ADA DRAMA DI DALAM RAGA
Views: 0
Bacaan: 1 Korintus 12:26-28 – TB2
“Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Allah telah menetapkan dalam gereja: pertama para rasul, kedua para nabi, ketiga para pengajar; selanjutnya mereka yang berkarunia untuk membuat mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berbicara dalam berbagai jenis bahasa lidah”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, suatu kali, terjadilah drama perdebatan di antara anggota-anggota tubuh. Mata menyampaikan protes kepada tangan. Mata mengatakan, “akulah yang selalu melihat makanan tetapi aku sama sekali tidak pernah mengambilnya. Aku protes kepada tangan yang berani mengambil makanan yang aku lihat”. Mendengar hal itu, tangan berteriak, ”sembarangan saja kamu mata! Memang akulah yang mengambil makanan yang kau lihat tetapi aku tidak pernah mengecap rasanya. Lihatlah si mulut, dialah yang menikmati makanan yang aku ambil. Jadi mata, jangan engkau protes terhadapku tetapi proteslah kepada mulut itu!”
Mendengar dirinya disebut-sebut, mulut menyambung, ”ada apa ini, ribut-ribut. Apa kalian tidak tahu aku sedang beristirahat!” Mata segera menyahut, ”Hai mulut, enak-enakan kamu istirahat. Tahukah kamu bahwa kamu ini adalah organ tubuh yang paling tidak tahu diri?” Mendengar apa yang dikatakan oleh mata, maka mulut menyahut dengan sengit, ”sembarangan saja kamu mengatakan bahwa aku tidak tahu diri! Memang, apa yang aku lakukan?” Tangan pun menyahut, ”Nah, itulah keegoisanmu! Masih saja tidak merasa bersalah! Kamu itu selalu makan apa yang dilihat oleh mata dan yang aku pegang. Kamu menikmati yang enak sementara mata dan aku yang berjuang untuk melihat dan mengambilnya!” Mulutpun menyahut dengan sengit, ”Oooo, urusan makanan, toh! Eh kalian berdua perhatikan baik-baik! Aku memang yang mengunyah dan merasakan makanan itu, tetapi tengoklah yang menikmati itu bukan aku, tetapi perut! Kalian perhatikan saja, bahwa aku ini seperti kalian. Aku yang mengunyah tetapi perutlah yang menikmati!” Mata menyahut, ”ooo, jadi selama ini kamulah yang selalu mengambil untung dari kami, hai perut…! Ternyata kamulah yang paling egois, selalu mengambil keuntungan dari kami!”
”Lho, kok aku? Dengar dulu penjelasanku. Kalian tidak mengerti apa yang sedang kalian percakapkan itu. Kalian salah menilai aku,” begitu sahut perut mengiba. ”Tidak bisa!” timpal mulut, ”aku sudah terhina oleh ucapan mata dan tangan, maka mulai saat ini aku akan tutup mulut. Aku tidak akan mau makan dan mengunyah lagi!” Mata dan tangan juga sepakat untuk tidak mau melihat dan tidak mau mengambil makanan.
”Hai mulut, pikirkan kembali keputusmu itu! Bila kamu tidak mengunyah makanan, aku akan sakit sekali dan semua organ tubuh juga akan merasakan akibatnya, please!” pinta perut kepada mulut. ”Tidak peduli, toh yang sakit itu kamu bukan aku. Terserah aku!”, demikian sahut mulut dengan ketus. Sejak saat itu, mulut melakukan aksi tutup mulut.
Setengah hari sudah lewat, perut mulai merintih, ”aduh, sakit dan perih. Mata lihatlah di sekitarmu adakah makanan di sana, tangan ambilah sesuatu yang bisa dimakan dan engkau, mulut, membuka dan kunyahlah makanan.” Mata, tangan dan mulut pun menyahut bersamaan, ”Tidak mau!” Sehari telah lewat, perut makin merintih-rintih karena perih dan sakit. Perut tetap mengiba tetapi mata, tangan dan mulut tetap diam. Tiba-tiba terdengar suara kaki, ”aku merasa lemas, susah bergerak!” Sesaat kemudian, otak pun berseru, ”oi… aku tidak bisa berpikir!” Mata juga berbisik kepada tangan, ”aku juga merasa selalu ngantuk, lemas!” Tangan menyahut, ”aku juga lemas enggak bisa pegang apa-apa”. Ternyata mulut juga berkomentar, ”lidahku kok, jadi pahit, ya?” Namun, hidung berteriak kepada mulut, ”Hoi mulut, jangan dibuka lebar-lebar! Engkau berbau sekali!”
Dengan suara pelan dan menahan sakit, perut bersuara, ”teman-teman, inilah akibatnya jika mulut tidak mau makan. Aku sudah berusaha menjelaskan, tetapi kalian tidak mau dengar. Memang benar bahwa mata yang melihat makanan, tangan yang mengambil, mulut yang mengunyah dan aku yang mengolahnya. Namun, aku tidak menikmatinya bagi diriku sendiri. Melalui usus halus, aku menyerap sari-sari makanan dan melalui aliran darah hasil olahan itu dibawa ke seluruh organ agar menjadi tenaga, termasuk untuk kalian juga”.
Saudaraku, untung itu semua hanya mimpi karena rupanya saya terlalu menghayati perkataan Paulus, “Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Allah telah menetapkan dalam gereja: pertama para rasul, kedua para nabi, ketiga para pengajar; selanjutnya mereka yang berkarunia untuk membuat mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berbicara dalam berbagai jenis bahasa lidah”. Setiap orang tentu memiliki talenta masing-masing. Mari kita menghargai perbedaan talenta yang ada dan membangun kerjasama agar persekutuan semakin erat. Tidak perlu ada drama dengan tema iri dan dengki karena orang lain bisa berbuat lebih dibanding diri kita. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, tolonglah kami agar dapat melihat setiap talenta yang ada dengan jujur dan benar, sehingga mampu membangun sinergi dengan orang-orang lain. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Di dalam Nama Tuhan Yesus kami sudah berdoa. Amin.