentu khasiat garam sebagai penahan panas berangsur hilang. Oleh sebab itu, ubin diangkat, garam dikeluarkan dan dibuang ke jalan di luar pintu kompor. Jadi, ketika garam itu tidak lagi berguna, efeknya tidak lagi bermanfaat, maka dia dibuang. Itu berarti bahwa, jika seorang Kristen tidak memenuhi tujuannya sebagai seorang Kristen, maka dia sedang menuju bencana. Kita dimaksudkan untuk menjadi garam dunia, dan jika kita tidak menghidupkan kesucian hidup, menjadi antiseptik, maka kita menjadi masalah dan tidak berguna.
Kiranya sajian acar hari ini mengingatkan kita tentang tugas panggilan kita sebagai garam dunia yang berdampak baik bagi sesama. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk menjadi garam yang bermanfaat dan memberi rasa. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.