SATYAMEVA JAYATE
Views: 0
Bacaan: 1 Raja-raja 22:8 – TB2
“Jawab raja Israel kepada Yosafat: “Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi, aku membenci dia, sebab ia tidak pernah menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla”. Kata Yosafat, “Janganlah raja berkata demikian”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Mungkin Anda sudah sering mendengar ungkapan “wong jujur ajur” yang artinya: orang yang jujur akan hancur. Ungkapan ini didasarkan pada kecenderungan orang untuk menolak kritikan atau pendapat yang bertentangan dengan keinginan hati, oleh sebab itu siapapun yang memberikan masukan yang membangun atau pendapat berbeda justru dibenci. Latarbelakang berpikir seperti inilah yang membuat banyak orang akhirnya memilih untuk diam dan tidak menyatakan kebenaran dari pada dibenci atau dimusuhi.
Mikha bin Yimla adalah salah seorang Nabi Tuhan yang berani menyatakan pendapat yang berbeda dengan nabi-nabi lain dan berani juga memberikan kritikan kepada raja. Mikha adalah nabi Tuhan yang melayani di jaman pemerintahan Raja Ahab di Israel. Karena keberaniannya untuk menyatakan kebenaran itulah yang membuat raja Ahab begitu membenci Mikha. Kebencian Ahab kepada Mikha itu terungkap ketika Raja Yosafat dari Yehuda menyampaikan kepada Raja Ahab untuk menanyakan petunjuk Tuhan sebelum berperang melawan bangsa Aram. Kala itu, Raja Yosafat mengajak Ahab untuk bersekutu dan berperang melawan bangsa Aram dalam rangka merebut wilayah Ramot-Gilead. Kisah ini tercatat di dalam Kitab 1 Raja-raja 22.
Meski ada 400 orang nabi yang telah mengatakan bahwa Tuhan berpihak kepada Israel dan Yehuda, namun Raja Yosafat tetap meminta pendapat dari nabi yang lain selain ke – 400 nabi tadi. Saat itulah Raja Ahab mengungkapkan ketidaksukaannya kepada Nabi Mikha. Alkitab mencatat demikian, “Jawab raja Israel kepada Yosafat: “Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi, aku membenci dia, sebab ia tidak pernah menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla”. Kata Yosafat, “Janganlah raja berkata demikian”. Dan memang, setelah Mikha dipanggil untuk menyampaikan petunjuk Tuhan, ia mengatakan pesan yang berbeda dari ke-400 nabi lainnya. Mikha menyampaikan bahwa Israel dan Yehuda akan kalah apabila melawan bangsa Aram. Karena pernyataannya itu, maka Mikha dipenjara oleh Raja Ahab. Dan ternyata apa yang disampaikan oleh Mikha ini benar adanya. Bahkan raja Ahab juga terbunuh dalam peperangan itu meski sudah menyamar sebagai prajurit biasa.
Kisah Nabi Mikha ini kembali menyatakan kepada kita bahwa kebenaran itu akan terungkap dan akhirnya menang. Dalam bahasa sansekerta dikenal istilah “satyameva jayate”. Ungkapan ini berasal dari naskah India kuno, yang jika diterjemahkan artinya adalah: “hanya kebenaranlah yang akan menang”. Memang mesti diakui bahwa seringkali dibutuhkan waktu tertentu hingga akhirnya kebenaran itu dapat terungkap. Bahkan seringkali mesti berhadapan dengan risiko-risiko yang tidak menyenangkan dalam usaha mengungkapkan dan menyampaikan kebenaran. Namun inilah panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan, yaitu memperjuangkan kebenaran. Dengan pertolongan Tuhan, mari kita tetap berani berjuang untuk menyampaikan kebenaran apapun risikonya. Ingat “satyameva jayate” – hanya kebenaranlah yang akan menang. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Kadangkala kami memilih diam ketika kecurangan dan ketidakbenaran terjadi di depan mata. Kami rindu agar terus berani menyuarakan kebenaran. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.