SEPANJANG JALAN KENANGAN
Views: 0
Bacaan: Ezra 9:9 – TB2
“Sebab, meskipun kami menjadi budak, di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami memperoleh semangat untuk membangun Rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, serta memperoleh kubu pelindung di Yehuda dan di Yerusalem”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Lagu ‘Sepanjang Jalan Kenangan’ yang diciptaan oleh musisi A. Riyanto dan dinyanyikan oleh penyanyi Tety Kadi, mengisahkan tentang seseorang yang pulang kampung dan mengenang kembali masa berpacaran yang pernah dialaminya. Kenangan itu kembali hidup saat ia menyusuri kembali jalanan yang pernah dilalui. Menurut saya, lagu ini mewakili salah satu kemampuan manusia untuk mengingat dan mengenang hal-hal yang terekam di dalam memori. Menurut para ahli, memori adalah kemampuan otak manusia untuk mengkode, menyimpan, mempertahankan dan mengingat informasi atau pengalaman masa lalu. Sebagian besar informasi tersebut disimpan sebagai kontrol di masa yang akan datang pada aktivitas motorik dan untuk dipakai dalam pengolahan berpikir.
Kenangan yang ada di dalam memori menolong seseorang untuk dapat merencanakan dan bertindak di waktu-waktu mendatang. Dengan adanya memori ini, maka manusia dapat bertindak dengan lebih baik dibandingkan dengan tindakan masa lalunya. Nah, apa yang seharusnya merupakan hal baik terkait dengan memori itu justru tidak terjadi di kalangan umat Yehuda sekembalinya mereka dari pembuangan. Begini penjelasannya!
Peristiwa pembuangan yang dialami oleh Yehuda telah memakan waktu kurang lebih 70 tahun hingga diijinkan pulang kembali ke Yerusalem oleh Koresy. Peritiwa pembuangan itu sendiri dimaknai sebagai cara Tuhan untuk menghukum umat yang telah banyak melakukan dosa. Oleh karena itu, berakhirnya masa pembuangan ini seharusnya dimaknai juga sebagai pengampunan yang diberikan oleh Tuhan kepada umat. Dengan kata lain, umat sudah menjadi “umat yang baru” karena sudah diampuni dosanya. Ijin yang diberikan oleh Raja Koresy kepada Yehuda pun adalah untuk membangun kembali Rumah Allah. Sebagai “umat yang baru” ini, maka sudah seharusnya umat menjaga kekudusan hidup. Salah satunya dengan cara tidak kawin campur dengan bangsa lain yang tidak dikehendaki oleh Allah. Namun, rupanya perintah ini dilanggar oleh umat Yehuda. Bahkan para pemimpin umat justru melakukannya terlebih dahulu.
Dalam Kitab Ezra pasal 9, kita dapat melihat kegundahan hari Ezra menyaksikan tingkah umat Yehuda. Hati Ezra sangatlah sedih. Dia mengoyakkan pakaiannya, mencabut rambutnya dan janggutnya. Bahkan, Ezra juga menyiksa dirinya sendiri. Tindakan Ezra itu dilakukan bukannya tanpa alasan. Ezra sadar bahwa nenek moyang mereka dahulu juga berbuat dosa di hadapan Tuhan. Karena berdosa, maka mereka diserahkan kepada raja-raja negeri lain. Di pembuangan, umat mengalami penganiayaan, penjarahan dan penghinaan di depan umum. Ezra menghendaki agar umat kembali mengingat peristiwa yang pernah dialami oleh nenek moyang umat. Oleh karena itu Ezra menyampaikan, “Sebab, meskipun kami menjadi budak, di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami memperoleh semangat untuk membangun Rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, serta memperoleh kubu pelindung di Yehuda dan di Yerusalem”. Ezra mengajak umat agar mengingat kembali kebaikan Tuhan, sehingga mereka meninggalkan perbuatan dosa yang telah dilakukan.
Memang benar, mengingat kembali semua kebaikan yang telah dilakukan oleh Tuhan, akan menolong kita untuk bisa berjalan dan berlaku sesuai dengan kehendak Tuhan. Bukankah hidup kita ini seperti sebuah perjalanan? Biarlah semua berkat Tuhan di dalam hidup itu menjadi ‘jalan kenangan’ di mana kita mengingat berkat dan kebaikan Tuhan, sehingga kita dapat menjaga pikiran, perkataan dan tindakan. Kiranya ‘sepanjang jalan kenangan’ yang sudah kita lalui, kita dapat menyukuri berkat-berkat Tuhan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, setiap pengalaman yang terjadi di dalam hidup kami kiranya menjadi kenangan yang baik di dalam memori kami. Kami percaya bahwa di sepanjang hidup kami, Engkau hadir untuk menopang dan menolong kami. Terimakasih, ya Tuhan Yesus. Amin.