BUCIN
Views: 0
Bacaan: Yohanes 14 : 15
Syalom jemaat yang terkasih didalam Tuhan.. Semoga bapak/ibu/saudara-saudari dalam keadaan baik..
Jemaat yang terkasih.. Istilah bucin sama sekali tidak asing bagi kaum muda saat ini. Bucin adalah akronim/singkatan dari ‘budak cinta’. Istilah ini muncul sebagai gambaran orang yang tengah jatuh cinta dan mabuk kepayang. Penggunaan kata ‘budak’ menggambarkan bahwa orang yang sedang bucin akan rela melakukan apapun demi cintanya. Bahkan kadang melakukan hal yang di luar nalar bahkan mengubah pola hidup dan pergaulan seseorang. Jika sudah menyangkut orang yang dicintai, maka tidak ada yang terlalu berat atau mustahil untuk dilakukan. Bahkan menjadi kebahagiaan tak terkira jika dapat mewujudkan keinginan atau memenuhi harapan dari sang pujaan hati.
Saya teringat film India berjudul Manjhi – The Mountain Man (Manjhi Si Orang Gunung). Manjhi dijuluki sebagai The Mountain Man karena berhasil membelah bukit batu di desanya sebagai tanda cinta untuk istrinya yang jatuh di bukit batu itu dan meninggal karena lambat dibawa ke rumah sakit. Dia membelah bukit batu setinggi 9,1 meter hanya menggunakan pahat dan palu selama 22 tahun. Sekalipun dianggap gila dan mengalami berbagai derita, dia tidak menyerah. Demikianlah Manjhi menjadi sosok bucin yang tidak hanya membuktikan cinta pada mendiang istrinya, tetapi juga membawa kesejahteraan bagi desanya yang miskin dan terbelakang.
Pertanyaan bagi kita, pernahkah kita mengalami yang namanya bucin? Bagi sebagian orang bisa jadi pernah, ketika sedang jatuh cinta atau bersama pasangan yang diidamkan. Jika pertanyaan di atas diubah menjadi: “Pernahkah kita merasa bucin kepada Tuhan? Menggebu-gebu untuk melakukan segala perintah-Nya, merindukan saat-saat doa dan persekutuan kita dengan Tuhan? Terlebih mewujudkan tiap nasihat dalam perbuatan nyata?” Tuhan Yesus berfirman: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Ay. 15). Tidak perlu tafsiran panjang untuk menjelaskan kalimat itu karena maknanya jelas di depan mata. Maka bersediakah kita melakukannya? Kiranya kita mampu mewujudkan cinta kita kepada Tuhan, termasuk dengan mempersembahkan diri dan hidup kita bagi kemuliaan-Nya. Selamat berefleksi, Tuhan memberkati.