JANGAN BERBUAT DOSA LAGI
Views: 0
Bacan: Yohanes 8:1-11
Salam sejahtera semoga kita makin memuliakan rahmat Tuhan yang memberikan belas kasihan, pengampunan dan kesempatan untuk hidup baru yaitu hidup dengan tidak berbuat dosa lagi seperti ungkapan dalam Yohanes 8:11 Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Yesus setuju dengan hukuman atas orang berdosa, tapi bukan sekarang, melainkan pada saat Yesus datang kembali. Dan yang menghakimi adalah Yesus. Yesus mau mengatakan bahwa orang berdosa, tidak pantas menghukum orang berdosa lainnya, hanya Tuhan yang tidak berdosa, pantas menghukum orang berdosa. Yesus tidak menghukum perempuan itu, tapi meminta agar ia tidak berbuat dosa lagi. Tujuan Yesus datang ke dunia bukan menghukum orang berdosa, tapi mendorong orang menyadari dosa atau kesalahan, menyadari betapa beratnya hukuman atas dosa. Setelah menyadari, mengakui dosa maka orang hidup dalam pertobatan, hidup baru, yaitu hidup dengan tidak berbuat dosa lagi.
Ahli Turat dan Farisi menggambarkan sikap manusia yang sering menghukum, menghakimi, melihat dan mencari kesalahan orang lain, tidak mau melihat dosa dan kesalahan diri sendiri. Mereka tidak peduli dengan orang yang berdosa, tidak mencari orang yang berdosa, tidak mendorong orang berdosa untuk menyesali dosa, tidak memulihkan tapi langsung menghukum mereka tanpa mengenal ampun, dan menyingkirkan orang berdosa. Berbeda dengan Yesus yang penuh belas kasih, memahami keadaan orang berdosa. Betapa lemahnya orang berdosa ketika menghadapi penggoda yang begitu kuat. Yesus tidak langsung menghukum, menghakimi, orang berdosa. Yesus peduli dan mencari orang berdosa yang membutuhkan dan percaya Yesus, serta memberi kesempatan untuk menyadari dosa diri sendiri dan mendorong hidup baru yaitu tidak berbuat dosa lagi.
Ahli Taurat dan Farisi memandang orang berdosa sebagai barang, bukan sebagai manusia, dan memberikan rumusan tuduhan atas dosa orang lain. Yesus memandang orang berdosa sebagai manusia ciptaan Allah, bukan sebagai barang. Ketika manusia jatuh dalam dosa, Ia selamatkan dengan kasih Tuhan. Yesus mengenal secara pribadi orang berdosa, dan mengasihi orang berdosa secara pribadi. Gereja dan anggota gereja mengikuti sifat, sikap, cara berpikir, cara merasakan dan cara bertindak Yesus dalam menghadapi orang berdosa, orang bersalah, bukan mengikuti ahli Taurat dan orang Farisi.
Prinsip yang Yesus ajarkan melalui perikop ini adalah orang yang berdosa, tidak boleh menghakimi, menghukum, orang berdosa lainnya. Janganlah kita menghakimi supaya kita tidak dihakimi (Matius 7:1). Orang yang menghakimi adalah orang yang melihat selumbar (sepercik debu) di mata orang lain, tapi tidak melihat balok di mata sendiri. Orang yang menghakimi adalah orang munafik, harusnya orang yang menghakimi mengeluarkan dulu balok di mata sendiri, barulah mengeluarkan selumbar di mata orang lain (Matius 7:3-5).
Hanya Tuhan yang berhak menghakimi, karena Tuhan tidak berdosa dan punya hikmat menghakimi. Tuhan memilih hakim-hakim, nabi-nabi, utusan Tuhan untuk menasehati, bukan untuk menghakimi.
