BERSERU KEPADA TUHAN DALAM KESESAKAN
Views: 0
Bacaan: Mazmur 107 : 23-32
Salam sejahtera, semoga kita makin bergantung pada kasih setia Tuhan, yang membebaskan dan menebus. Kita bergantung pada Tuhan yang baik, dengan berseru-seru padaNya dalam kesesakan, dan kita percaya Tuhan mampu mengeluarkan kita dari kesusahan seperti ungkapan dalam Mazmur 107:28 (TB2) Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan Ia mengeluarkan mereka dari kesusahan mereka.
Berseru pada Tuhan berarti berdoa pada Tuhan. Doa adalah alat untuk memelihara persekutuan kita dengan Tuhan, dan mengarahkan kehidupan kita ke arah hidup yang benar. Dalam doa, nama Tuhan dipermuliakan, dan ketika berdoa kita merendahkan hati di hadapan Tuhan yang mulia. Nama Tuhan adalah pernyataan diri Tuhan. Nama Tuhan menyatakan siapa Tuhan dan apa yang menjadi kehendakNya kepada kita manusia. Kita dipanggil untuk mempermuliakan nama Tuhan, tidak hanya dengan kata-kata melainkan juga dengan perbuatan, dan seluruh hidup kita.
Kita berseru atau berdoa, maka kehendak dan rencana Tuhan yang kita minta, bukan kehendak dan rencana kita sendiri yang diharapkan. Dan kita menyatakan sanggup untuk menaati kehendak Tuhan. Doa yang dikabulkan adalah doa yang sesuai kehendak Tuhan dan dinyatakan dengan kuasa Roh Kudus. Roh Kudus memberi arah yang benar dalam doa kita agar sesuai kehendak dan rencana Allah. Dalam doa kita belajar mengalahkan kehendak sendiri, dan mengutamakan kehendak Tuhan.
Berseru atau berdoa adalah mengakui bahwa Tuhan adalah baik, kasih setiaNya selama-lamanya, tidak berubah. Tuhan yang mampu menolong, membebaskan, menebus, menyelamatkan. Dalam doa kita percaya pada pelaksanaan rencana Tuhan, dan kita tidak meragukan Tuhan, tidak mencurigai Tuhan, dengan mengatakan Tuhan tidak peduli, Tuhan tidak sayang, Tuhan tidak mampu, Tuhan tidak baik.
Dalam doa atau berseru pada Tuhan, kita mengakui Allah sebagai pencipta, pengatur alam semesta dan manusia. Kehendak Allah mampu mengendalikan manusia dan alam semesta. Kehendak Allah mampu mengendalikan badai di laut, turbulensi saat pesawat terbang, bencana di perjalanan darat. Kehendak Allah sebagai perintah harus ditaati oleh manusia dan ditaati oleh angin, yang menyebabkan badai, gelombang laut yang tinggi. Manusia dan alam semesta semuanya mengabdi kepada perintah Allah.
Tuhan adalah Allah atas alam semesta ciptaan-Nya. Kuasa-Nya dinyatakan di tengah-tengah samudera raya, di dalam aliran-aliran sungai dan padang gurun. Di berbagai keadaan alam, Tuhan menunjukkan kuasa dan mujizatNya demi kebaikan umatNya.
Ada orang (pribadi maupun masyarakat) yang cenderung menganggap bahwa alam adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Misalnya, ada masyarakat tertentu yang meyakini bahwa bencana alam tidak akan terjadi, bila mereka telaten dan setia pada penguasa alam. Keadaan ini menunjukkan kegagalan mereka melihat kuasa Allah atas alam semesta. Seorang ibu yang mengalami kesesakan, kesusahan karena suaminya meninggal. Ia mencari penghiburan dengan memanggil arwah suami yang meninggal, agar hadir setiap saat menghibur. Ibu ini juga gagal melihat bahwa hanya kuasa Tuhan yang mampu menghibur, menghapus air mata (Yesaya 25:8), bukan kuasa arwah orang mati.
