JULID
Views: 0
Bacaan: Amsal 4:23 dan 27:19 (TB 2)
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan… Seperti air memantulkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, mungkin Anda pernah mendengar istilah “julid”? Apakah Anda tahu arti kata ini? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “julid” diartikan sebagai iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain. Dari beberapa literatur disebutkan bahwa sifat iri dan dengki merupakan sikap tidak suka dan tidak senang dengan kebahagiaan yang didapatkan orang lain. Karena memiliki perasaan iri dan dengki, biasanya orang akan bersikap “julid” yang bisa ditunjukkan dengan berbagai komentar sinis yang ditujukan pada orang lain. Komentar sinis ini biasanya dilakukan untuk menyudutkan orang tersebut. Selanjutnya, karena menyimpan rasa tidak suka, maka orang yang “julid” akan berusaha sedemikian rupa untuk membuat orang yang tidak disukainya itu jatuh dan rendah.
Apakah Anda termasuk orang yang “julid”? Baik, kita akan lihat ciri-cirinya. Yang pertama yaitu selalu bersikap sinis. Sikap ditimbulkan karena selalu merasa iri dan dengki terhadap berbagai pencapaian atau keberhasilan yang didapatkan orang lain. Kedua, suka menyindir orang lain. Karena merasa iri dan dengki terhadap keberhasilan orang lain, maka orang yang “julid” juga kerap menyindir orang dan berusaha untuk merendahkannya. Ketiga, selalu berusaha mencari tahu dan mengulik kehidupan orang lain. Sekali ia tidak suka dengan keberhasilan orang lain, maka orang “julid” akan terus berusaha mencari informasi yang bisa menjatuhkan orang tersebut. Nah, dengan memerhatikan ciri-ciri tersebut, maka sesungguhnya sikap ini cenderung tidak disukai secara umum karena bisa memperburuk hubungan sosial dan pertemanan.
Sebagai anak-anak Tuhan, tentunya kita memahami bahwa perilaku kita itu muncul dari dalam hati. Penulis Amsal mengatakan, ”Seperti air memantulkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu”. Dari nasihat ini kita dapat memahami bahwa hati Ibarat sumber mata air. Apabila sumber airnya kotor, maka kotor jugalah air. Dari sini, kita dapat memahami bahwa betapa pentingnya hati. Dalam hal ini, penulis Amsal mengingatkan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan”. Hati tidak dengan sendirinya bersih, kita mesti terus menerus menjaganya agar tidak tercemari. Apa yang ada di dalam hati itulah yang akan keluar dalam tindakan.
Menjaga hati untuk tetap berkenan dihadapan Tuhan itu perlu perjuangan dan tidaklah mudah, karena tantanganya juga tidak ringan. Oleh karena ini, sikap julid mesti dihindari dan` ditinggalkan. Kebersihan hati menjadi penting untuk diperhatikan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk memiliki hati yang bersih sehingga dapat memancarkan kehidupan. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya, Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.