Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
June 11, 2024

TUHAN MENJAWAB

admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

https://youtu.be/31UhLZk7W4g?si=e8PJ6dmbMcPfrxKq

Bacaan: Ayub 38 : 1-11

Salam sejahtera. Kita bisa memohon jawaban dari Tuhan tentang pergumulan, penderitaan, kemalangan sakit penyakit yang kita alami, dan minta tolong Tuhan agar kita tidak mengeluarkan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan dan mengaburkan rancangan Tuhan, pada saat kita mengalami penderitaan hidup, seperti pengalaman Ayub yang diungkapkan dalam Ayub 38:1-2 (TB2) Lalu dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub: “Siapakah dia yang mengaburkan rancanganKu dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan?

Ada masalah yang perlu digumuli dalam kitab Ayub ini yaitu bagaimana mungkin manusia yang baik hati, jujur, taat beragama dan saleh, nyatanya menderita sengsara dan tertimpa kemalangan. Banyak orang berhikmat dalam terang iman menggumuli tentang penderitaan manusia. Ada orang berpikir bahwa penderitaan itu adalah semacam hukum pembalasan, semacam karma yang ditetapkan Tuhan yang adil. Kalau orang baik dan saleh, pasti hidupnya bahagia, makmur, sejahtera serta berhasil hidupnya. Sengsara dan kemalangan untuk sementara waktu dapat menimpa orang baik dan saleh. Tapi itu hanya semacam ujian dan pencobaan. Pada akhirnya orang baik dan saleh, diberkati Tuhan dan menjadi bahagia. Tapi orang bodoh, jahat, dan fasik pasti dihukum Tuhan. Kalaupun mereka bahagia dan sejahtera itu sifatnya sementara saja dan kebahagiaannya semu belaka. Orang fasik pasti dihukum setimpal.

Ketiga sahabat Ayub (Elifaz, Bildad, Zofar) menggunakan pemahaman di atas. Ketika Ayub tertimpa kemalangan, maka ketiga teman Ayub mengambil kesimpulan bahwa Ayub memang berdosa karena itu menderita, ditimpa kemalangan. Masih ada dosa yang disembunyikan Ayub. Karena itu Ayub harus merendahkan diri, mengaku dosa, dan bertobat, maka Tuhan akan memulihkan kebahagiaan. Pendapat Elihu, bahwa penderitaan Ayub merupakan ujian dan cobaa bagi Ayub dengan maksud membersihkan dan meningkatkan kesalehan Ayub. Kalau Ayub menerima penderitaan itu maka kebahagiaan akan diberikan. Pendapat ketiga teman Ayub, masih banyak yang menggunakannya pada masa kini. Kalau melihat teman menderita, gagal, sakit dan tidak sembuh, maka mereka mengambil kesimpulan pasti ada dosa yang disembunyikan. Orang yang sakit, menderita itu harus mengakui dosa dan bertobat.

Ayub menolak pemahaman ketiga temannya tersebut. Ayub menyadari bahwa dirinya tidak bersalah, ia selalu setia pada Tuhan, ia tidak melakukan dosa dengan sengaja. Ayub membela kesucian dirinya. Ayub yakin dirinya tidak berdosa, maka Allah yang adil, harusnya memberi kebahagiaan pada dirinya. Tapi dalam kenyataan, Ayub yang saleh, setia, tidak berdosa, mengalami penderitaan, kemalangan, sakit. Ketiga sahabat Ayub menuduh Ayub tidak mau mengakui dosa dan sombong. Ayub merasa dirinya tidak berdosa dan tidak sombong. Ayub yang dalam penderitaan makin tertekan dengan pendapat ketiga temannya itu. Sama seperti seorang ibu yang sedang sakit di rumah sakit, makin tertekan ketika ada orang yang besuk mengatakan bahwa masih ada dosa yang disembunyikan, karena itu tidak sembuh sakitnya.

Kitab Ayub ini menjelaskan tentang pergumulan dengan Allah dalam penderitaan. Penderitaan hidup yang berlawanan dengan keadilan Allah. Ada orang berpendapat mengenai penderitaan dengan berkata : apa boleh buat ya sudah nasib. Atau ada yang berpendapat bahwa Tuhan memang senang menyiksa manusia dengan semena-mena. Tuhan tidak adil, Tuhan tidak sayang. Dalam kitab Ayub kita tidak diajarkan berkata seperti ini.