Ahli Taurat dan Farisi kalau melihat orang berdosa langsung emosi, berbeda dengan Yesus, melihat orang berdosa, muncul rasa belas kasih, rasa ingin menolong, memulihkan orang berdosa, seperti dokter kalau melihat orang yang sakit, ingin segera menolong, menyembuhkan. Ahli Taurat dan Farisi mengambarkan sifat manusia yang tidak mau berhubungan dengan orang berdosa, benci dengan orang berdosa, tidak ada pikiran untuk menolong, memulihkan orang berdosa. Sifat ahli Taurat dan orang Farisi adalah menghukum dan merasa diri suci tapi Yesus berbelas kasih, mengampuni.
Sikap Yesus terhadap orang berdosa bukan meringankan dosa, sehingga mudah diampuni. Sikap Yesus adalah menunda penghukuman dan memberi kesempatan bertobat, hidup baru. Setelah ditunda penghukuman tetap keras hati tidak mau bertobat, barulah menerima penghukuman yang sangat berat di akhir zaman, yaitu penghukuman dengan penderitaan kekal.
Berita Injil, berita sukacita adalah berita kesempatan kedua untuk bertobat, kesempatan untuk mendapat keselamatan dari dosa, tapi waktunya sudah dekat, jangan ditunda-tunda, sebab Kerajaan Allah sudah dekat, akhir zaman sudah dekat.
Orang yang sudah diampuni Yesus, diberi tantangan, yaitu karena sudah dikasihi Tuhan, maka tidak berbuat dosa lagi artinya melakukan perintah Tuhan untuk mengasihi Tuhan dan kehendakNya, mengasihi sesama manusia. Mengapa mengasihi Tuhan? Sebab tanpa dekat dengan Tuhan, tanpa menghormati Tuhan, tanpa ditolong Tuhan, tanpa dibimbing Roh Kudus, orang tidak bisa lepas dari dosa. Baptisan Roh adalah cara Tuhan menolong orang yang sudah menyesali dosa, untuk melakukan kehendak Tuhan, untuk lepas dari dosa dengan bimbingan Roh Kudus.
Fokus perikop ini, bukan pada sifat ahli Taurat dan orang Farisi, tapi pada sikap dan perintah Tuhan Yesus yaitu orang yang tidak layak mendapat belas kasih tapi diberi belas kasih, dilayakkan, dibenarkan, agar tidak mengulang perbuatan dosa, dan melakukan kehendak Tuhan. Orang menjauhi dosa seksual yang merusak hidup masyarakat dan dosa-dosa lainnya. Menjauhi sikap menghakimi. Pembenaran yang dilakukan Yesus menimbulkan hidup baru. Pembenaran adalah Tuhan membebaskan kita dari utang dosa dan hukuman berdasarkan kebenaran Kristus karena kasih setiaNya. Itulah berita sukacita Injil. Tiap hari kita memerlukan pembebasan. Tiap hari kita bersalah. Tiap hari kita memerlukan pembenaran oleh iman. Sampai akhir hidup kita, kita adalah manusia yang hidup dari anugerah Tuhan. (J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, BPK Gunung Mulia, 1986) Hakim di pengadilan, tujuannya bukan sekedar membuktikan kesalahan orang dan menghukum tapi mendorong orang untuk mengakui kesalahan dan bertobat. Penggembalaan di gereja bagi orang yang jatuh dalam dosa tujuannya bukan untuk menghukum tapi membawa orang pada penyesalan dosa dan bertobat.
Kita memuliakan rahmat Tuhan yang sungguh mulia, yang memberikan belas kasih, walau kita tidak layak menerimanya, seperti ungkapan dalam KJ. 39 ayat 1. ‘Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku; tadi ‘ku angkuh, kini heran: Tuhan, besarlah rahmatMu! Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh mulia, Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh mulia! amin
Berdoa:
Ya Tuhan kiranya kami makin memuliakan rahmat Tuhan yang memberikan belas kasih, pengampunan dan kesempatan untuk hidup baru yaitu hidup dengan tidak berbuat dosa lagi. Kiranya Roh Kudus membimbing kami untuk hidup baru. Dalam nama Yesus kami berdoa. amin