ALLAH PEDULI
Views: 0
Bahan: 2 Raja-raja 4:14-16,
Kemudian berkatalah Elisa: “Apakah yang dapat kuperbuat baginya?” Jawab Gehazi: “Ah, ia tidak mempunyai anak, dan suaminya sudah tua.” Lalu berkatalah Elisa: “Panggilah dia!” Dan sesudah dipanggilanya, berdirilah perempuan itu di pintu. Berkatalah Elisa: “Pada waktu seperti ini juga, tahun depan, engkau ini akan menggendong seorang anak laki-laki.” …”
Tema kita ini menjadi bagian suatu syair lagu “Allah peduli,” yang mungkin lagu yang enak dihayati. Sebetulnya Allah pastilah peduli bagi semua manusia. Kasih setia-Nya kita terima setiap hari yang baru, pemeliharaan-Nya di sepanjang hidup kita, hanya saja justru kitalah yang kurang menyadari semua kepedulian Allah dalam hidup kita, khususnya kasih-Nya dalam Kristus yang menyelamatkan.
Seorang nabi, Elisa bersama pembantunya Gehazi sering dalam perjalanan mereka melewati desa Sunem, di situ mereka dijamu oleh satu keluarga dengan makan, minum dan disediakan oleh keluarga itu juga kamar untuk nabi ini beristirahat dalam perjalanan itu. Kita ingatjuga nasihat Tuhan Yesus: “Barang siapa menyambut seorang nabi, ia akan menerima upah nabi, …” (Mat 10:41.) Kemudian nabi Elisa memanggil Ibu di keluarga itu, dan menjanjikan akan seorang anak laki-laki bagi keluarga itu. Janji itu secara alami tidak mungkin lagi, sudah lama mereka menikah, suaminya sudah tua, tetapi itulah kepedulian Allah melalui nabi Elisa kepada mereka yang dengan setia, tanpa pamrih telah menerima dan melayani nabi Elisa, semua itu tidak berlalu dengan kosong. Kelahiran anak laki-laki ini kita dapat katakan sebagai “kepedulian,” walau pun tidak diminta, hanya karena nabi itu sering singgah di rumah keluarga itu dan diperlakukan seperti nabi (abdi) Allah, pelayanan yang mereka berikan bukan karena pamrih. Berbeda dengan anak yang dijanjikan Allah kepada Abram atau kepada Ishak, Abraham dan Ishak dipanggil, dipersiapkan dan dijanjikan untuk menerima anak sebagai suatu rencana yang panjang bagi keselamatan dunia. Masa depan anak yang dikaruniakan ini tidak diketahui bagaimana masa depan atau masa tuanya, berbeda dengan anak perjanjian itu yang terikat teguh dengan janji Tuhan.
Bercermin dari pengalaman keluarga yang melayani nabi Elisa ini, demikian juga dalam kehidupan persekutuan, dan kehidupan di masyarakat, banyak pemberian dan kepedulian kita kepada sesama secara nyata, seperti pemberian materi. Merujuk kepada Mat 10:41 tadi, kepedulian (pemberian) kita kepada sesama, tidak akan sia-sia, namun sebaliknya setiap pemberian yang kita terima, adalah merupakan suatu beban dan tanggung jawab untuk melihat apa yang dapat kita berikan kepada mereka yang memberi itu. Artinya “jangan enak saja menerima,” tetapi tidak mau memberi, walaupun pemberian kita kemungkinan bukan materi, tetapi im-materi, rasa syukur, terima kasih, dan yang paling penting ialah berdoa agar Tuhan membalas pemberian itu berlipat ganda sesuai kebutuhannya. Pemikiran seperti ini maka “banyak memberi, akan banyak menerima.” Di hadapan Tuhan lebih tegas lagi seperti yang dikatakan oleh raja Daud, dia sudah berkuasa dan kaya raya, tetapi dia katakan kepada Allah: “Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu …” menyadarkan kita setiap pemberian kita adalah yang berikan Tuhan.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Dalam kesempatan apa saja kita memberi tanpa pamrih?
- Adakah ajakan menyumbang tapi dengan pamrih?
- Apakah Anda turut melayani abdi (hamba) Tuhan dalam bentuk apa saja?
Mari berdoa:
Bapa kami yang di sorga, Bapa telah mengasihi, memelihara, melayani kami, kami mohon Roh Kudus menolong dan memampukan kami untuk saling mengasihi dan melayani, terutama dalam bentuk nyata, secara material. Apa yang ada pada kami dalam kebenaran dan anugerah Tuhan, untuk kami bersyukur dan saling berbagi, maka jauhkan kami dari rasa egois. Demikianlah doa kami dalam nama Tuhan Yesus, Amin. [AS260224]