RUKUN UNTUK BERBAGI
Views: 0
Bahan: Mazmur 133:1-3,
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Saudara-saudari yang dikasihi Kristus, pokok pikiran renungan ini merupakan cerminan apa yang banyak dialami jemaat gereja di masyarakat kita. Datangnya bencana alam selalu mendahului kesiapan para korban, sehingga bencana alam itu seperti banjir, gempa bumi dan tanah longsor selalu membawa korban materi yang tidak sedikit. Menghadapi bencana alam seperti banjir, gempa bumi, membutuhkan gerak kebersamaan di antara masyarakat yang terdampak, di sini dibutuhkan dan terlihat bagaimana masyarakat rukun untuk berbagi. Di masyarakat kita rukun untuk berbagi terlihat dari kata pepatah “berat sama di pikul, ringan sama dijinjing.”
Terlihatnya kerukunan dalam suasana kesulitan, belakangan ini di daerah Jawa Timur yang terkena banjir melanda banyak kampung, membuat banyak warga meninggalkan rumah dan mengungsi sementara. Mereka merasa beruntung bisa mengungsi ke gedung gereja walau pun mereka bukan orang Kristen, agar terbebas dari banjir. Demikian juga warga gereja, menyiapkan tempat untuk berbaring tidur, walau hanya dengan tikar dan karpet yang memadai. Dua bulan yang lalu, ada rumah yang kebakaran di dekat gereja GKI Kwitang, membuat warga yang terdampak kebakaran ini kehilangan tempat berteduh. Dengan sigap anggota gereja GKI Kwitang, mengundang mereka untuk berteduh sementara bagi mereka. Kebetulan ruang gedung pertemuan cukup luas untuk menampung mereka. Pihak gereja bekerja sama dengan pihak R.T menyediakan makanan, karena mereka kesulitan untuk memasak di gedung pertemuan itu. Sampai mereka mendapat bantuan dari pemerintah setempat (kelurahan) sehingga mereka meninggalkan tempat penampungan sementara ini.
Kerukunan antar berbagai pihak untuk berbagi kadang terganjal atau terkendala karena perbedaan agama dan iman. Sewaktu suatu daerah terkena gempa bumi yang mengharuskan banyak warga kampung mengungsi. Ada bantuan yang ditolak para korban karena di packing bantuan itu tercantum lembaga pemberi yang tidak seagama dengan para korban. Keadaan ini memperlihatkan menolak kerukunan untuk berbagi karena berbeda agama. Sebaliknya pihak si pemberi dengan mencantumkan nama lembaganya, memberi agar diingat atau di ketahui siapa yang memberi. Dalam hal seperti ini dapat kita katakan memberi masih dengan pamrih, bukan membangun kerukunan dengan hati yang tulus.
Bahan renungan kita, menunjukkan suatu hal yang sangat berharga yaitu berkat Tuhan untuk berbagi dalam kerukunan. Berkat materi sudah sering kita saling berbagi, tetapi bagaimana berkat rohani, berbagi jalan keselamatan, menolong memberitakan Injil. Tuhan telah menetapkan agar kita berbagi setiap berkat, minyak yang dicurahkan di kepala mengalir ke janggut dan ke leher jubar, sehingga semua menjadi harum, semua kebagian yang sama, itulah Injil yang harus kita beritakan.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Apakah usaha Anda membangun kerukunan di masyarakat lingkungan Anda?
- Pernahkah Anda berbagi berkat yang sangat besar kepada sesama?
- Pernahkah pemberian Anda ditolak, diabaikan karena Anda seorang Kristen?
Mari berdoa:
Bapa yang di surga, rupa-rupa berkat Tuhan telah kami terima, mampukan kami untuk berbagi sebagai usaha membangun kerukunan kami. Jauhkan kami dari sikap egois, karena kami tidak mampu hidup tanpa teman dalam kerukunan. Inilah kerinduan kami dalam Kristus, Amin. [AS060524]