”LHO, KOK TERSERAH?”
Views: 0
Bacaan: Matius 7: 7-8 (TB 2)
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Sebab, setiap orang yang meminta, menerima; yang mencari, mendapat; yang mengetuk, baginya pintu dibukakan”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ada sebuah cerita yang pernah saya dengar dari seorang Bapak. Suatu kali, dalam rangka ‘we time’ (waktu kebersamaan keluarga) ia mengajak istri dan anaknya untuk makan malam di luar (maksudnya makan di resto). Dalam perjalanan, Ia menanyakan kepada istri dan anaknya akan makan makanan jenis apa. Istri dan anaknya menjawab, “terserah saja!” Kemudian ia berkata, “lho, kok terserah? Mesti milih, dong!” Kemudian anaknya mengatakan, “aku tidak suka makan makanan yang pedas, Pi”. Dan istrinya mengatakan, “jangan makan soto, aku bosen”. Kembali si Bapak bertanya, “kalau begitu, mau makan apa?” Istri dan anaknya menjawab kompak, “terserah papi saja”. “Lho, kok terserah?”, respon si bapak. Dan kita dapat menebak akhir dari cerita si bapak ini. Betul! Akhirnya ‘we time’ mereka tidak jadi di lakukan di resto melainkan di dalam mobil sembari keliling kota. Dan ketika mereka kembali ke rumah, mereka pun makan mie instan.
Mungkin cerita semacam ini pernah Anda alami bersama dengan keluarga atau orang lain. Kata “terserah” yang dipakai seringkali tidak bisa memberikan solusi, bahkan malah bisa menambah kebingungan dalam memilih. Dan sadarkah kita bahwa seringkali tanpa sadar kita juga bersikapp “terserah” terhadap permohonan kita kepada Tuhan. Memang sih, kita tidak berkata “terserah”, namun hanya diam tanpa meminta / menyebut dengan jelas apa yang sesungguhnya menjadi permohonan kita itu. Sikap ini muncul karena (mungkin) kita menganggap bahwa Tuhan pasti sudah tahu apa yang akan kita mintakan.
Dalam sebuah pengajaranNya, Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Sebab, setiap orang yang meminta, menerima; yang mencari, mendapat; yang mengetuk, baginya pintu dibukakan”. Kata ‘mintalah’ dan ‘carilah’ memakai bentuk ‘present imperative’, maksudnya adalah perintah yang harus dilakukan secara terus menerus. Itu berarti bahwa tindakan ‘meminta’ dan ‘mencari’ itu dilakukan bukan hanya sekali, melainkan secara terus menerus. Nah, jika meminta dan mencari ini saja mesti dilakukan secara terus menerus, maka itu berarti bahwa apa yang dicari dan yang diminta itu harus jelas dan pasti. Dengan demikian, tidak bisa sekedar “terserah” saja, bukan?
Kata ‘terserah’ seringkali menjadi petunjuk bahwa sesunggunya kita tidak ingin ikut bertanggungjawab terhadap pililhan yang akan diambil. Maksudnya, bila ternyata pilihan yang dipilih itu – katakanlah – keliru, maka kita bisa cuci tangan dengan mengatakan “kan, itu bukan pilihanku!”
Saudaraku, kalau di dalam doa saja Tuhan Yesus meminta kita agar dapat bertanggungjawab atas apa yang kita minta dan cari, apalagi di dalam kehidupan kita. Tentu kita tidak bisa sekedar mengatakan “terserah” terhadap pilihan atau di dalam menyikapi situasi yang ada. Kita harus terus belajar bersikap tegas, bukan sekedar bersikap “terserah”. Jika kita bersikap “terserah”, maka jangan heran jika orang lain berkata, “lho, kok terserah? Jangan dong!” Selamat berjuang Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk dapat menetapkan pilihan di dalam kehidupan kami dengan bertanggungjawab. Oleh karena itu, kami memohon kiranya Roh Kudus menolong kami agar dapat menetapkan pilihan itu dengan tepat. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.