Kitab Ayub mengajarkan orang tentang Allah, tapi tidak menggunakan cara berpikir manusia yang lama, yang dipahami oleh teman-teman Ayub dan Ayub sendiri. Cara berpikir manusia yang lama dapat mengaburkan tentang rancangan Tuhan, menggelapkan pikiran manusia tentang keputusan Tuhan. Perkataan manusia berdasarkan pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak sempurna tentang Tuhan, manusia tidak dapat memahami sepenuh bahwa Tuhan yang sangat berkuasa dan mulia.
Allah sendiri memberikan jawaban atas pergumulan Ayub mengenai penderitaan, kemalangan, sakit penyakit yang dihadapinya. Tuhan menjawab Ayub dengan menjelaskan tentang kebesaran dan kemuliaan Tuhan, yang jauh melampaui akal Ayub dan semua manusia. Allah dan hikmatnya adalah suatu rahasia yang tidak dapat diselami manusia. Manusia tidak boleh mencocokan Tuhan sesuai pikiran dan pemahaman sendiri. Manusia tidak bisa sempurna dan lengkap dalam memahami Tuhan dan kuasa, serta hikmatNya. Manusia sering tergoda untuk menciptakan pemahaman sendiri tentang Allah. Kalau Tuhan tidak sesuai dengan pemahaman sendiri, maka mereka akan mengutuki, menuduh, menghujat Tuhan, bahkan menyangkali Tuhan, memberontak pada Tuhan, meninggalkan Tuhan dan menjadi ateis. Orang yang menolak Tuhan, menghujat Tuhan, menertawakan Tuhan akhirnya menjadi orang fasik, orang durhaka. Ayub akhirnya berkesimpulan bahwa sikap yang baik adalah berserah kepada rahasia Tuhan. Allah itu baik, adil, dan penuh cinta kasih. Tapi apa itu kebaikan, keadilan dan cinta kasih Tuhan, manusia tidak mampu memahaminya.

Berserah itu adalah bertekuk lutut dihadapan Tuhan, menyembah Tuhan, tidak merasa diri lebih hebat dari Tuhan, sebab Tuhan itu perkasa, kita terbatas pengertian tentang keperkasaan Tuhan. Kekuasaan Tuhan ada dalam seluruh alam semesta. Tuhan meletakan dasar dari bumi, dan manusia tidak ada yang ikut memberi pikiran pada saat Tuhan meletakan dasar bumi ini. Berapa besar ukuran alam semesta yang harus dibuat, manusia tidak memberikan pendapatnya pada Tuhan. Kalau membuat sebuah perumahan, manusia bisa memberi pendapat tentang ukuran, berapa besar luas perumahan dan bangunan, tapi tentang alam semesta tidak ada pikiran manusia yang disumbangkan kepada Tuhan, karena manusia terbatas pikirannya, pengertiannya tentang alam semesta. Banyak kejadian di laut, di langit, yang tidak dipahami manusia, hanya Tuhan yang tahu rahasia semuanya dan Tuhan yang mengatur, mengendalikan semuanya, karena Tuhan sangat berkuasa, penuh kasih, dan pemelihara.

Ketika kita menghadapi pergumulan, penderitaan hidup, kita bisa bertanya pada Tuhan, namun dalam memohon jawaban dari Tuhan kita tetap percaya akan kesetiaan Tuhan karena Tuhan adil, seperti ungkapan dalam PKJ 139 ayat 1. Tuhan, ya Allahku, dengarkan permohonanku. Jawablah aku dalam kesetiaanMu karena keadilanMu. Jawablah aku dalam kesetiaanMu karena keadilanMu. Amin

Berdoa:

Ya Tuhan kami memohon jawaban dari Tuhan tentang pergumulan, penderitaan, kemalangan sakit penyakit yang kami alami, dan tolong kami agar tidak mengeluarkan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan dan mengaburkan rancangan Tuhan, pada saat kita mengalami penderitaan hidup, dalam nama Yesus kami berdoa. amin

NEW LIFE’S JOURNEY ALLAH MENGASIHI SEMUA ORANG

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025