Ada dua hal yang ingin diluruskan oleh mazmur 107 : (1) Tuhan aktif menunjukkan kuasa-Nya melalui campur tangan nyata yang seringkali di luar dugaan manusia dan melampaui akal pikiran manusia, (2) Tuhan memihak yang lemah, rendah hati, bukan yang sombong dan tinggi hati. Kenyataan ini tidak mendorong kita untuk tergila-gila pada mujizat Tuhan, tetapi sebaliknya didorong untuk percaya aktif pada Kemahakuasaan Tuhan yang senantiasa dinyatakan. Ini semua mendorong kita untuk memuji dan menyembah Allah, Sang Pencipta alam semesta yang adil.
Ketika kita berdoa atau berseru pada Tuhan, kita juga menyerahkan kekuatiran kita pada Tuhan. Kekuatiran dalam perjalanan di laut, di udara, di darat, kekuatiran tentang kekurangan makanan, kekurangan minuman. Tapi dalam hal makanan dan minuman kita butuh hanya secukupnya, sesuai kebutuhan menurut ilmu kesehatan. Kebutuhan makan dan minum bukan sesuai selera, keinginan manusia. Doa atau berseru pada Tuhan bukan mengikuti keinginan daging tapi mengikuti keinginan atau kehendak Allah. Batas antara keinginan dan kebutuhan sangat sulit ditentukan. Karena itu dalam mendoakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan, perlu dibimbing Roh Kudus, agar kita bisa memilih apa yang baik dan benar.
Orang yang berdoa, harus menyadari dosa atau kesalahan diri sendiri, agar bisa meninggalkan kesalahan tersebut, meminta pengampunan penebusan dosa, supaya bisa melakukan kehendak, rencana Tuhan dan tidak mengikuti kehendak dan rencana sendiri atau manusia.
Kita berdoa atau berseru pada Tuhan karena hidup ini penuh bahaya, malapetaka, bencana, badai, penyakit, bahaya karena kesalahan sendiri, bahaya karena ancaman musuh, kedukaan, kemiskinan, kegagalan. Dalam bahaya, badai, kelaparan, kemiskinan, kedukaan, sakit berat, maka iblis bekerja agar menjauhkan orang dari Tuhan. Iblis mendorong orang memberontak pada Tuhan. Dalam bahaya, badai, kita berdoa, berseru pada Tuhan agar kita percaya hanya Tuhan yang mampu menolong, melepaskan, menebus, membebaskan dan menyelamatkan dari bahaya, badai, kesusahan hidup.
Berdoa itu tidak hanya dengan kata-kata saja, tapi juga bekerja, melayani, melakukan kehendak Tuhan, bukan melayani, melakukan kehendak dan selera sendiri. Kita berdoa hanya dalam nama Yesus, dalam kehendak Yesus maka doa kita yang sesuai kehendak Tuhan akan, dikabulkan. Dalam berdoa atau berseru, kita akhiri dengan penyataan amin, yang berarti benar dan pasti, Tuhan mampu menolong, menebus, melepaskan, menyelamatkan dari bahaya, dari kesesakan, kesusahan hidup. Doa kita dikabulkan oleh Allah yang Maha Murah, Maha Kuasa. Berdoa itu mengajarkan kita hanya berterima kasih kepada Tuhan karena hanya Allah yang peduli kepada kita. Kita menaruh kepercayaan hanya pada Allah yang baik, kasih setiaNya selama-lamanya.
Kita berdoa dan berseru pada Tuhan karena hanya Tuhan yang diharapkan akan menolong kita dalam kesesakan. Tuhan tidak membiarkan kita berjalan sendiri dalam dunia yang gelap seperti ungkapan dalam PKJ 261 ayat 1. Tuhan, padaMu kuharapkan pertolongan dalam kesesakanku. Jangan Kau biarkan ‘ku berjalan sendiri dalam dunia yang gelap. Amin.
Berdoa:
Ya Tuhan kiranya kami makin bergantung pada kasih setia Tuhan, yang membebaskan dan menebus. Kami terus berseru atau berdoa pada Tuhan dalam kesesakan dan kami percaya Tuhan mampu mengeluarkan kami dari kesusahan. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin