MENAATI PERINTAH TUHAN
Views: 0
Bahan: I Samuel 13:12-13,
Pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerangku di Gilgal, padahal aku belum memohon perkenanan Tuhan. Sebab itu, aku memaksa diri untuk mempersembahkan kurban bakaran.” Kata Samuel kepada Saul, “Sungguh bodoh tindakanmu itu! Engkau tidak menaati perintah TUHAN, Allahmu, yang dititahkan-Nya kepadamu. Tadinya TUHAN hendak mengokohkan kerajaanmu atas Israel untuk selamanya.
Saudara, saudari yang dikasihi Kristus; Pemilu telah usai dan khususnya telah ditetapkan pemenang untuk presiden dan wakil presiden oleh KPU. Penetapan itu telah melalui pengadilan dan M K tempat pengaduan itu memeriksa dan menetapkan menolak semua pengaduan itu karena tidak terbukti keberatan para pemohon. Satu hal yang menjadi pokok dalam proses ini ialah semua pihak harus taat aturan atau taat undang-undang. Sebelum taat aturan, maka perlu kita memahami aturan itu, baik masalah kecil atau besar. Berkaitan dengan undang-undang di negeri ini, semua undang-undang telah dibicarakan dalam lingkup pusat (DPR) atau lingkup daerah (DPRD).
Demikian juga hubungan kita dengan Tuhan. Kehadiran kita di hadapan Tuhan, juga ada aturan, dan di balik aturan itu kita harus memahami siapa Tuhan, apa rencana-Nya dan kita memahami posisi kita. Kehadiran kita di hadapan Tuhan tak lain untuk keselamatan kita, damai sejahtera . Makin kita mengenal Tuhan, makin tinggi ketaatan kita, bahkan ketaatan mutlak di hadapan Tuhan. Benarkah demikian? Kemuliaan, kasih dan kuasa Tuhan kita nyatakan dengan ketaatan berjalan di jalan yang ditetapkan oleh Tuhan, karena kita percaya Tuhan mampu, memelihara dan menyelamatkan kita. Demikianlah terlihat dalam bahan renungan ini, Saul yang telah diurapi atas nama Tuhan oleh Samuel. Karena itu Saul harus yakin dan percaya, Tuhan akan menjadi penolong dia sebagai raja Israel. Pada jaman Saul ini, satu ancaman yang datang dari bangsa Filistin, merongrong bahkan memaksa Israel takluk kepada bangsa Filistin. Sebagai kerajaan, bangsa Filistin lebih tua, lebih berpengalaman, lebih kuat, dan mereka ini hendak menaklukkan bangsa Israel. Saul, dia raja pertama, kerajaan Israel masih muda belum berpengalaman. Bangsa Filistin telah siap dengan pasukan kreta kuda, pasukan penunggang kuda, dan prajurit berjalan kaki seperti pasir di pantai. Melihat itu, bangsa Israel menjadi ciut, takut, banyak mereka yang telah undur, ngumpet bersembunyi. Namun sebenarnya Israel milik Tuhan, melalui Samuel, imam dan nabi Tuhan sebagai penasihat kerajaan menenteramkan hati Saul dan rakyat. Samuel mengatakan “kita akan mohon kuasa Tuhan,” dengan beribadah mempersembahkan korban di Gilgal. Samuel telah menuju Gilgal, sedangkan Saul beserta rakyat telah menantikan kedatangan Samuel. Secara psikologis, Saul dan rakyat, melihat pasukan Filistin menjadi takut, sehingga dia terlanjur memegang persembahan untuk dikorbankan yang seharusnya dilakukan oleh imam Samuel. Saul terlanjur, tidak sabar, tidak percaya lagi sehingga melakukan yang bukan wewenangnya. Selesai Saul dengan persembahan itu, Samuel tiba untuk mempersembahkan persembahan itu, tetapi telah tidak ada. Melihat itu dengan hati yang kesal, Samuel katakan: “Perbuatan itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan.” Sia-sia dan mubazir apa yang dipersembahkan Saul, pada hal pasukan Filistin masih jauh. Allah marah dan membatalkan kerajaan Israel dari Saul dan keturunannya, dan diberikan kepada pilihan Allah yang lain.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Setelah memahami kebodohan Saul, pernahkah Anda “bodoh” melakukan atau mengucapkan yang melawan perintah Tuhan?
- Bagaiman sikap kita agar kita tidak terlanjur bodoh di hadapan Tuhan?
- Selain terlanjur, ada juga “sok tahu,” apakah Anda pernah melakukannya?
Mari berdoa:
Bapa Surgawi, pemilik dan penguasa hidup kami, oleh Roh Kudus mengajar kami memahami kuasa dalam kasih Allah, yang menyelamatkan. Kami memiliki semangat, semoga tidak mubazir karena kami harus sabar dan taat pada perintah Tuhan. Inilah permohonan kami dalam nama Yesus, Amin.
[AS200524]