MENYANGKAL DIRI
Views: 0
Bacaan: Matius 16: 22-28
Salam sejahtera semoga kita makin dimampukan Tuhan untuk mengikuti kehendak, rencana, jalan Tuhan dengan menyangkal diri dan memikul salib seperti ungkapan dalam Matius 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.
Yesus menuntut penyangkalan diri dari kita jika hendak mengikut Dia. Lambang dari penyangkalan diri, adalah salib. Memikul salib di depan umum adalah suatu tontonan yang ganjil, berat, janggal, memalukan. Apakah memikul salib akan membuat kita tersiksa, menderita, menekan jiwa kita? Mengapa mengikut Yesus harus memikul salib, bukan menenteng rantang berisi makanan? Memikul salib tidak menyenangan, menenteng rantang makanan sangat menyenangkan. Rantang makanan mempunyai pegangan (gagang), memikul salib tidak ada pegangannya (tidak ada gagangnya). Gagang adalah gambaran dari alat yang dapat mengendalikan, menguasai sesuatu sesuai kehendak kita.
Salib yang dipikul tanpa gagang, berarti manusia dalam imannya tidak dapat mengendalikan kuasa Allah. Bahaya dalam teologi adalah kalau orang tidak bisa menguasai keinginannya untuk mengendalikan Allah. Teologi harus menolak untuk mengendalikan kuasa Allah yang menyelamatkan. Teologi berusaha berbicara tentang kuasa Allah, menyanyikan kebesaran kuasa Tuhan, merenungkan kuasa Allah (Kosuke Koyama, Tidak Ada Gagang Pada Salib, BPK Gunung Mulia, 1989). Kita bukan berbicara tentang kuasa diri sendiri, tapi berbicara tentang kuasa Tuhan, bukan memuji kebesaran diri sendiri, tapi memuji kebesaran Tuhan, bukan merenungkan kehendak sendiri, tapi kehendak Tuhan.
Pikiran yang terlatih memikul beban salib tanpa gagang, dinamakan pikiran yang disalibkan, pikiran yang tidak ingin mengendalikan kuasa Allah, tidak mengutamakan kehendak sendiri, menyangkal kehendak sendiri dan membuka diri untuk dikuasai Allah dan kehendakNya. Yesus memikul salib bukan karena kehendak sendiri, tapi karena taat pada kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Ketika ada orang yang mampu mengendalikan Allah, maka orang tersebut akan merasa diberi kedudukan tinggi atau kasta tinggi. Pikiran yang mengendalikan Allah, seperti doa : Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku (Lukas 18:11-12). Doa ini sangat berbeda dengan doa pemungut cukai: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini (Lukas 18:13). Pemungut cukai itu merasa tidak layak dihadapan Tuhan dan menyesali dirinya yang berdosa, serta membutuhkan kasih dan kuasa Tuhan agar dia diselamatkan. Kalau kita meniru cara berpikir dan bertindak orang Farisi dan Ahli Taurat maka kita tidak akan masuk Kerajaan Sorga (Matius 5:20). Cara hidup pemungut cukai yang menyesali dosa itu yang dibenarkan Allah.
Cara hidup Farisi dan Ahli Taurat tidak membangun hubungan dengan Tuhan dan sesama. Kita harus menyalibkan pikiran seperti pikiran Farisi dan Ahli Taurat, kita menyesali dosa karena cara berpikir dan bertindak yang salah, mengikuti kehendak sendiri, kemudian kita diampuni dan dibangkitkan Yesus, agar menggunakan cara berpikir dan bertindak yang dikehendaki Allah. Karena itulah Yesus tidak mengatakan agar dalam mengikuti Yesus, setiap orang mengikuti kehendak sendiri, menonjolkan diri sendiri, tapi sebaliknya mengikuti Yesus orang harus memikul salib, menggunakan pikiran yang disalibkan, menyangkal kehendak sendiri.
Daya pikir yang disalibkan dan dibangkitkan adalah cara berpikir yang sangat membutuhkan kuasa dan kasih Allah, serta membutuhkan sesama, tidak mengandalkan dan menonjolkan pikiran sendiri, bukan mempermiskin partisipasi orang lain dalam mengerjakan misi Allah, sebaliknya membutuhkan bantuan dari orang-orang lain. Orang atau gereja yang menonjolkan diri akan berkata seperti Farisi: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, sebab aku tidak sama seperti orang lain yang tidak punya keunikan, tidak punya keunggulan seperti diriku atau gerejaku. Gereja yang berpikir dengan pikiran disalibkan, memikul salib, menyangkal kehendak sendiri, akan sangat memerlukan kuasa dan kasih Allah serta orang lain dalam mengerjakan misi Allah.
Dalam melaksanakan misi Allah, maka kita melakukannya dengan memikul salib, bukan menenteng rantang makanan. Ajaran Kristen yang disampaikan bukan tentang hidup enak, penuh makanan, banyak uang, yang membuat iman menjadi lumpuh tapi ajaran Kristen yang diajarkan tentang hidup yang bertanggungjawab, berusaha dengan siap menghadapi penderitaan, tantangan hidup, membangun dari apa yang ada. Proses yang sulit, susah dalam bertanggungjawab, berusaha, membangun itulah yang sebut jalan salib, memikul salib, menyangkal kehendak sendiri, terus maju, demi taat pada rencana Allah, kehendak Allah sampai mendapat kemenangan, kebangkitan hidup, keselamatan.
Menyangkal berarti mengikuti apa yang dipikirkan Tuhan, bukan mengikuti apa yang dipikirkan diri sendiri atau manusia. Manusia berpikir bahwa orang yang bersalah, tidak perlu diampuni, tapi Tuhan berpikir bahwa Ia sudah mengampuni manusia maka manusia juga mengampuni sesama. Tuhan sudah mengasihi diri kita maka kita harus mengasihi sesama. Apabila manusia tidak mengasihi sesama dan tidak mengampuni sesama maka Tuhan akan menyerahkan kita kepada algojo-algojo Tuhan sampai manusia bisa menyelamatkan diri sendiri dari dosa-dosanya (Matius 18:33-35)
Mengikut Yesus artinya kita mendapat damai, keselamatan karena darah Yesus menebus dosa kita. Kita mau mengabdi pada kehendak Tuhan, dengan mengabdi, kita mendapat kebahagian penuh. Dalam mengikut Yesus kita juga mau menghadapi kesengsaraan seperti Yesus yang dicemooh, dihina, dianiaya karena taat pada kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mengikut Yesus berarti menyangkal diri, menyangkal kehendak sendiri dan membuang keinginan yang fana, hanya mengikuti kehendak Tuhan dan berserah pada Tuhan, seperti ungkapan dalam KJ. 376 ayat 3 Ikut dan menyangkal diri, aku buang yang fana, hanya turut kehendakMu dan padaMu berserah. Reff: Aku ingin ikut Dikau dan mengabdi padaMu: Dalam Dikau, Jurus’lamat, ‘ku bahagia penuh! amin
Berdoa:
Ya Tuhan mampukan kami untuk mengikuti kehendak, rencana, jalan Tuhan dengan menyangkal diri dan memikul salib. Kami menggunakan pikiran yang disalibkan, yang tidak ingin mengendalikan kuasa Allah, tidak mengutamakan kehendak sendiri, dan membuka diri untuk dikuasai Allah dan kehendak Tuhan, dalam nama Yesus kami berdoa, amin